Bab 148
Kamar tidur itu kosong, tidak ada siapa-siapa di sana.
Hendry pun berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup, lalu berbisik, "Windy, kamu belum selesai mandi?"
Tidak terdengar suara apa pun dari dalam sana.
Tidak ada yang memberikan Hendry jawaban.
Hendry pun mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, tetapi pintu kamar mandi itu terbuka sendiri.
Hendry berhenti sejenak, lalu melangkah masuk. Bak mandi yang besar itu sudah kosong dan tidak terlihat Windy di mana pun.
Ke mana Windy?
Hendry pun berjalan keluar dan kebetulan sekali pembantunya masuk. "Pak Hendry, Bu Windy sudah pergi."
Windy pergi?
Begitu saja?
Hendry pun menatap es batu yang masih utuh dan bertanya, "Dia nggak mengompres pipinya?"
"Nggak, Bu Windy bilang nggak usah."
Hendry mengulurkan jari-jarinya yang ramping untuk mengambil selembar catatan di meja samping tempat tidur, di atas kertas itu tertera dua patah kata saja. Terima kasih.
Windy pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan hanya meninggalkan dua patah k

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda