Bab 20 Refleksi Diri
Lynette menatap mata Yvonne.
"Kau tidak akan menyembunyikannya kalau memang tidak ada apa-apa! Ada sesuatu yang mencurigakan di sini! Biar aku lihat!"
"Jangan!" Yvonne menggelengkan kepalanya.
Lynette mengabaikannya dan mengambil kertas itu dari meja.
"Refleksi diri?"
Yvonne mengusap lehernya dengan canggung.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa kau menulis laporan refleksi diri?”
"Itu .…"
Ibarat kucing sudah keluar dari tas, tidak ada gunanya bagi Yvonne untuk menyembunyikannya, jadi ia menceritakan semuanya pada Lynette.
Lynette menatapnya dengan kagum dan mengacungkan jempol.
“Luar biasa! Kau baru saja ditunjuk sebagai sekretaris dan tertangkap basah tertidur di tempat kerja oleh Pak Lancaster! Kau masih beruntung karena beliau tidak memecatmu saat itu juga. Teruskan menulis kalau begitu, aku akan turun sekarang."
Khawatir ia akan ketahuan bermalas-malasan di sini, Lynette mendorong kertas itu kembali ke Yvonne dan dengan cepat keluar dari kantornya.
Sambil menghela nafas, Yvonne menghaluskan kerutan di atas kertas sebelum mengambil penanya dan melanjutkan menulis. Setelah selesai, ia meninjau laporan tersebut sebelum mengirimkannya ke Henry.
"Pak Lancaster, saya sudah menyelesaikan laporan refleksi diri." Yvonne berdiri di depan meja pria itu dan menyerahkan laporan refleksi diri dengan kedua tangannya.
“Tinggalkan saja di meja."
Henry bahkan tidak melihatnya dan terus memberikan approval dokumen di tangannya.
Yvonne melakukan perintah lelaki itu dan meletakkan laporan refleksi diri di meja kerja Henry. Dia mundur selangkah lalu menatap Henry dari kejauhan.
Pria ini hanya mengenakan kemeja hitam tanpa mantel dan dasinya. Kedua kancing di kerahnya tidak dikancingkan dan lengan bajunya digulung sehingga sedikit bagian dadanya yang seperti perunggu dan lengannya yang kuat terlihat. Imajinasi Yvonne menjadi liar.
Bahkan sekarang, ia masih merasa sulit untuk percaya kalau pria yang begitu sempurna dan seksi ini adalah suaminya selama tiga tahun.
Henry akhirnya merasakan tatapan Yvonne yang membara padanya. Ia mengangkat kepalanya dan disambut oleh seringai bodoh di wajah wanita itu.
"Untuk apa kau berdiri di sini?" Ada sedikit rasa jijik melintas di mata Henry.
Sudah tiga tahun Yvonne menikah dengan anggota keluarga Lancaster. Namun, cara bicaranya masih kasar dan ia belum tumbuh sebagai seorang individu.
Yvonne tersadar kembali ketika ia mendengar suara Henry yang sedikit tidak sabar, dan dengan cepat menyesuaikan ekspresi wajahnya.
"Maaf, saya akan pergi sekarang."
Yvonne memutar badannya dan berjalan menuju pintu.
"Tunggu!" Henry memanggilnya dari belakang.
Yvonne menoleh dengan bingung. “Apa ada sesuatu, Pak Lancester?"
Henry menurunkan pandangannya dan dengan tenang berkata, “Beberapa hari lagi, pergilah bersamaku ke rumah sakit. Kita akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap."
"Pemeriksaan fisik?" Yvonne berkedip karena terkejut.
“Tapi saya baru saja di rumah sakit .…”
“Kau harus mendengarkan perintahku!" Wajah Henry berubah masam saat suaranya semakin keras.
Ia harus menilai kondisi fisik Yvonne untuk memastikan tidak ada masalah setelah ia menyumbangkan sumsum tulangnya.
Sadar kalau Henry kesal, Yvonne menunduk dan menerima perintahnya tanpa berkata apa-apa. "Baik."
Ekspresi wajah Henry sedikit melembut.
"Ada yang harus kulakukan sore ini, jadi pulanglah sendiri nanti."
“Apa Anda akan pulang ke vila malam ini?”
Henry mengerutkan kening dan tidak menjawabnya.
Yvonne berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan kekecewaan di wajahnya begitu tahu kalau Henry tidak akan pulang malam ini.
"Saya akan pergi sekarang."
"Ya," jawab Henry dengan lemah.
Di sore hari, tugas sekretaris lain menyasar Yvonne dan memberinya setumpuk data akuntansi dari beberapa tahun terakhir untuk dipilah.
Meski marah,Yvonne menekan perasaannya dan menerima pekerjaan itu supaya ia cepat mengenal tugas kesekretarisan. Ia akhirnya bekerja sampai larut.
Saat Yvonne kembali ke vila, jam sudah menunjuk ke angka sembilan malam.
Vila itu begitu sunyi sehingga ia bisa mendengar suara jarum jatuh. Sue juga tidak terlihat.
Yvonne baru ingat bahwa pengurus rumah tangga ini telah kembali ke rumah ketika ia melihat catatan liburan yang ditinggalkan Sue di meja kopi di ruang tamu.
“Sepertinya aku terlalu sibuk bekerja!"
Yvonne menggaruk kepalanya dan bergumam pada dirinya sendiri. Ia lalu menggulung lengan bajunya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.
Karena malam sudah cukup larut, ia memutuskan untuk membuat semangkuk mie. Ia sedang tidak ingin memasak sesuatu yang rumit.
Henry bisa mencium aroma makanan yang datang dari dapur begitu ia masuk ke vila. Perutnya langsung keroncongan.
Siapa yang masih memasak malam-malam seperti ini?