Bab 91
Beberapa saat kemudian, Zevan menelepon, "Kak, saya sudah memeriksa rekaman pengawasan dan juga menghubungi sopir taksi yang mengantarnya. Dia turun dari taksi pada pukul 12.30 siang dan pergi ke Kuil Senggahan."
"Lalu?"
"Nggak ada kelanjutannya. Sopir bilang, Kuil Senggahan itu tempat yang angker, terpencil dan sepi. Bahkan, nggak ada rekaman pengawasannya. Pokoknya, nggak ada informasi perjalanan lainnya tentang dia, baik dengan bus maupun taksi, semuanya nggak ada."
"Jadi, kemungkinan dia masih di Kuil Senggahan?"
"Nggak. Lebih tepatnya, ada kemungkinan 90% dia berada di gunung. Entah tersesat, atau mungkin mengalami kecelakaan atau kejadian tak terduga ... "
Hans menggenggam ponselnya dengan erat, merasa cemas tanpa alasan.
Perjalanan yang seharusnya memakan waktu dua jam, dia hanya menempuh satu setengah jam.
Saat tiba di kaki gunung, hari itu sudah larut malam.
Dengan bantuan lampu mobil, Hans baru bisa melihat dengan jelas bahwa di depannya terdapat sebuah gunung. Terdapat rumah
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda