Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

Sheila tetap tidak menatap Diego, menjawab dengan nada datar, seolah apa yang terjadi hanyalah hal kecil yang tak perlu diperhatikan. Di sisi sofa, Diego diam menatap rambut hitam Sheila yang begitu lembut, sementara hatinya penuh dengan emosi bercampur aduk. Diego tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Sheila telah benar-benar berubah. Dulu, setiap kali dia merasakan sedikit ketidaknyamanan, Sheila selalu yang paling khawatir. Kini, sikap Sheila begitu dingin, seakan dia hanyalah orang asing. 'Dia masih kesal karena aku tinggalin dia sendirian kemarin?' Rasa tidak puas mulai menggelayut di hati Diego. Dia mengusap keningnya, berusaha menekan perasaannya dan memilih untuk mengubah pembicaraan. "Bersiap-siaplah, nanti ada jamuan keluarga, kamu ikut denganku." Mendengar kata-kata itu, Sheila akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Diego. Namun, ekspresi yang terpancar bukanlah kegembiraan yang Diego harapkan, melainkan keterkejutan yang penuh kebingungan. Tiga tahun telah berlalu sejak mereka menikah, tetapi sejauh ini, Sheila tidak pernah benar-benar mendapatkan apa pun dari Diego. Pernikahan mereka hanya sebatas kertas, tanpa resepsi, tanpa pertemuan keluarga, bahkan dalam jamuan keluarga bulanan Keluarga Boris, Diego tidak pernah mengajaknya. Kemudian, Sheila tanpa sengaja mengetahui alasan di balik sikap dingin Diego. Hari itu adalah ulang tahun pernikahan pertama mereka. Dia berencana menemui Diego untuk menanyakan apakah ada rencana untuk merayakannya. Namun, tanpa diduga, yang terdengar justru percakapan Diego dengan orang tuanya. "Diego, sudah setahun sejak pernikahanmu. Kapan kamu akan memperkenalkan menantu kami? Kami sudah menyiapkan perhiasan keluarga untuknya. Keluarga Casia mungkin kecil, tapi selama dia bisa membuatmu melupakan Saskia, itu sudah cukup." Meskipun suara Doni dan Julia terdengar samar dari balik telepon dan pintu, jawaban dingin Diego tetap terdengar jelas dari dalam ruangan. "Ini cuma pernikahan karena kompromi, kalian nggak perlu bertemu dengannya." Kata-kata itu cukup untuk mengungkapkan sikapnya terhadap Sheila. Setelah itu, suara Julia masih terdengar, sedikit ragu. "Kamu masih belum melupakan Saskia? Kupikir setelah menikah kamu akan ...." "Sudah kucoba, tapi tetap nggak bisa." Panggilan berakhir dengan helaan napas Julia. Sheila menutup pintu kamar dengan hati-hati, lalu pergi tanpa suara, seakan dirinya tak pernah ada di sana. Sejak itu, dia sudah menerima kenyataan bahwa dia tidak akan pernah bisa menginjakkan kaki di rumah orang tua Diego. Namun kini, setelah menyadari bahwa dia telah salah orang dan bersiap untuk pergi, tiba-tiba Diego justru mengajaknya bertemu orang tuanya. "Nggak usah," tolak Sheila dengan suara pelan sambil menggeleng. Diego tidak bisa menahan diri lagi, mengernyit, lalu berseru, "Kamu kenapa sih? Belakangan ini, kamu selalu menolak apa pun yang aku ajukan. Kamu dulu nggak seperti ini!" Melihat Diego yang begitu emosional, Sheila tersadar bahwa selama ini dia selalu menurut. Setelah hening sejenak, dia memutuskan untuk tidak terlalu menunjukkan perubahan sikapnya, dan akhirnya menerima ajakan untuk pergi ke rumah orang tua Diego. Perjalanan ke sana berlangsung singkat. Saat Sheila memasuki ruangan, matanya langsung menangkap sosok seseorang yang sudah duduk di dalam, terlihat jelas dari balik kaca. Saskia. Saskia berbincang hangat dengan orang tua Diego, Doni Boris dan Julia Isma. Mereka terlihat begitu akrab. Di tangan Julia, sebuah gelang hijau zamrud berkilau, yang kini dengan penuh kasih dia pasangkan ke pergelangan tangan Saskia. Melihat pemandangan itu, ekspresi Diego berubah sedikit. Dengan suara rendah, dia menjelaskan, "Saskia sudah lama dekat dengan keluarga kami, jadi dia juga diundang ke jamuan keluarga ...." Diego mengarahkan pandangannya ke Sheila, ingin memastikan ekspresinya. Namun, yang dia dapati hanyalah Sheila yang dengan tenang mengganti sepatu, bahkan tersenyum sedikit. "Kamu nggak perlu menjelaskannya." Sejenak, Diego tertegun, tidak menyangka Sheila akan bereaksi seperti itu. Keterkejutan terlihat jelas di matanya, tepat saat Saskia melangkah mendekat dan berkata, "Diego, Paman dan Bibi memanggilmu ke ruang kerja. Mereka ingin bicara." Niat Diego untuk mengatakan sesuatu terhenti. Dia mengangguk pelan, bersiap membawa Sheila bersamanya ke ruang kerja, tetapi Saskia segera menghentikannya. "Paman dan Bibi bilang ingin berbicara denganmu saja." Saat Diego menghilang dari pandangan, Saskia mengangkat tangan dan melambaikannya di depan Sheila. Matanya berkilat dengan kebanggaan dan kepuasan yang sulit disembunyikan. "Kamu tahu apa ini? Ini adalah gelang warisan Keluarga Boris. Bibi Julia sendiri yang memasangkannya untukku tadi. Dia bilang, dengan aku kembali, Diego akhirnya bisa merasa lengkap. Kamu tahu, aku baru sadar setelah sekian lama bahwa Diego selalu menyukaiku." Saskia berusaha membaca ekspresi Sheila, mencari tanda-tanda kesedihan atau kekecewaan di wajah Sheila. Namun, tak disangka, ekspresi Sheila tetap tak berubah sedikit pun. Bahkan, matanya sama sekali tidak tertuju pada gelang itu. Sheila tetap diam, mendengarkan hingga Saskia selesai berbicara. Dengan senyum tipis dan nada tenang yang menyiratkan sindiran, dia akhirnya berkata, "Kamu sungguh nggak tahu? "Apa maksudmu?" Saskia tampak bingung dengan pertanyaan itu. Sheila masih tersenyum saat melanjutkan ucapannya, "Kamu dan Diego tumbuh besar bersama. Tatapan matanya selalu penuh perasaan saat melihatmu. Siapa pun tahu itu, kamu sungguh ... nggak tahu?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.