Bab 11
Saat ini Clarine dengan santai menyanggul rambutnya, dihiasi dengan jepit giok, mengenakan kostum biru langit, dan lengan bajunya menari-nari bagaikan awan yang berjalan. Dia sedang menyanyikan lagu "Kisahku".
Sepasang mata almond tampak menangis, tetapi tak ada air mata. Matanya begitu indah dan cerah.
Setelah selesai bernyanyi, Rio pun bertepuk tangan. Matanya yang tersenyum dipenuhi dengan kebanggaan.
"Bagus sekali. Ajaran para guru memang sangat bagus. Kalau di zaman kerajaan, kamu pasti bisa langsung diangkat menjadi selir agung."
"Siapa yang mau jadi selir? Aku mau jadi ratu, jadi aku bisa lebih percaya diri dan bersinar," kata Clarine yang langsung menunjukkan dirinya dalam sekejap dan jemarinya gemetar.
"Kenapa nggak? Kalau nggak, kita nggak mungkin punya tiga ibu tiri lagi," kata Rio dengan tidak berdaya seraya tersenyum getir.
Clarine menunduk dan melepaskan lengan bajunya, lalu duduk di samping Kak Rio. Begitu memikirkan tiga ibu tiri, ekspresinya menjadi sedikit suram.
"Clarine, dalam tiga tahun ini mereka sangat merindukanmu dan sangat peduli padamu. Mereka nggak jarang bertanya padaku tentang keadaanmu secara pribadi."
"Kak Rio, kamu ingin ngomong apa?"
"Clarine, saat kamu meninggalkan rumah dan pergi ke luar negeri untuk bekerja sebagai dokter lintas batas sendirian, aku tahu sebenarnya kamu sering sekali berjudi dengan Papa."
Rio mengangkat tangannya dan melingkarkannya ke bahu Clarine dengan lembut. Alisnya yang tampan berkerut karena merasa sedih dan berkata, "Tapi Papa kita memang orang yang seperti itu. Kita nggak punya pilihan."
"Apalagi nggak ada seorang pun di dunia ini yang nggak punya kekurangan. Bahkan Steven yang paling kamu cintai selama bertahun-tahun, setelah menikah dengannya selama tiga tahun, bukankah kamu juga menemukan banyak kekurangan darinya?"
Bulu mata Clarine bergetar seperti bulu gagak. Dia menggenggam gelang giok yang indah di pergelangan tangannya yang ramping.
"Bedanya kamu bisa memilih untuk meninggalkan Steven, tapi kamu nggak pernah bisa memutuskan hubungan darahmu dengan Papa. Karena kamu nggak bisa memutuskannya, cobalah untuk menerimanya."
"Apalagi Papa sangat mencintaimu, begitu juga dengan ketiga istrinya. Mereka juga orang yang baik. Mereka sudah mengurus keluarga dengan baik selama bertahun-tahun dan nggak ada seorang pun yang berniat untuk memberontak. Aku bisa menjamin mereka dengan integritasku."
Sebenarnya, Rio tidak tahu.
Karena satu hal, sejak dua tahun yang lalu, Clarine diam-diam sudah menerima ketiga istri papanya.
*
Setelah Felix membalut luka Steven, dia langsung keluar ruangan.
Begitu Steven memikirkan bagaimana Rachel menangis, membuat keributan, dan menghancurkan barang-barang, dia sakit kepala. Di ingatannya, kekasihnya itu adalah sosok yang lembut, manis, dan patuh. Bagaimana bisa kekasihnya bisa bertindak sembrono seperti itu.
Pria itu menghela napas. Mungkin orang bisa selalu berubah.
Namun bagaimanapun juga, Rachel adalah kekasihnya sejak masa kecil. Dia menemani Steven melewati hari-hari yang paling gelap dan menyedihkan. Steven terobsesi padanya.
Bagaimanapun juga, Steven harus menikahi Rachel.
Setelah menahan rasa sakit dan memeriksa dokumen untuk beberapa saat, Steven menyadari bahwa pandangannya secara tak sengaja beralih pada setelan jas yang tergeletak di atas sofa.
Steven berdiri, berjalan, lalu mengambil setelan itu dan memeriksanya dengan cermat.
Walaupun tinggi Steven hampir sama dengan Rio, bahunya sedikit lebih lebar dibandingkan Rio. Tubuhnya juga sedikit lebih berisi.
Mau dilihat dari mana pun juga, setelan jas itu seperti ukuran miliknya.
"Jelek sekali," kata Steven dengan sinis.
Beberapa menit kemudian.
Steven berganti pakaian dan mengenakan setelan jas itu.
