Bab 8 Masing-masing Memiliki Kepentingan
Di dalam mobil.
Ivan menoleh ke arah Clara. Sambil menatap Clara, Ivan bertanya, "Mau ke mana?"
Clara menjawab dengan pelan, "Firma Hukum Nova."
Mendengar itu, Ivan mengernyit.
Namun, dia tidak berkomentar apa-apa. Dia hanya memberi isyarat kepada sopirnya.
Sopirnya segera menyalakan mesin mobil.
Suasana di dalam mobil kembali hening.
Sekitar 20 menit kemudian ...
Sebuah mobil Cayenne berwarna hitam berhenti di depan Firma Hukum Nova.
"Sudah sampai."
Suara Ivan yang lembut terdengar jelas di dalam mobil.
Meskipun Ivan sudah memberitahunya, Clara hanya melihat ke luar jendela, tetapi tidak turun dari mobil.
"Pak Ivan."
Clara tiba-tiba memanggil Ivan.
Mendengar itu, Ivan langsung menoleh.
Clara perlahan mengulurkan tangannya dan memegang lengan baju Ivan sambil memohon.
"Maukah ... kamu temani aku?"
Suaranya terdengar gugup saat berbicara.
Ivan menunduk dan melihat ke arah tangan gadis itu yang memegang lengan bajunya. Setelah itu, Ivan memberikan tatapan lembut ke arah Clara.
Ivan masih diam, sementara Clara terlihat ragu.
Setelah bergumul beberapa saat, akhirnya Clara mengatakan yang sebenarnya kepada Ivan.
"Sebenarnya, ada tujuan lain aku menikah denganmu."
Mendengar kata-kata Clara, Ivan mengangkat alis dan menatapnya.
"Sebelum kakekku meninggal, tanpa sepengetahuan pamanku dan keluarganya, kakekku diam-diam memberiku 18% saham Grup Lesmana ... "
Meskipun Clara merasa gugup dan ragu, dia tetap memilih untuk jujur kepada Ivan.
"Tapi syarat untuk bisa mendapatkan saham itu adalah aku harus menikah, jadi ... "
"Jadi, kamu memanfaatkan aku?"
Ivan tiba-tiba menyela. Pandangannya tidak lepas dari Clara.
Mendengar pertanyaan itu dan melihat tatapan mata Ivan yang tajam, Clara menjadi takut.
"Aku ... "
Clara tidak bisa menjawabnya. Dia juga perlahan melepas pegangannya di lengan baju Ivan.
Akhirnya, Clara hanya bisa berkata, "Maafkan aku."
Ivan sekarang sudah tahu bahwa Clara hanya memanfaatkannya, pria itu pasti marah.
Namun, Clara tetap mengambil risiko ini.
Jika Clara tidak jujur pada Ivan, Clara tidak bisa merebut kembali barang yang menjadi haknya.
Selain itu, Clara ingin memanfaatkan pengaruh Ivan untuk melawan Joshua.
Kalau tidak, dia tidak akan bisa meloloskan diri dari cengkeraman Joshua malam ini.
Clara lebih memilih mati di tangan Ivan.
Ivan menatap Clara.
Ivan menyadari Clara terlihat ketakutan, gugup, dan perasaan lainnya yang sulit diungkapkan.
Ivan berpikir, "Clara takut padaku?"
"Apa aku semenakutkan itu?"
Ivan berdeham. Tanpa sadar, nada suaranya menjadi lembut.
"Aku mau menikah denganmu juga ada tujuan lain."
Clara berpikir dirinya sedang berhalusinasi.
Dari tatapan dingin Ivan, Clara bisa melihat kelembutan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Ivan mengalihkan pandangannya, kemudian berkata dengan jujur, "Nenekku mendesakku untuk segera menikah. Aku bersedia menikah denganmu juga demi memenuhi keinginan nenekku."
Mendengar pengakuan jujur Ivan, Clara merasa lebih lega.
Clara mengangguk, dia memahami alasan pria itu.
Untunglah, ternyata mereka masing-masing punya kepentingan.
Namun, untuk menunjukkan ketulusannya, Clara memberikan janji kepada Ivan.
"Pak Ivan, kalau kamu membantuku kali ini, aku janji akan pura-pura menjadi cucu menantu yang baik di depan nenekmu."
Ivan mengangguk. Setelah merapikan jas, Ivan berkata, "Ayo, turun sekarang. Jangan buang-buang waktu."
Setelah berkata seperti itu, Ivan turun dari mobil.
Clara tidak mau Ivan lama menunggu, jadi Clara juga segera turun dari mobil.
Ivan berjalan sambil diam-diam memperhatikan Clara di belakangnya.
Menyadari Clara memakai sepatu hak tinggi, Ivan merasa kasihan. Akhirnya, Ivan memperlambat langkahnya.
Saat Clara berjalan sejajar dengan Ivan, tiba-tiba Clara tersandung.
Ivan bereaksi cepat, dia segera meraih pinggangnya dengan satu tangan. Ivan menahan tubuh Clara dengan kuat.
Jarak mereka berdua menjadi lebih dekat. Saking dekatnya, mereka bisa mendengar deru napas masing-masing.
Ini pertama kalinya, dalam kondisi sadar, Clara berada sangat dekat dengan Ivan.
Clara merasakan jantungnya berdebar sangat keras.
Deg, deg ...
Ivan juga menatapnya. Jakunnya bergerak naik turun saat menatap Clara.
Suasana berubah menjadi canggung.
Clara tiba-tiba tersadar, lalu segera melepaskan diri dari pelukan Ivan dengan panik.
Posisi tangan Ivan tetap seperti saat memeluk, seolah-olah dia sedang menikmati kehangatan singkat yang baru saja terjadi.
Wajah Clara merona merah. Dia juga mengalihkan pandangan ke arah lain karena tidak berani kontak mata langsung dengan Ivan.
Ivan menarik tangannya kembali, lalu memasukkan tangan ke dalam saku celana. Setelah itu, Ivan berkata, "Hati-hati kalau jalan."
Clara menjawab sambil mengangguk, "Ya, baiklah."