Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Jangan Sebut Namanya

Plak!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Valerie. Sesaat kemudian, darah segar mengalir dari sudut bibirnya yang pucat. Gadis cantik itu tak perlu menjelaskan secara detail, Susan sudah mengetahui semuanya dari Ken. Karna itulah Susan murka. Kepalanya berdenyut nyeri dan dadanya terasa sesak. Perasaan marah dan kecewa bercampur aduk jadi satu di dalam hatinya. Bisa-bisanya Val melakukan hal bodoh seperti itu hanya untuk kesenangan sesaat. Sedangkan Ken yang masih berdiri tak jauh dari Susan merasa terhenyak saat melihat bagaimana Susan memperlakukan putrinya, dan bagaimana Val menjadi gadis yang sangat penakut di hadapan orang tuanya. "Saya yang akan bertanggung jawab," ucapnya sebelum Susan melayangkan tamparan lagi pada Valerie yang masih tertunduk dalam isak tangisnya. "Bertanggung jawab kamu bilang?! Kamu nggak sadar Val masih anak-anak! Apa yang bisa kamu lakukan padanya?!" "Saya akan menikahinya." Seketika Val mendongak. Bibirnya bergetar hendak mengucapkan sesuatu namun kalah cepat dengan Keanu. "Ini semua karna kesalahan saya. Jadi saya yang akan bertanggung jawab," ucapnya mantap, tanpa keraguan sedikitpun. Susan menggeleng pelan, tubuhnya terhempas kasar di atas sofa. Wajahnya sudah merah padam sejak tadi, bahkan dia sendiri tidak yakin akan menelpon suaminya yang masih di rumah sakit. Dia tidak sanggup kalau harus menghadapi kemarahan Andika yang meledak-ledak itu. Kalau suaminya tau bahwa putri satu-satunya sedang hamil, lelaki itu pasti akan marah luar biasa. "Tega sekali kamu," gumam Susan seraya melayangkan tatapan tajam pada Ken. "Tega sekali kamu menghancurkan masa depan anak saya!" teriak Susan seraya melempar vas bunga dari keramik ke arah Ken. Pria itu berhasil menghindar, namun lengannya sempat terkena goresan dan akhirnya mengeluarkan darah segar, membuat Val terkejut. Gadis itu hendak mendekati Ken, namun Ken menggeleng pelan. Melarangnya mendekat atau memberi pembelaan. Lama-lama, lelaki itu kasian juga melihat keadaan Val saat ini. Lihatlah gadis malang itu, berdiri dengan tangan gemetaran dan wajah pucat. Sudut bibirnya kemerahan karna darah yang mengering. Sedangkan rambutnya yang panjang terurai terlihat kusut masai terkena keringat dingin. Berdosa rasanya kalau Ken sampai tega membiarkan Val menanggung semua beban ini seorang diri. Dia hanyalah seorang remaja delapan belas tahun. Tau apa soal hidup? Tapi karna kesalahan yang dibuatnya dengan Kevin, dia harus menanggung semua kesedihan dan kesakitan ini. Setelah melampiaskan kemarahannya dengan melempar vas bunga di atas meja ruang tamu, Susan berjalan cepat ke bagian dalam rumahnya. Wanita itu hendak menghubungi suaminya agar segera pulang. Karna jujur saja, dia sudah tidak sanggup menghadapi semua ini sendirian. Di ruang tamu itu tinggallah Ken dan Val berduaan. Gadis itu masih berdiri diam di sudut ruangan. Tak berani bergerak barang seincipun. Perlahan Ken mendekat, membuat wajah cantik Val mendongak terkejut. "Tanganmu berdarah," ucap Val saat melihat lengan Ken yang tergores. "Ah, it's okay," sahut Ken. Namun Val dengan cepat merogoh saku seragamnya dan mengambil sapu tangan miliknya, lalu mengikat kuat di lengan Ken agar darahnya berhenti. "Maafin Mamaku," gumam Val merasa bersalah. Ken hanya menggeleng pelan, "Wajar kalau Mama kamu bersikap seperti itu, beliau pasti marah dan kecewa," ucapnya, lalu pria itu melangkah maju mendekati Valerie. "Dengar baik-baik," bisik Ken tepat di depan wajah Val yang ketakutan. "Jangan bawa-bawa nama Kevin. Jangan pernah kamu sebut nama dia di depan orang lain. Siapapun itu, paham?" "Ke-kenapa?" Ken menoleh ke kiri kanan, hendak memastikan bahwa tidak ada orang selain mereka berdua. "Aku yang akan menolongmu. Aku yang akan bertanggung jawab sepenuhnya. Jadi, anggap saja anak yang ada di dalam kandunganmu adalah anakku. You get it?" Val menggeleng. "Mana mungkin. Jelas-jelas ini bukan anakmu." "Ssst!" Ken menutup mulut Val dengan jari telunjuknya. "Kalau sampai kamu buka mulut, aku akan pergi membawa Kevin keluar negeri dan nggak akan pernah kembali lagi ke sini. Kamu tau kan itu artinya apa? Kamu akan menanggung semua akibat dari perbuatan kalian ini sendirian. Apa kamu sanggup?" tantang Ken, membuat Val mendelik marah. Bisa-bisanya lelaki ini mengancam seorang gadis remaja yang sedang berdiri di ujung tanduk? Apa dia tidak punya hati nurani? "Oke, aku tidak akan buka mulut dan menyebut nama Kevin di depan orang tuaku atau siapapun." "Good girl," gumam Ken seraya merapikan rambut Valerie dan menyelipkannya di belakang telinga. "Tenanglah, aku akan menjagamu dengan baik. Kalau orang tuamu memintaku untuk bertanggung jawab dan menikahimu, aku akan melakukannya. Apapun yang mereka minta, aku akan memenuhinya. Tapi, setelah anak itu lahir, otomatis kita akan berpisah." Val masih terdiam. Otaknya berusaha mencerna semua ucapan yang keluar dari mulut Ken. Tak berapa lama kemudian, Susan kembali muncul. Wajahnya yang tadi merah padam, kini tampak sedikit lebih tenang. "Val, naiklah ke atas," perintahnya pada Valerie. "Mama mau bicara dengan dia." Susan kembali melayangkan tatapan tajam ke arah Ken. Sedangkan Val hanya bisa mengangguk pasrah. Sejenak Ken menatap gadis itu sebelum Val melangkah pergi, seolah ingin berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Setelah memastikan Val naik ke lantai dua, Susan melangkah mendekati Ken yang berdiri tak jauh darinya. "Kamu," tunjuknya pada Ken. "Sebutkan siapa namamu? Pekerjaan orang tuamu dan di mana tempat tinggalmu," tanya Susan dengan nada sinis dan tatapan tajam mematikan. ***

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.