Dia berdiri di depan cermin pakaian dan memeriksanya. Dia mengangkat tangannya dan ternyata ukurannya pas. Kualitas pengerjaannya juga tidak kalah dengan merek kelas atas!
Bagaimana bisa gadis kampungan itu memiliki selera sebagus ini?
Saat itu, terdengar suara ketukan pintu. Bi Mia masuk ke dalam dan mengantarkan susu hangat.
"Duh? Tuan, ternyata Tuan mengenakan pakaian yang dikirim oleh Nyonya Clara? Kalau Nyonya Clara, dia pasti akan sangat senang!" kata Bi Mia yang tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.
Orang-orang di keluarga Octavian tak menganggap Clara sebagai orang yang penting, kecuali Bi Mia yang membesarkan Steven.
"Kamu ngomong apa?" tanya Steven terkesiap.
"Apakah jas yang Tuan kenakan bukan pemberian Nyonya Clara? Nggak, deh. Benar ini, kok ... Ini adalah pakaian yang saya ambil dari toko penjahit sebulan yang lalu atas permintaan Nyonya Clara. Saat itu Nyonya menyuruh saya untuk merahasiakannya dan bilang ini adalah hadiah ulang tahun yang Nyonya siapkan untuk Tuan."
Hadiah ulang tahun? Steven terpaku di tempat.
Mana mungkin untuk ulang tahun Steven! Jelas-jelas masih ada waktu!
"Bi Mia, aku tahu hubungan Bibi dengan Clara bagus, tapi bagaimanapun juga dia sudah pergi. Bibi nggak usah sering-sering membahas tentangnya," kata Steven dengan tatapan dingin.
"Tuan, saya sudah melihat Tuan tumbuh dewasa sejak masih kecil. Kalau Tuan ingin mengatakan orang yang benar-benar saya dukung sepenuh hati di keluarga Octavian, nggak ada siapa pun kecuali Tuan!"
Bi Mia berjalan mendekat dan menatap pria tampan di cermin dengan tatapan penuh arti. "Nyonya Clara bilang kalau pembuatan pakaian itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Tiap jahitannya dijahit oleh Nyonya sendiri. Bahkan dia sendiri yang memilih kainnya dan merancangnya. Bahkan kancingnya pun dibuat oleh Nyonya sendiri."
"Karena Nyonya biasanya sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, jadi tiap hari dia menyisihkan waktu untuk membuatnya di toko penjahit. Jadi, pakaiannya sudah selesai sebulan lebih awal. Karena takut Tuan menyadarinya, jadi langsung disembunyikan ke dalam lemari."
Steven merasa dadanya seolah-olah dihantam. Dia membuka matanya dengan paksa karena tidak percaya.
"Kalau Tuan nggak percaya, Tuan bisa melihat labelnya. Ada nama Tuan di sana."
Steven segera melepas jasnya dan melemparkannya ke atas sofa, seolah-olah pakaian tersebut terbakar. "Kami sudah bercerai. Aku nggak tertarik dengan apa yang sudah dia lakukan untukku. Bibi kembalilah dan beristirahatlah."
"Tuan, kenapa Tuan ingin bercerai dengan Nyonya Clara? Nyonya Clara begitu baik dan sangat setia pada Tuan ... "
"Sangat setia?"
Steven menarik napas dalam-dalam dan mencibir, "Saking setianya, dia meninggalkanku dan memeluk pria lain?"
"Mana mungkin Nyonya Clara seperti itu ... " kata Bi Mia terkejut.
"Kita nggak bisa benar-benar mengenal seseorang hanya dalam tiga tahun. Perkataan ini memang benar."
Steven merasa sangat kesal begitu memikirkan kenangan buruk dengan Clara. Darah di sekujur tubuhnya naik ke kepalanya saking kesalnya, lalu dia berkata, "Karena dia nggak tulus, kenapa dia pura-pura menjadi seseorang yang nggak bisa hidup tanpaku? Dia pikir dengan begitu aku bisa jatuh cinta padanya?"
"Apa dia pikir aku mudah ditipu olehnya?!"
"Tuan, saya pikir ada kesalahpahaman di sini. Saya bisa melihatnya dengan jelas bahwa Nyonya Clara sangat mencintai Tuan," kata Bi Mia seraya menggelengkan kepalanya karena menyesal. Dia berjalan dan melipat setelan jasnya.
"Baiklah, Bi Mia. Bibi nggak usah bicara lagi."
"Tuan salah paham tentang Nyonya Clara. Suatu hari nanti Tuan pasti akan menyesal."
*
Awalnya Clarine ingin tidur, tetapi jam biologisnya menyuruhnya bangun pukul lima.
Karena Clarine sering membuatkan sarapan untuk keluarga Octavian di jam segini.
Saat ini, Clarine tidak perlu lagi membenamkan dirinya dalam asap untuk memasakkan seluruh keluarga. Dia tak perlu lagi menatap orang-orang dari keluarga Octavian.
Ini sangat bagus! Perceraian memang sangat menyenangkan!
Setelah selesai mandi, Clarine mengganti dengan pakaian olahraga ketat dan pergi ke danau di belakang vila untuk mendayung sampan tunggal.
Tepi danau dipenuhi dengan bunga yang wangi dan kicauan burung. Clarine mengayunkan kedua tangannya. Sosoknya yang anggun dan kuat dengan cepat menyapu permukaan danau yang seperti cermin datar, meninggalkan lingkaran riak.
Setelah selesai berolahraga, sarapan dan mandi, Clarine turun ke lantai bawah dengan penuh semangat.
Ariel membelalakkan matanya ketika melihat Nona Clarine muncul.
Hari ini Clarine menguncir rambutnya yang panjang dan masih mengenakan riasan yang indah dan cerah. Wajahnya yang kecil seukuran telapak tangan bagaikan permata yang indah, dan matanya berbinar. Dia mengenakan jas hitam panjang di bahunya dan mengenakan gaun renda merah di dalamnya. Pinggangnya yang ramping dan kakinya yang indah, membuat orang-orang terpesona.
"Hei, air liurmu, tuh," kata Clarine menghampiri Ariel sambil menunjuk.
Ariel menelan air liurnya dengan wajah tersipu malu, lalu berkata, "Nona Clarine, An, Anda sangat cantik."
"Untungnya kamu adalah sekretaris utama Kak Rio. Bisakah kamu untuk berhenti terlihat bodoh saat melihat wanita cantik?" Clarine menggelengkan kepalanya seraya menangis bercampur tertawa.
Kemudian, sebuah mobil Rolls-Royce melesat ke arah Hotel KS WORLD.
CEO wanita cantik muncul di restoran tanpa diketahui oleh siapa pun. Walaupun Clarine adalah wanita cantik papan atas, semua karyawannya seperti tikus yang melihat kucing. Mereka semua sangat ketakutan hingga tak berani bernapas.
Karena pelajaran kemarin, hari ini tak ada seorang pun yang berani malas-malasan. Lantai marmer hotel dipoles dengan sangat indah dan semua bahan masakan adalah yang paling segar.
Clarine pergi berkeliling, lalu kembali ke kantornya setelah memberikan beberapa panduan.
"Saat ini nggak banyak yang bisa kulakukan. Ariel, kamu pergilah ke sisi Kak Rio."
"Saya tak perlu kembali ke sisi Pak Rio." Ariel tersenyum lebar dan berkata, "Pak Rio bilang, selanjutnya saya akan mengikuti Anda. Saya menjadi sekretaris Anda."
"Apa?!"
Mata indah Clarine sedikit tercengang. "Kak Rio bilang hari ini dia akan memberiku hadiah. Nggak mungkin ... itu kamu, 'kan?!"
Ariel mengedipkan matanya yang besar seraya mengangguk.
Hadiahnya adalah sekretaris!
Kak Rio benar-benar memberi Clarine hadiah manusia hidup!
Melihat Clarine yang tidak berbicara selama beberapa saat, Ariel pun berkata dengan panik, "Nona Clarine, apa Nona tak mau saya karena saya adalah sekretaris bekas? Jadi, Nona tak mau menerima saya?"
Clarine menggerakkan bibirnya dan berkata, "Bekas apanya! Kamu itu sekretaris yang sangat berpengalaman!"
"Hehe. Selanjutnya, mohon bimbingannya! Saya tidak minta apa-apa, kok. Hanya naikkan gaji tahunan saya!" ucap Ariel dengan suka cita.
"Apa kamu masih punya masalah dengan uang? Kalau kerjamu bagus, aku akan membuatmu jadi kaya raya. Kalau nggak, aku akan memecatmu," kata Clarine dengan bibirnya yang merah menggoda sambil menopang dagunya dengan tangannya.
Ariel menarik napas dan segera melaporkan kemajuan pekerjaannya saat ini.
"Semua perlengkapan tempat tidur dari Furnitur Ellie yang Anda perintahkan kemarin, sudah diganti semuanya. Selain itu, hotel KS di seluruh negeri juga sudah diberi tahu bahwa perlengkapan tempat tidur yang menggunakan merek Ellie harus diganti dalam waktu satu minggu."
Saat ini, terdengar suara ketukan yang mendesak dari luar pintu.