Bab 11 Tertangkap Basah!
Arianne Wynn mematung.
“Tidak apa-apa, aku merasa nyaman-nyaman saja tidur di gudang!”
Mark Tremont melirik ke arahnya, hawa tidak senang terpancar dari tatapannya yang dingin.
“Aku tidak memintamu untuk tidur di kamarku di lantai atas tapi di kamar tamu. Mary akan membantumu menyiapkan kamar tamu yang ada di samping kamarku.”
Karena merasa ketahuan telah salah mengira, Arianne merasa canggung.
Tidak lama kemudian, salah satu pelayan yang telah meyiapkan makan malam untuk mereka di ruang makan mendatangi mereka.
“Tuan, Nona, waktunya makan malam.”
Mark Tremont menutup majalah yang ada di tangannya dan berdiri.
“Makanlah.”
Dia meminta Arianne Wynn untuk makan bersamanya. Kapan terakhir kali Arianne Wynn makan dengan Mark Tremont di meja yang sama? Dia bahkan tidak ingat itu.
Arianne Wynn menundukkan kepalanya di meja makan, dia makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Dia hanya mengambil lauk yang dekat dari jangkauannya. Mark Tremont makan perlahan, dia juga hampir tidak mengeluarkan suara sama sekali. Sikap mereka semakin menekankan keheningan di ruang makan yang luas itu.
Kepala pelayan Henry yang sedang berdiri di samping meja menghela nafas dan mengambil beberapa lauk untuk Arianne dengan sendok penyaji. Lalu dia berkata, “Jangan hanya makan sayuran, kau ini sedang dalam masa proses pertumbuhan.”
“Terima kasih,” Balas Arianne Wynn dengan lembut.
Saat mereka sedang makan, Arianne makan cukup banyak, dia memakan semua yang kepala pelayan Henry suguhkan padanya. Karena dia tidak terbiasa makan terlalu banyak dalam satu kali makan, dia pun merasa perutnya agak sakit.
Mary sudah selesai membereskan kamar tamu yang akan ditempati Mary tepat saat mereka selesai makan malam.
“Ari, periksalah gudang, dan lihat apakah ada barang yang belum aku bereskan. Aku sudah memindahkan barang-barangmu ke kamar tamu diatas.”
Arianne melirik ke arah Mark Tremont sekilas, dia baru saja duduk di ruang tamu, lalu Arianne mengangguk pada Mary dengan rasa bersalah.
Saat Mark Tremont kembali ke kamarnya, dia diam-diam masuk ke gudang dan mengambil kado di dalam kotak kardus yang dia sembunyikan di bawah kasurnya. Lalu dia berjalan ke lantai atas dengan hati-hati dan tanpa bersuara sedikitpun, Tapi, pintu disamping kamarnya terbuka tepat saat dia sampai di depan kamarnya. Mereka saling bertatapan, Arianne terlihat seperti seekor rusa yang baru saja tertangkap cahaya lampu depan mobil saat matanya membesar dan bulu matanya gemetar. Dia buru-buru menyembunyikan kotak kado yang ada di tangannya ke belakang badannya.
“Apa itu? Berikan padaku.” Mark Tremont menatapnya dan memerintah.
Seperti anak nakal yang baru saja melakukan kesalahan, dia hanya bisa menyembunyikannya selama dua detik, karena tatapan Mark Tremont membuatnya takut, maka dia mengulurkan tangannya pada Mark.
“Pergilah tidur sekarang.” ucap Mark Tremont setelah membuka salah satu kotak hadiah dan hanya melihatnya sekilas.
Arianne Wynn tahu kalau Mark Tremont tidak akan mengembalikan barang itu padanya, dan dia juga tidak berani memintanya kembali. Dia seperti sudah menebak kalau ini akan terjadi sesaat setelah dia menerima kado itu. Jadi menurutnya hal ini tidak begitu mengejutkan.
Dia memasuki kamarnya dan menutup pintu, Arianne mengerutkan bibirnya dan menghela nafas panjang. Lalu, saat dia mengingat catatan dari Will Sivan didalam kotak kado itu dia perlahan terjongkok. Dia merasa riwayatnya sudah tamat…
Seperti kebanyakan orang tua, Mark Tremont melarang Arianne untuk berpacaran terlalu dini, walaupun sebenarnya dia sudah cukup umur untuk berpacaran dan dia bukanlah orang tuanya. --Bisa dibilang dia adalah wali Arianne Wynn…
Mark Tremont berpikir untuk langsung membuang kotak hadiah itu. Dia selalu melakukan itu sepuluh tahun belakangan ini, namun kali ini, entah kenapa dia tidak langsung melakukan itu, dia hanya melemparkannya ke meja.
Semakin dia melihat kotak itu, dia semakin merasa kesal. Dengan cepat, dia membuka kotak hadiah itu. Pandangannya langsung tertuju pada secarik kertas catatan di dalam kotak itu.
“beriringan, bersamamu aku akan menua… huh?”
Pada saat yang sama, Arianne Wynn yang sedang berbaring di kasur yang besar dan empuk merasa tidak bisa tidur. Dia terbiasa untuk tidur di kasur yang keras dan gudang yang sempit, maka dia merasa agak aneh berada di kamar itu. Hatinya juga terbebani dengan rasa cemas, memikirkan kapan Mark Tremont akan memanggilnya.
Ponselnya berdering saat dia memikirkan tentang itu. Ponsel itu ponsel pemberian Mark Tremont, maka ponsel itu hanya berisi nomor teleponnya saja.
Arianne ingin berpura-pura tidak menyadari kalau ponselnya berbunyi untuk menghindari Mark Tremont. Tapi penampakan wajah gelapnya yang sedang marah tiba-tiba muncul di benaknya. Mark Tremont hanya mengirim pesan singkat saja, dia menuliskan dua kata dalam pesan singkatnya, “Datanglah kemari.” hati Arianne seolah tenggelam, dia lalu bergegas memakai satu-satunya jaket miliknya dan berjalan ke kamar Mark Tremont, setelah ragu-ragu untuk beberapa saat, akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Suara datar Mark Tremont terdengar dari dalam kamar, “Masuk saja.”
Seperti biasa, saat Arianne memasuki kamarnya, Mark Tremont selalu sedang duduk di kursi di depan jendela bergaya Perancis. Ada sebatang rokok di sela-sela jarinya. Jika dia merokok seperti ini biasanya, itu berarti bahwa dia sedang dalam mood yang tidak baik. Arianne tidak berani menghampirinya lebih dekat, maka dia memilih untuk berdiri agak jauh dari Mark Tremont.
“Kemarilah,” ucapnya lagi dengan nada suara yang dingin. Ucapannya sebenarnya sama dengan pesan singkat yang dia kirimkan tadi, tapi saat dia mengucapkannya secara langsung itu terdengar lebih menakutkan dibandingkan melalui pesan singkat.
Arianne Wynn memberanikan diri saat dia berjalan dan berdiri di sampingnya, dia masih terlalu takut untuk mengeluarkan suara. Tiba-tiba, Mark Tremont menariknya mendekat ke pelukannya, membuat Arianne terjatuh dan duduk dipangkuannya!