Bab 732
Teguh tersenyum lebar tanpa mengucap sepatah kata.
Lalu ....
"Buk!"
"Buk!"
"Buk!"
Setelah melancarkan rentetan tinju, dia melepaskan cengkeramannya pada Dewa Perang Kedua. "Pukulan-pukulan ini adalah pembalasan atas kematian Pasukan Serigala dan kehilangan wilayah," ujar Teguh dengan datar.
Dewa Perang Kedua memelototinya tanpa berkata-kata, dia hanya menarik napas dalam-dalam.
Benar.
Menurut kebiasaan Serenara, menghukum mati seseorang akibat kelalaiannya adalah hal yang wajar.
"Enyahlah!"
Teguh mendengus dingin. "Habis ini, aku mau bahas masalah militer penting."
Dewa Perang Kedua bangkit dengan bantuan pasukan pengawalnya. Dia meninggalkan tempat itu sambil terhuyung-huyung.
Suasana sunyi senyap, menyisakan setitik amarah dan hati penuh kebencian. "Teguh, tunggu pembalasanku, aku pasti bakal membuatmu menyesal!"
Dewa Perang Kedua dan pengawalnya menghilang dalam sekejap.
"Semua panglima pasukan, berkumpulah di markas besar untuk rapat!"
Teguh menyuruh singkat, lalu masuk ke markas b
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda