Bab 845
"Aku nggak mau pulang! Aku juga nggak mau menemui mereka besok! Ayah tahu … malam ini aku hampi saja … oleh mereka …" Wendy terisak hingga ucapannya terhenti beberapa kali.
Keheningan menyelimuti seberang telepon.
Beberapa saat kemudian, sikap Candra berubah. Meski nada bicaranya terdengar lebih lembut, ucapannya tetap setajam pisau, "Wendy, aku tahu ini sangat sulit bagimu. Tapi saat ini Keluarga Wijaya sedang dalam kesulitan. Sebagai putri Keluarga Wijaya, wajar kalau kamu berkorban sedikit demi keluarga, 'kan?"
"Adikmu juga sebentar lagi akan menikah dengan putra kedua dari Keluarga Saradan di Banora. Dia juga banyak berkorban demi keluarga kita!"
Mata Wendy seketika dipenuhi amarah. Kemudian, dia bertanya dengan lirih dan tercekat, "Dua pria itu … mereka berniat jahat padaku... Jadi, Ayah sudah tahu sejak awal? Benar begitu?"
Candra hanya terdiam.
"Kalian tahu segalanya, tapi masih memaksaku untuk menemui mereka. Apa begini cara kalian mendorong putri kandung kalian ke dalam pender

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda