Clarine mendapati tubuh Naria yang lemas melindunginya. Lengan wanita itu terentang lunglai, sebelum akhirnya ambruk seolah kehilangan jiwa.
Steven dan Ariel terkejut.
Clarine memeluk Naria. Telapak tangannya terasa panas dan lembap. Dia mengangkat tangannya dengan gemetar sambil berlinang air mata.
"Naria ... kamu!"
"Nona Clarine ... dengarkan aku ..." Naria nyaris kehilangan kesadaran. Dia berjuang untuk membuka mulut dan wajahnya pucat pasi.
"Berhenti bicara! Jangan buang tenaga lagi! Aku bakal membawamu ke rumah sakit!"
Clarine menangis dan hendak mengangkat tubuh Naria, tetapi tenaganya telah terkuras pada pertarungan sebelumnya. Dia tidak bisa mengerahkan kekuatannya sedikit pun. "Biar kuhentikan pendarahanmu!"
Naria menggelengkan kepala. "Sebelum terlambat ... aku tahu rahasia Mellisa ..."
"Mellisa ... bunuh Nyonya Octavian ... bukti ... ponsel."
Jantung Clarine serasa dihunjam. Rasa sakit dan dingin meluap dari dada dan menjalar cepat ke sekujur tubuhnya!
Dia menatap Steven yan