‘Apa katanya?’
‘Seharusnya aku tidak berada di posisi itu sejak awal…?’
Ekspresi Amos Augustus langsung berubah. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tampak benar-benar tidak bisa berkata apa-apa saat ini.
Bukan karena Harvey pandai berdebat. Kata-katanya yang lugas sudah cukup membuat Amos tercengang.
Para pendeta saling memandang sebelum mereka mulai berdiskusi.
“Harvey memenangkan pertandingan ini!” seru pendeta di tengah.
‘Harvey menang!’
Kata-kata sederhana itu bergema seperti kilat di dalam aula tamu.
Tidak ada perdebatan besar atau penggunaan kata-kata yang cerdik, seperti yang dipikirkan semua orang.
Alur pikiran Amos langsung hancur setelah mendengar kata-kata Harvey.
“Sepertinya kau tetap kalah.”
Harvey berdiri di depan sambil menatap Amos dengan santai.
“Kalau begitu, apakah kau ingin aku membantumu? Atau kau akan melakukannya sendiri?”
Amos langsung tersadar sebelum menunjukkan ekspresi yang mengerikan.
"Apakah kau benar-benar ingin melumpuhkanku sebegitu