Bab 155
Windy sendiri juga tidak mengerti apa yang sedang dia bicarakan.
Hendry menatap es krim di tangan Windy, lalu pandangannya beralih ke wajah Windy yang cantik paripurna dan akhirnya balik bertanya, "Makan apa?"
Pikiran Windy terasa kacau, dia tidak tahu apa maksud pertanyaan Hendry.
Yang jelas jantungnya berdetak dengan begitu kencang.
Windy pun memutuskan untuk mengakhiri. "Aku tutup saja teleponnya, ya, Pak Hendry. Aku mau tidur."
Windy langsung memutuskan sambungan telepon.
Saat hendak mandi, Felica menyadari wajah Windy yang merah padam. "Kenapa wajahmu semerah itu, Windy?"
"Mungkin karena kepanasan," jawab Windy sambil menyentuh wajahnya. "Sudah, Felica, sana cepat mandi."
"Oke."
Felica pun masuk dan mandi.
Windy duduk sendirian, lalu menundukkan kepalanya dan memakan es krim di tangannya. Ketenangannya perlahan kembali. Kenapa tadi dia merasa begitu panik?
Padahal pagi tadi Hendry yang menutup telepon setelah Windy bertanya apakah pria itu ingin dia balas budi atau tidak.
Ya ampun

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda