Bab 305
Ji Yinfeng telah bersama dengannya selama bertahun-tahun dan belum pernah sedikitpun menegurnya dengan begitu keras.
Rouruo menatapnya dengan perasaan tidak percaya, membuat suasana di ruangan itu menjadi tegang dan menyedihkan.
Setelah beberapa lama, akhirnya Gu Ruoruo berkata dengan sepasang bibir yang terkatup sedih, "Berani-beraninya kau berteriak padaku."
Saat dia berbicara, air matanya terjatuh seperti tetesan air hujan.
Ji Yinfeng pun merasa terkejut. Dia jarang sekali marah.
Namun, bagaimana dia bisa bersikap tenang ketika memikirkan mendiang anaknya?
"Aku juga merasa sangat sedih karena telah kehilangan anak kita. Namun, bagaimana kau bisa menuduh ku, memarahi ku dan bahkan kau tidak berusaha untuk menghibur ku? Apakah aku masih ada dihatimu?"
Dengan wajah berkaca-kaca, Gu Ruoruo menuduhnya. Sikapnya memang terlalu mengecewakan.
Menghadapi kemarahannya, Ji Yinfeng hanya bisa menghela nafas. Dia menghampiri Ruoru o untuk memeluknya tetapi wanita itu menolak.
"Ji Yinfeng, aku sa
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda