Bab 22
Saat ini, Windy terbaring di bawah Hendry, rambut hitam panjangnya tersebar di atas sprei di kamar pengantin yang diatur dengan tangan oleh sang nenek. Spreinya berwarna merah terang yang membuat kulit putihnya terlihat bercahaya dan memberikan kesan yang sedikit menggoda.
Jika dia terbaring seperti ini di bawah pria lain ...
Hendry mengepalkan tangannya dan ingin menjelaskan bahwa dia mengirimkan obat untuknya, bukan seorang pria.
Namun, kata-kata itu tak bisa keluar.
Windy menatapnya dan berkata, "Pergilah."
Dia memintanya untuk pergi, tetapi Hendry tidak bergerak.
Windy mulai meronta, teringat betapa Hendry membawa Debby ke Taman Baratnya kemarin malam. Dia tidak ingin ada kontak fisik dengan pria itu.
"Hendry, pergi! Kamu baru saja tidur dengan Debby, sudah mandi?" ujar Windy.
Hendry terdiam.
Dia menahan kedua tangan Windy dan menekannya ke kasur dan dengan suara dingin memperingatkan, "Windy, jangan bergerak!"
Windy tentu tidak akan mendengarnya, malah berusaha lebih keras untuk m
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda