Bab 43
Saat perjalanan pulang.
Ratna sesekali menengok untuk melihatku.
Namun, saat aku menoleh kembali, dia langsung mengalihkan pandangannya.
Aku sedang memikirkan sesuatu dan tidak berniat untuk menghiburnya.
Setelah mengantarkan Ratna ke apartemen, aku berencana untuk pergi.
Ratna tiba-tiba menghentikanku.
"Dirga."
Aku berbalik dan menjawab, "Ada apa?"
Wanita itu berdiri di tengah langit malam. Meskipun wajahnya dipenuhi luka, dia tetap terlihat cantik.
"Terima kasih untuk hari ini."
Aku tersenyum, berbalik dan melambaikan tanganku.
Kemudian, dia pergi dengan anggun.
Dalam hati, aku merasa kasihan pada Ratna.
Dia adalah wanita sederhana dengan banyak impian dan harapan di hatinya.
Aku tahu dari sorot matanya yang jernih, bahwa dia bergabung di industri hiburan bukan demi uang dan ketenaran. Akan tetapi, untuk memenuhi impiannya dalam berakting.
Dulu, aku juga punya mimpi yang tidak berfaedah.
Namun, justru menjadi pewaris Keluarga Wiyasa.
Aku terus mengalami konflik kepentingan sepanjang
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda