Bab 195
"Pak Teguh."
Keduanya bergegas menuju sebuah rumah di hutan. Sarah membawa sebotol anggur sambil berjalan dan memperingatkan, "Guru saya mudah diajak bicara, hanya saja ... cara pandangnya agak tinggi."
"Selama Anda tidak membuatnya marah, semuanya akan baik-baik saja."
"Aku mengerti," jawab Teguh.
"Guru saya bernama Walawi, Anda bisa memanggil dia Kakek Walawi, eh ... " Sarah berhenti sejenak untuk berpikir. Dia hendak meminta Teguh memanggil gurunya 'Kakek Walawi', tapi dia merasa hal itu akan memunculkan kecurigaan bahwa dia sedang mengambil kesempatan untuk memanfaatkan Teguh.
Sarah sendiri memanggil gurunya dengan sebutan 'Guru', sedangkan Teguh memanggil gurunya 'Kakek'. Kalau begitu ... bukankah berarti dia satu generasi di atas Teguh?
Sarah menjadi bimbang.
Teguh berkata dengan datar, "Aku akan memanggilnya 'Pak Walawi' saja."
"Baik!"
Tidak lama kemudian, mereka berdua sudah sampai di lantai bawah.
"Guru!"
"Murid Guru datang menemui Guru," kata Sarah mengetuk pintu kamar.
"Hehe
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda