Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Tak lama kemudian, forum kampus dipenuhi dengan berita besar. Hans menyatakan cinta secara terbuka kepada Linda, mahasiswi yang baru mendapat julukan primadona kampus. Di bawah berita itu, ada foto yang tampak sangat jelas. Hans memegang sebuket bunga yang tampak murahan sambil berlutut dengan satu kaki. Sementara Linda menutup mulut kecilnya, wajahnya penuh ekspresi malu-malu. Namun, berbeda dengan suasana ceria di unggahan tersebut. Kolom komentarnya dipenuhi dengan kecaman. "Hans itu benar-benar pria bajingan. Dia yang paling bajingan di kampus. Kalau nggak melanggar hukum, aku pasti sudah mematahkan kakinya." "Nggak, apa hak Hans bisa mendapatkan Linda?" "Dia itu miskin, keluarganya benar-benar miskin. Jadi dia hanya bisa melakukan ini." Aku dengan santai menelusuri komentar-komentar itu. Ini tak jauh beda dengan yang sudah kuperkirakan. Namun, sepertinya Linda sudah membuat pilihannya. Di kehidupan sebelumnya, aku menghabiskan terlalu banyak perhatian untuk Linda. Namun, sekarang pikiranku hanya terisi dengan urusan bisnis. Keluargaku memang tidak kekurangan uang. Aku bisa kapan saja menggunakan uang untuk mendapatkan reputasi serta masa depan yang lebih cerah. Tentu saja, awalnya Linda juga memiliki peluang itu. Aku keluar dari gedung asrama, hendak mengendarai mobil keluar dari kampus, Secara tidak sengaja, aku melihat dua sosok. Linda sedang menggenggam tangan Hans, wajahnya tampak merah seperti buah ceri. Mereka berjalan bersama, sementara Hans tampak sangat bangga. Saat aku hendak menyalakan mobil, mereka memperhatikanku. Wajah Linda dipenuhi kemarahan, "Dirga Wiyasa! Apa maksudmu? Apa kamu mau menghalangiku lagi?" Aku menatapnya dengan ekspresi bingung, lalu berujar, "Kamu nggak sakit, 'kan?" "Apa maksudmu?" tanya Linda. Dia masih tampak marah. Dia mengira aku sama seperti dulu, datang ke hadapannya sengaja untuk menghentikannya. Sayangnya, dia salah. "Yo, bukankah ini mantan kekasihmu?" Hans berujar dengan nada mengejek. "Bukan. Hans, dengarkan penjelasanku!" ujar Linda. Begitu menyebutkan tentangku, wajah Linda tampak panik. "Aku sama sekali nggak ada hubungan dengannya! Semua itu hanya rumor yang dia sebarkan sebelumnya!" kata Linda. Saat mendengar penjelasan itu, aku hanya bisa tertawa dingin dalam hati. "Aku menyebarkan rumor?" kataku. "Linda, aku beri tahu padamu. Sejak awal aku memang nggak ada hubungan apa pun denganmu. Jangan bersikap seperti lalat yang menjijikkan," lanjutku. Setelah mengatakan itu, aku langsung menyalakan mobil, lalu pergi. Melalui kaca spion, aku melihat Linda mengangkat roknya, dengan susah payah naik ke sepeda listrik Hans. Kapan Linda pernah menaiki benda seperti itu? Gerakannya begitu konyol, seperti monyet di kelompok sirkus. Ketika aku keluar dari gerbang kampus, sepeda listrik Hans berhenti di sebelah mobilku. Hans mendongak, lalu bersiul ke arahku. Tingkahnya sangat sombong. Seolah-olah sedang memamerkan Linda sebagai trofi kemenangannya. Linda menyembunyikan wajahnya di punggung Hans, sementara tangannya memeluk erat pria itu. "Kebetulan sekali." Hans berkata dengan nada provokatif. "Kebetulan." Aku menjawab dengan tenang. Linda mengangkat kepala. Tampaknya dia tidak tahan dengan angin yang kencang dari sepeda listrik itu. Dia memandangku dengan sedikit permohonan, lalu berujar, "Kami mau pergi ke pusat kota, bagaimana kalau kamu mengantar kami?" Aku meliriknya sekilas, lalu membalas, "Nggak sejalan." Setelah itu, aku menaikkan kaca jendela mobil. Di luar, wajah Linda tampak pucat pasi. Ketika, mobil kembali melaju, aku menyalakan sebatang rokok. Memang jalan kami tidak sejalan. Sejak Linda memutuskan untuk membunuhku demi membalas dendam untuk Hans, kami sudah tidak sejalan lagi. Meski keluarganya dan keluargaku memiliki hubungan yang dekat. Sejak saat itu, kami telah menjadi musuh. Keluarga Wijaya hanya memiliki satu anak perempuan, itulah sebabnya mereka menjodohkanku dengan Linda sejak kecil. Maksudnya agar di masa depan, kami berdua bisa mengurus kekayaan keluarga bersama-sama. Sejak kecil, ibuku sering memberitahuku tentang hal ini. Linda adalah istrimu di masa depan, kamu harus memberikan segalanya padanya. Kamu harus menyimpankan hal-hal baik untuknya. Kamu harus belajar melindunginya, merawatnya hingga tumbuh dewasa. Itu adalah tanggung jawab seorang pria. Selama dua puluh tahun terakhir, aku sudah melakukan semua itu. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa suatu hari di masa depan, aku akan mati di tangan Linda. Mati di tangan wanita yang telah aku lindungi dengan sepenuh hati. Namun, sekarang segalanya telah berubah. Jika Linda tidak bisa menjaga kekayaan Keluarga Wijaya, aku akan mengambil semuanya. Jika Linda ingin menghancurkan dirinya sendiri, aku akan membiarkannya melakukannya! Aku ingin melihat bagaimana Keluarga Wijaya akan memohon padaku dengan penuh tangisan. Sejak aku terlahir kembali, jalur takdirku sudah berubah. Saat aku baru memasuki jalan tol, teleponku berbunyi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.