Bab 8
Staf langsung mengerti dan menyiapkan sebuah mobil Mustang untuk Teguh.
Danu duduk dengan elegan di atas kap mobil Bugatti. "Teguh, karena ini adalah pertama kalinya kamu ikut balapan. Bagaimana kalau kita melakukan satu putaran saja?" tanyanya dengan nada meremehkan.
"Nggak perlu."
Melihat mobil yang hampir seperti mainan di depannya, Teguh hanya menggelengkan kepalanya. "Ayo cepat mulai!"
Sikap meremehkan yang ditunjukkan Teguh membuat Danu merasa kesal. "Lantaran kamu sudah siap, ayo kita mulai saja!"
Di lintasan balap, seorang gadis jangkung yang mengenakan bikini berjalan menghampiri bagian depan kedua mobil tersebut. Spontan, dia mengibaskan bendera kecil di tangannya.
"Mulai!"
Brum ... brum ... brum ...
Kedua mobil sport tersebut langsung melaju kencang dengan deru mesin yang menggelegar. Di tengah sorak-sorai dan teriakan semua orang, keduanya melaju gila-gilaan di sepanjang lintasan.
Banyak pemuda dan gadis-gadis kaya melihat ke arah layar besar. Mereka menyaksikan situasi balapan dari sudut pandang drone di udara.
"Gila, Bugatti milik Tuan Danu langsung melaju kencang saja!"
"Tentu saja."
"Tuan Danu 'kan pembalap profesional. Dia pernah menyandang juara ketiga dalam balapan profesional. Sementara, bocah miskin itu tinggal di gunung sejak kecil, satu-satunya kendaraan yang sering dia kendarai ya paling cuma traktor."
"Hahaha."
Para pemuda dan gadis-gadis kaya itu mengolok-olok Teguh sambil menyaksikan layar besar.
Rina tidak menghiraukan yang lain. Dia terus menatap layar besar itu tanpa berkedip.
Pada titik ini, kedua mobil sport telah memasuki momen krusial dalam aksi kejar-kejaran.
Bugatti milik Danu terus meliuk ke kiri dan ke kanan, menghalangi Mustang milik Teguh, sehingga Mustang tersebut tidak bisa menyalip.
Rina menghela napas di dalam hati.
Danu ini memang pantas menjadi juara ketiga dalam balapan profesional. Kemampuannya dalam mengemudi mobil tidak bisa disandingkan dengan orang biasa.
Fakta bahwa Teguh bisa mendapatkan hasil seperti itu sudah melampaui ekspektasi Rina.
Teguh bisa berbahasa Prancis dengan fasih. Dia juga bisa melakukan olahraga kelas atas, seperti balapan. Sebenarnya Teguh tidak terlalu buruk.
Ketika Rina sedang memikirkan hal tersebut, seorang pemuda kaya berteriak dengan lantang, "Lihat. Mobil mereka sebentar lagi akan melewati Jalur Aruna. Mobil Tuan Danu sudah mulai melambat, tapi kenapa Teguh masih terus melaju dengan kecepatan penuh?"
Rina segera bereaksi, dengan cepat pandangannya langsung tertuju pada layar besar lagi.
Jalur Aruna merupakan bagian tersulit di Sirkuit Gunung Aruna. Secara keseluruhan, lintasan tersebut berkelok-kelok dan penuh dengan tikungan tajam.
Sebelum memasuki Jalur Aruna, mobil sport harus mengurangi kecepatannya, lantaran jalur ini hanya bisa dimasuki dengan kecepatan yang lambat.
Sedikit lebih cepat saja, mobil sport pasti akan keluar lintasan dan menyebabkan kecelakaan yang fatal.
Oleh karena itu, Bugatti milik Danu sudah mulai mengurangi kecepatannya dan bersiap melewati Jalur Aruna secara perlahan-lahan.
Di sisi lain, Mustang milik Teguh justru sebaliknya. Mobil itu terus melaju menuju pintu masuk Jalur Aruna dengan kecepatan tinggi.
"Sialan!"
"Apa dia sudah bosan hidup?"
Para pemuda dan gadis-gadis kaya itu ketakutan melihat kecepatan Mustang tersebut.
Hati Rina bahkan berdesir untuk sesaat. Dia langsung berdiri dari kursinya. Jari-jarinya yang lentik dan kuning langsat itu mencengkeram pegangan kursi erat-erat.
Selesai sudah.
Pria ini memang ingin mati.
Saking cemasnya Rina pun berteriak, "Cepat beri tahu ruang kontrol! Suruh Teguh berhenti sekarang juga!"
Namun, balapan itu sudah berada pada puncaknya. Dengan campur tangan dari ruang kontrol sekalipun, tidak mungkin untuk menghentikannya.
Melihat Mustang sudah menyalip di depan Bugatti miliknya, Danu langsung mencibir, "Bocah malang, apa kamu baru sadar kalau kamu sudah nggak bisa lagi mengerem sekarang?"
"Hehe."
"Sayang, semua sudah terlambat."
Pada saat ini, Danu sudah mulai menantikan Mustang yang berkecepatan tinggi itu memasuki Jalur Aruna, kemudian keluar dari lintasan, alhasil terjadilah tragedi kecelakaan mobil.
Beberapa detik kemudian, Mustang yang dikemudikan Teguh melesat melaju menuju Jalur Aruna ...
"Ah!"
Gadis-gadis kaya yang berada di depan layar besar menjerit ketakutan.
Satu per satu menutup mata.
Di benak mereka sudah terbayang adegan kecelakaan mobil.
Wajah Rina yang cantik seketika menjadi pucat. Diam-diam dia juga memejamkan matanya.
Di dalam hati, Rina merasa sangat bersalah.
Jika bukan karena dirinya, bagaimana mungkin Teguh bisa kecelakaan?
Pada saat itu, entah siapa yang berteriak, "Astaga! Mana mungkin!"
Semua orang terkejut. Mata mereka langsung tertuju pada layar lebar.
Mereka melihat Mustang yang dikendarai Teguh melaju cepat, menerobos Jalur Aruna yang terkenal dengan lintasannya yang berkelok-kelok dan penuh dengan tikungan tajam.
Secara keseluruhan, Jalur Aruna memiliki 18 tikungan. Empat tikungan di antaranya merupakan tikungan yang sangat tajam dan berbahaya.
Keempat tikungan ini jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi kelokannya terlalu aneh. Jika laju mobil sedikit lebih cepat saja, mobil tersebut pasti akan oleng keluar dari jalur.
Akan tetapi.
Mustang yang dikemudikan Teguh memelesat ke Jalur Aruna dan langsung melewati tikungan tajam dan berbahaya yang pertama dengan mengepot.
Selanjutnya, Teguh melaju melewati tikungan tajam kedua dan ketiga dengan kecepatan yang sama.
Sebentar lagi, mobil itu akan segera sampai di tikungan keempat.
Tikungan keempat ini merupakan tikungan yang paling berbahaya di sepanjang Jalur Aruna. Setiap tahun, tidak terhitung banyaknya pembalap yang mengalami kecelakaan di tempat ini.
Semua orang merasa tegang. Mereka terus mendelik menatapi layar lebar.
Rina berdoa dalam hati, berharap tidak ada korban jiwa.
Meskipun tidak menyukai Teguh, Rina tidak ingin melihat Teguh tewas karena hal ini.
Jika hal itu benar-benar terjadi, bagaimana Rina akan menjelaskannya pada Kakek?
Akan tetapi.
Detik berikutnya, Rina yang sedang menatap layar besar itu tiba-tiba saja terbelalak.
Dia melihat Mustang yang melaju cepat tersebut tiba-tiba saja berputar 360 derajat sebelum sampai di tikungan keempat.
Setelah berputar satu kali, Mustang tersebut akhirnya sampai di tikungan.
Berputar untuk yang kedua kalinya, Mustang itu menyeberangi tikungan tajam dan berbahaya yang keempat.
Setelah putaran ketiga, akhirnya Mustang tersebut berhasil melewati tikungan keempat.
Adegan tersebut langsung menimbulkan kehebohan di antara semua orang yang hadir. "Sialan!"
"Berputar 360 derajat? Dia ... bagaimana dia bisa melakukannya?"
"Pria ini adalah orang pertama yang melewati Jalur Aruna tanpa mengurangi kecepatan, sebaliknya dia malah menambah kecepatan. Balapan malam ini adalah balapan legendaris di Sirkuit Gunung Aruna!"
Semua orang kasak-kusuk.
Di tengah komentar semua orang, Teguh, pengemudi di balik Mustang itu benar-benar bisa melewati Jalur Aruna.
Sementara itu, Bugatti yang dikemudikan Danu baru saja melewati tikungan pertama.
Perbedaan di antara mereka berdua terlihat jelas.
Beberapa menit kemudian, Mustang melewati garis finis dengan suara deru yang begitu keras dan berhenti dengan mengepot 360 derajat.
Di tengah tatapan semua orang, Teguh keluar dari mobil, lekas duduk di kursi yang ada di sampingnya.
Setelah mencecap tehnya, Teguh berkata dengan nada datar, "Balapan ini terlalu membosankan. Lain kali kalian buat yang lebih menarik."
Para pemuda dan gadis-gadis kaya yang berada di sana langsung jadi bingung dibuatnya.
Danu adalah juara ketiga pada kejuaraan balap. Kemampuan balapnya jauh lebih unggul dibanding yang lain. Bagaimana mungkin pembalap hebat seperti Danu kalah dari seorang bocah miskin dari gunung?
Ini ...
Makin keras ejekan mereka tadi, makin malu mereka sekarang.
Brum ... brum ... brum ...
Pada saat itu, terdengar suara deru yang sangat keras.
Danu kembali dengan Bugatti miliknya.
Begitu Bugatti itu berhenti, Danu bergegas keluar.
Ketika menyadari banyak pasang mata yang menatap dirinya, tiba-tiba saja wajah Danu menjadi pucat. "Ini ... pasti ada masalah dengan mobil ini," ucapnya seraya menggertakkan gigi lamat-lamat.
Berbagai umpatan Danu lontarkan dalam hati. Setekah duduk di kursi pengemudi mobil Mustang, Danu mencoba menginjak pedal gas dengan sekuat tenaga hendak mencoba rem mobil tersebut.