Bab 532
Pada saat ini, ekspresi Widya terlihat begitu sedih dan nyaris menangis.
Sepasang matanya bekaca-kaca hingga memantulkan bayangan Teguh, dengan sedikit 'kelembutan' di dalamnya.
"Nggak perlu repot-repot."
Teguh memutar bola matanya. "Kalau kamu memang merasa berutang budi, selesaikan saja di kehidupan ini. Jangan ganggu aku di kehidupan selanjutnya."
"A-aku ... "
Widya nyaris pingsan setelah mendengar ucapan itu.
Dia ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Teguh segera memotongnya, "Sudahlah, jangan banyak omong. Ayo istirahat sebentar. Kalau ada apa-apa, kita bicarakan lagi nanti malam."
Widya merasa sangat bersalah dan sedih, tetapi dia hanya bisa mendengarkan Teguh.
Malam makin larut.
Suara tawa nakal di kejauhan perlahan menghilang.
Rupanya Qadir dan lainnya tertidur setelah puas 'merayakan kemenangan'.
Sementara di gubuk tempat Teguh dan Widya disekap hanya dijaga oleh seorang pembunuh.
"Krek ..."
Saat ini, Teguh membuka mata dan sengaja membuat kebisingan dengan borgolnya.
Seperti
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda