Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 8

"Nggak usah, itu cuma ikan," jawab Alex sambil tersenyum. "Kalau sudah mati, ya sudah." Sebentar lagi dia akan segera pergi, percuma juga memelihara banyak ikan. Terlebih karena ikan-ikan yang dia sayangi itu sudah mati. Tidak ada yang bisa menggantikan ikan-ikan itu. "Serius?" Sikap Alex yang begitu lapang dada seperti ini membuat Dena merasa sangat gelisah dan asing. Malam itu, Alex tetapi tidur di ruang kerja. Keesokan harinya, dia bangun pagi-pagi seperti biasa untuk menyiapkan sarapan Dena dan Clayton. Saat melihat bubur seafood yang masih mengepulkan uap di atas meja itu, Dena merasa apa yang sudah lama hilang akhirnya kembali. Namun, dia tidak menyadari bahwa Alex sedang mengkonfirmasi waktu keberangkatannya. Satu jam kemudian, Dena membawa Clayton untuk menghadiri sebuah acara amal yang diadakan oleh perusahaannya tanpa memberi tahu Alex. Karena hari ini kebetulan sekali Michael juga menghadiri acara itu. Di dalam sebuah aula yang megah dan berkilau, para elit dari berbagai kalangan saling bersulang sambil mengobrol dengan penuh tawa. Dena sendiri hadir sambil mengenakan gaun mewah. Setelah mengurus anaknya, dia memutuskan untuk mencari Michael. Tak lama kemudian, Alex juga masuk ke dalam aula itu. Dia datang ke sini untuk menemui Tanya dan mengambil visanya. Saat berjalan melewati kerumunan, dia mendengar kasak-kusuk orang-orang. "Clayton kok sendirian? Ibumu sudah pergi mencari Michael, ya?" "Ya ampun, Bu Dena benar-benar terobsesi dengan Michael! Katanya kemarin lusa Bu Dena sampai sengaja membelikan Michael kapal pesiar pribadi senilai ratusan miliar sebagai bentuk permintaan maaf karena sudah melukai Michael!" "Ternyata selama ini Bu Dena masih nggak bisa melupakan Michael, ya. Aku ingat waktu mereka masih kecil, Bu Dena selalu mengikuti Michael ke mana-mana. Dia bahkan sampai membuat kue dan camilan sendiri untuk diberikan ke Michael. Kalau Michael nggak suka, Bu Dena pasti akan membuat ulang semuanya dari awal." "Ah ya, Clayton, kalau ibumu sebegitu sukanya dengan Paman Michael, bagaimana kalau Paman Michael saja yang jadi ayahmu?" Semua orang sontak tertawa terbahak-bahak. Clayton pun menjawab sambil menengadah, "Aku juga suka pada Paman Michael! Aku mau dia jadi ayah baruku!" Tepat pada saat itu, Clayton mengalihkan pandangannya dan melihat sosok Alex. Ekspresinya langsung berubah menjadi penuh penghinaan. "Ngapain kamu di sini, dasar ayah jahat! Kamu nggak diterima di sini!" Sekelompok tuan muda dari keluarga kaya pun mulai berkerumun untuk menonton kehebohan yang terjadi, sorot tatapan mereka semua terlihat sangat menghina. "Eh, ini bukannya suami Bu Dena yang payah itu? Nggak puas setelah sebelumnya melukai Michael? Masih mau membuat keributan lagi?" "Hei, Bu Dena itu cuma kasihan denganmu! Jangan harap kamu bisa naik status mentang-mentang jadi menantu keluarga Halim! Sebaiknya kamu segera serahkan posisimu itu!" Semua orang itu terus menghujat dan mengusir Alex. Alex sendiri terus berjalan ke lantai dua dengan tidak peduli. Akan tetapi, tiba-tiba Clayton mendorongnya. Alex tidak sengaja menginjak botol anggur yang jatuh sehingga akhirnya terjatuh dengan keras di atas tangga. "Buak!" Bunyi hantaman yang kencang pun terdengar. Kepala Alex sampai berdarah! "Cepat pergi!" jerit Clayton sambil menangis. "Jangan merusak hubungan Ibu dan Paman Michael!" Sekujur tubuh Alex sontak terasa dingin seperti habis disiram air es. Dia tidak menyangka didorong oleh putranya sendiri. Walaupun merasa kesakitan, Alex tetap bangkit berdiri. Darah yang mengalir di kepalanya tampak mengerikan. "Clayton! Kenapa kamu mendorong ayahmu!" Begitu mendengar kehebohan yang terjadi, Dena bergegas berlari mendekat dan membantu Alex berdiri dengan hati-hati. "Ayo ke atas, Alex, biar kuobati." Belum sempat Dena bergerak, tiba-tiba seorang pelayan bergegas berlari mendekat. "Bu Dena, Pak Michael nyaris pingsan karena mabuk! Cepatlah ke sana!" Dena refleks mengernyit, ekspresinya langsung terlihat agak ragu. "Alex, kamu ... " "Aku bisa jalan sendiri." Alex berusaha untuk bergerak sambil menggenggam susuran anak tangga. "Kamu ke Michael saja. Clayton juga sudah ke sana, jangan sampai kamu tertinggal." Hati Dena sontak terasa gelisah. Entah kenapa, firasatnya mengatakan bahwa sikap lapang dada Alex bukanlah toleransi yang tulus, melainkan lebih mirip dengan ketidakpedulian. "Ibu, cepat ke sini! Paman Michael muntah!" Begitu mendengar teriakan putranya, Dena akhirnya berbalik badan dan pergi sambil berkata dengan perasaan agak bersalah, "Tunggu sebentar, ya! Aku akan mengurus Michael dulu!" Setelah Dena pergi, Alex pun naik ke atas dalam diam. Dia mengetuk pintu ruang privat Tanya. Begitu membuka pintu, Tanya sontak terkejut. "Kenapa kamu jadi begini? Tunggu, biar kupanggilkan ambulans." "Nggak, nanti aku terlambat naik pesawat." "Memangnya kenapa? Kamu segitu nggak sabarnya mau pergi?" "Iya." Tanya akhirnya menghela napas panjang dengan pasrah, "Ya sudah, aku nggak akan menghalangimu. Aku tahu kamu sudah menderita selama sekian tahun ini. Ini visamu dan dokumen yang terkait. Kalau kamu butuh apa-apa, tinggal bilang saja." "Ada satu hal." Alex berujar dengan tenang, "Jangan beri tahu Dena dan Clayton aku di mana, aku nggak mau diganggu." "Makasih, Bibi." Langit tampak terang dengan awan tipis di sana dan di sini. Alex mengambil barang bawaannya di luar ruang rapat, lalu menengadah menatap langit. Mulai hari ini, dia sudah tidak punya hubungan apa pun dengan keluarga Halim. Sepuluh tahun kehidupannya yang penuh badai akhirnya berhenti. Setelah ini, Alex akan menyambut kehidupan barunya. Alex menoleh untuk menatap yang terakhir kalinya sambil mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya yang lalu. Setelah itu, dia berbalik badan dengan tegas dan mulai menuju bandara ...

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.