Bab 138
Clarine merasa sedih di dalam hatinya, wajahnya menjadi murung dan alisnya berkerut. "Tentu saja aku kangen, aku selalu memikirkannya setiap hari. Tapi, Kak Bram, Ibu sudah nggak ada lagi. Sebagai anak, kita harus belajar dewasa dan menerima kenyataan."
"Kita itu keturunan Keluarga Tanuwijaya. Semua yang dimiliki Keluarga Tanuwijaya harus kita jaga. Orang yang masih hidup hanya bisa melihat ke depan."
"Kamu bisa, tapi aku nggak bisa. Aku adalah anak liar yang tidur dalam kenangan dan nggak pernah bisa bangun. Kalian adalah orang yang paling dekat denganku, tapi ini bukan rumahku lagi."
Mereka berdua terdiam dalam keheningan yang tegang.
"Sudah, sudah. Dik, jangan sedih, ya. Apa pun pilihanmu, Kak Bram akan menghormatinya."
Melihat mata Clarine yang memerah, Bram pun segera memeluknya dengan penuh kasih sayang, kemudian menghiburnya dengan suara lembut, "Jangan pikirkan itu lagi, Kak Bram akan memberitahumu sesuatu yang menyenangkan. Steven datang."
"Apa?"
Jantung Clarine berdebar kenca
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda