Bab 4
Dena pun bergegas membantu mengambil barang-barang Michael. Dia takut terlambat sedetik saja Michael akan pergi.
Clayton juga berlari kecil mendekat dengan pengertian, dia bahkan mengangkat tas yang besar-besar.
Mereka bertiga membawa turun barang-barang Michael sambil mengobrol dan tertawa seolah-olah baru saja kembali dari liburan.
"Kenapa masih bengong di situ! Cepat siapkan makan malam!"
Clayton mengomel dengan kesal, "Aku mau makan ayam goreng! Ibu dan Paman Michael mau makan seafood supaya tenaga mereka kembali!"
Alex sudah terbiasa diperlakukan ibarat menu makanan di keluarga ini.
Selama ini, dia juga berperan sebagai pengasuh. Dia harus memenuhi selera Dena yang rewel dan juga menyiapkan makanan yang paling bergizi untuk Clayton.
Dena dan Clayton selalu dimanja.
Namun, jawaban Alex kali ini agak mengejutkan.
"Nggak."
Dena sontak menatap Alex dengan agak kaget.
Seingatnya, ini adalah pertama kalinya Alex menolak melakukan sesuatu.
Belum sempat dia bereaksi, Michael sudah sok menghela napas dengan ekspresi sedih. "Maaf, memang sudah seharusnya aku nggak tinggal di sini. Aku ini 'kan cuma orang luar, nggak pantas kalau sampai membuat Pak Alex memasakkanku segala."
Michael pun langsung berbalik badan sambil membawa barang bawaannya. Dia meletakkannya kembali ke dalam bagasi mobil, lalu menutup pintu bagasi.
"Ini sama sekali nggak ada hubungannya denganmu."
Dena pun mengernyit, lalu menatap Alex dengan kesal. "Bukannya kamu bilang kamu nggak keberatan? Kenapa sekarang kamu jadi begini?"
"Aku nggak bisa memasakkan apa-apa, nggak ada bahan makanan apa pun di dalam kulkas," jawab Alex dengan tenang.
Alex sengaja tidak berbelanja bahan makanan hari ini karena sebentar lagi dia akan pergi. Dia juga sebenarnya tidak berniat untuk memasak, jadi sekalian saja menggunakan hal itu sebagai alasan.
Setelah sepuluh tahun bersabar, sekarang Alex sudah tidak mau mengalah lagi.
Clayton pun langsung mengamuk.
"Dasar ayah yang jahat dan nggak berguna! Sekarang kamu bahkan nggak memasak apa-apa! Kamu mau kami mati kelaparan, ya! Huhuhu ... "
"Kamu nggak pantas jadi ayahku! Aku maunya Paman Michael yang jadi ayahku!"
Sorot tatapan Michael sontak terlihat puas, tetapi dia segera bersikap sok baik.
"Clayton, kamu nggak boleh bicara seperti itu ke ayahmu! Itu benar-benar nggak sopan!"
"Maaf, Paman Michael, lain kali aku akan lebih berhati-hati."
"Ya sudah, karena di rumah nggak ada makanan, kita makan di restoran yang tadi kita lewati saja. Nanti akan Paman pesankan satu porsi ayam goreng khusus buatmu."
"Yay! Paman Michael memang yang terbaik!"
Clayton pun memeluk paha Michael dengan manja, sementara Dena yang berada di samping menatap pemandangan ini dengan penuh kasih sayang. Suasana di antara mereka terasa begitu mesra.
Kursi belakang muat untuk tiga orang, jadi Dena meminta Alex untuk duduk di kursi sopir dan mengemudikan mobil agar Michael bisa beristirahat sejenak.
Sepanjang perjalanan, Michael terus mengobrol dengan Dena dan Clayton sambil bermain, tertawa dan terus bercanda. Mereka semua seolah menganggap Alex tidak ada.
"Pak Alex, tolong jangan tersinggung ya. Aku dan Dena hanya sedang membicarakan masa lalu."
Michael takut Alex tidak mendengarnya, jadi dia sengaja berujar mengingatkan, "Kamu 'kan nggak tahu soal kehidupan kami sebelumnya, jadi nggak enak juga mengobrolkannya denganmu."
Alex balas mengangguk dan menatap ke depan dengan ekspresi datar.
Dia tidak perlu dan juga tidak ingin tahu.
Bagaimanapun juga, semua ini sudah tidak penting lagi baginya.
Setengah jam kemudian, mereka berempat pun sudah duduk di dalam restoran.
Dena segera mengambil menu dan memesan kepada pelayan.
"Michael suka makan steik, buat setengah matang, ya. Jangan tambahkan lada hitam ... "
Walaupun sepuluh tahun sudah berlalu, Dena tetap ingat apa yang Michael suka.
Namun untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun ini, Dena bertanya kepada Alex.
"Alex, kamu suka makan apa?"
"Aku nggak makan steik."
Alex menjawab dengan tenang yang sontak membuat Dena agak kaget.
Setelah sepuluh tahun menikah, Dena hafal betul kebiasaan hidup Alex. Baru kali ini dia tahu ada sesuatu yang tidak Alex makan.
"Kalian makan saja, aku pergi dulu."
Dia sudah mengantarkan ketiga orang ini, jadi dia tidak ingin berlama-lama di tempat menjijikkan ini.
Dena, Clayton dan Michael juga sama sekali tidak berusaha menahan Alex. Mereka hanya diam menatap Alex berjalan keluar dari restoran.
Setelah beberapa menit berjalan, Alex baru menyadari bahwa kunci mobil Michael masih ada padanya. Dia pun berjalan kembali ke restoran.
Namun, sebelum masuk, dia sudah mendengar ujaran kagum dari dalam.
"Loh, Bu Dena? Wah, kalian sekeluarga tampak bahagia sekali."
"Apa pria tampan ini suami Bu Dena? Pantas saja nggak pernah diajak keluar, Bu Dena pasti takut direbut wanita lain."