Bab 11
Kalimatnya terbata-bata dan suaranya terdengar sangat lembut tapi Lu Shijin telah mendengar semua ucapannya.
Tiba-tiba sorotan matanya berubah menjadi aneh kemudian dia bertanya, "Apa kau yakin?"
"Ya," katanya dengan anggukan.
Pipinya memerah dan lekuk tubuhnya terlihat begitu indah bahkan seorang seniman pun tidak akan bisa melukisnya. Saat itu sosoknya terlihat sangat cantik dan menawan.
Jantungnya berdebar kencang dan bibirnya melengkung ke atas saat dia berkata, "Jika kau menginginkan hal itu maka dengan rendah hati aku akan menerima permintaanmu."
Dia menyerah pada dorongan hatinya, meletakkan gelas anggurnya, memeluk pinggangnya, dan menariknya ke dalam pelukannya. Kemudian, dia menunduk dan mencium bibirnya.
"Boom-"
Tang Ruochu merasa seolah-olah ada sesuatu yang meledak di dalam pikirannya dan perasaannya menjadi kosong.
Ciumannya terasa ringan dan bahkan dia dapat merasakan anggur pada bibirnya tapi sepertinya pria itu telah menariknya kedalam suatu mantra yang kuat. Mulutnya menjelajahi bibirnya berulang kali dan sangat agresif, merampas semua pikirannya.
Kepalanya berdengung dan dia menatap pria ini dengan perasaan bingung. Dia tidak bisa mengungkapkan sensasi aneh ini dengan kata-kata.
Dia tidak tahu berapa lama ciuman itu berlangsung, tetapi akhirnya Lu Shijin melepaskannya ketika dia merasa seolah-olah semua udara didalam paru-parunya tersedot keluar.
Matanya terbakar dan dia segera menghentikan aksinya dan tidak membawanya ke arah yang lebih jauh.
Rouchu bersandar di dadanya dengan nafas yang terengah-engah. Setelah dia merasa nafasnya kembali normal, akhirnya berkata, "Terima kasih."
Dia bersyukur karena berhenti pada waktu yang tepat.
Lu Shijin memadamkan perasaan yang mengalir dalam dirinya dan berkata dengan acuh, "Jangan khawatir. Hal-hal yang baik akan terasa lebih nikmat dan aku baru saja menyentuh permukaannya. Gali lebih dalam ... aku harus menunggu sekarang."
Dia tertawa pelan dan berkata, "Aku tahu bahwa kau sangat berbeda dari yang aku bayangkan."
"Oh? Apa pendapatmu tentang aku?" dia bertanya dengan rasa ingin tahu sambil mengangkat alisnya.
"Kau tampak seperti seorang pria yang misterius dan rendah hati. Aku pikir kau adalah seseorang yang suka menyendiri, dingin, dan kejam. Tapi ternyata kau adalah sosok pria yang memancarkan kekuasaan dan yang tampak berada jauh di luar jangkauanku," ucapnya.
"Bagaimana dengan pendapatmu sekarang?"
"Kau tidak tampak seperti seseorang yang kesepian seperti yang kubayangkan."
Lu Shijin memberinya tatapan penuh arti sebelum dia berkata, "Kaulah satu-satunya orang yang akan kutunjukkan tentang pribadiku yang sebenarnya. Aku hanya mencoba bersikap dingin di depan umum."
Kata-katanya membuat Tang Ruochu hanya bisa terdiam.
Dia sangat tersentuh ketika pria ini telah memberinya suatu kepercayaan yang penuh.
Bagaimana dia bisa membohonginya ketika dia begitu terbuka dengannya?
"Aku juga akan menunjukkan kepribadianku yang sebenarnya," janjinya.
...
Tang Ruochu dan Lu Shijin membuka diri mereka untuk menjadi lebih intim pada malam kedua pernikahan mereka ... tidur bersama di satu ranjang yang sama.
Mereka menghormati pasangan mereka dan mereka juga telah sepakat untuk tidak melewati batas yang tak terlihat itu!
Malam itu Tang Ruochu tidur sangat nyenyak, dan ketika dia bangun keesokan hari, dia tidak melihat Yi Jinli di sekitar ruangan itu.
Dia berpikir bahwa pria itu telah berangkat kerja, tetapi ketika menuju ke bawah, dia melihat bahwa pria itu sedang menunggunya untuk sarapan bersama.
Terdapat beberapa variasi pilihan yang diletakkan di atas meja makan ada masakan Cina maupun Barat yang tersedia. Sebagian besar hidangan disesuaikan dengan seleranya.
Dia duduk di hadapannya, mengambil semangkuk bubur, dan meneguknya dengan tenang. Namun, sarapannya yang damai itu mulai terganggu saat Gu Ruoruo menelepon dirinya.
Dia mengerutkan kening dan ekspresi kesal terpancar jelas di wajahnya.
"Ada masalah?" Lu Shijin bertanya ketika dia merasakan perubahan suasana hatinya.
"Aku tidak ingin mengangkatnya," ucapnya murung.
Jika saat ini Gu Ruoruo memilih untuk menelepon, mungkin dia akan mengatakan sesuatu yang tidak baik kepadanya.
Meskipun dia enggan untuk mengangkatnya, namun pada akhirnya dia menyerah dan menjawab panggilan tersebut. Terdengar suara Gu Ruoruo dari seberang sana. "Ruochu, aku mendengar dari Ayah bahwa kau telah pindah. Pesta pertunanganku dengan Yinfeng akan diadakan besok malam. Kau harus datang ke acara ini!" Gu Ruoruo terdengar sangat sombong, dan nada suaranya sedikit menantang.
Tang Ruochu ingin sekali membalas sikapnya itu namun dia berusaha untuk menahan lidahnya dan berkata sambil tertawa dingin, "Gu Ruoruo, kau pasti orang pertama yang merasa bangga pada dirimu sendiri setelah kau merampas sesuatu yang sudah tidak diinginkan oleh orang lain lagi."
Kemudian, dia segera menutup telepon dengan satu gerakan cepat tanpa menunggu jawaban dari Gu Ruoruo.
Lu Shijin mengangkat alisnya dan menatapnya. Kemudian, bibirnya melengkung ketika dia berkata, "Aku terkejut mendengar kau berbicara dengan penuh keberanian seperti itu."
"Kau menyanjungku! Ini hanya sebuah puncak gunung es," ucapnya.
Dia meletakkan telepon itu disampingnya dan kembali melanjutkan makannya.
Saat Lu Shijin tengah mempelajari ekspresinya dengan penuh hasrat, tiba-tiba dia berpikir bahwa istrinya adalah karakter yang sangat menarik.
"Apakah kamu berniat untuk membalasnya setelah apa yang telah dia lakukan padamu?" tiba-tiba bertanya setelah keadaan menjadi hening untuk beberapa saat.
...
Informasi yang dia minta telah dikumpulkan oleh Mu Ling dengan sangat lengkap, dia telah mengetahui semua hal yang telah terjadi padanya.
Tang Ruochu mengetahui akan hal itu, tetapi dia tidak terlalu terganggu dengan tindakannya. Dia tidak berencana untuk menyembunyikan apapun darinya.
Dia tidak bisa menahan amarahnya ketika memikirkan segala sesuatu yang telah dilakukan Gu Ruoruo dan Ji Yinfeng padanya. "Aku belum terlalu memikirkannya, tapi aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja!"
Lu Shijin tidak bereaksi dia hanya menatap wajahnya yang lebih menarik dari sebelumnya.