Bab 84
Tiba-tiba, sosok tubuh yang tinggi dan ramping berjalan mendekat.
Zevan duduk tanpa ragu.
Hans mengangkat alisnya, dia melihatnya agak bingung. "Kenapa kamu datang?"
"Kak, kalimat ini seharusnya aku tanyakan padamu." Zevan duduk dengan santai dan menyilangkan kakinya. "Aku datang lebih dulu daripada kamu. Tapi, bagaimana kamu tahu di sini ada restoran hotpot yang baru buka?"
"Pak Zevan, aku yang membawa Pak Hans ke sini. Kebetulan kita bertemu, bagaimana kalau kita makan bersama?"
Senyuman muncul di wajah Anita, dia mengundang dengan ramah.
Dia memang sangat membenci Zevan.
Namun, dia adalah putra ketiga keluarga Septian. Dia akan menjadi menantu keluarga Septian, lebih baik menambah teman daripada musuh.
Mendengar itu, Zevan melihat lagi Anita. "Sudahlah, aku nggak suka makan dengan penguntit, membuat nafsu makanku hilang."
Anita tersenyum kaku. "Pak Zevan, apa maksudmu?"
"Bukankah kamu mendengar Julia menelepon tadi? Jadi, kamu mengikutinya ke sini."
Hans membelalakkan matanya.
Dia j
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda