Bab 12 Jangan Cuma Terima kasih dengan Kata-Kata.
Suasana menjadi hening.
Beberapa saat kemudian, Ivan teringat sesuatu.
Ivan mengeluarkan kotak beludru berbentuk persegi dan menyerahkannya kepada Clara.
Ketika Ivan menyerahkan kotak beludru itu, Clara bertanya dengan wajah bingung, "Apa ini?"
"Bukalah."
Clara mengulurkan tangan untuk menerimanya, lalu membuka tutup kotak itu dengan penuh kebingungan.
Di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian berwarna cokelat berbentuk tetesan air, memancarkan kemilau yang indah.
Berlian berwarna cokelat ini memiliki warna yang unik dan termasuk dalam kategori berlian koleksi.
Cincin berlian berwarna cokelat seberat 5,2 karat ini terjual dengan harga tinggi sebesar 56 miliar pada lelang perhiasan bulan lalu.
Clara bingung. Ivan memberinya hadiah cincin berlian seharga 56 miliar?
Saat memandang cincin berlian yang berkilauan itu, perasaan Clara menjadi berkecamuk.
Dia bingung melihat Ivan memberinya hadiah cincin semahal ini.
Apa pria itu tidak tahu makna memberikan cincin berlian kepada seorang gadis?
Sementara hubungan mereka hanyalah sebatas pernikahan kontrak.
Clara menutup kotaknya dan menyerahkan kembali kepada Ivan.
"Ini terlalu mahal, aku nggak bisa menerimanya."
Ivan mengernyit dan terlihat terkejut.
Namun, Ivan mengembalikan lagi kotak cincin ke tangan Clara.
"Meskipun kita hanya menikah kontrak, sebagai istriku, penampilanmu nggak boleh terlalu sederhana."
Alasannya memang masuk akal, tetapi ...
Melihat keraguan Clara, Ivan menjadi kesal.
Ivan berkata dengan tegas, "Cincin itu sudah jadi milikmu. Kalau nggak suka, buang saja."
Clara menunduk. Dia merasa tersentuh saat memandang ke arah kotak cincin yang kecil itu.
Meskipun Ivan sikapnya dingin, sepertinya ... dia nggak sejahat yang orang-orang katakan.
Akhirnya, Clara menerima cincin itu.
"Terima kasih, Pak Ivan."
Ekspresi Ivan tetap tenang, tetapi nada suaranya melembut.
"Pulang ke rumah Keluarga Lesmana?"
"Ya."
Satu jam kemudian ...
Sebuah mobil berhenti di depan pintu masuk rumah Keluarga Lesmana.
"Sudah sampai di rumahku."
Clara menoleh dan menatap Ivan dengan lembut. Sekali lagi, Clara menyampaikan terima kasih kepada Ivan.
"Terima kasih atas bantuanmu hari ini, Pak Ivan."
Ivan membuka matanya perlahan, kemudian menjawab dengan nada dingin, "Kamu sudah bilang terima kasih berkali-kali, lain kali tunjukkan dengan tindakan saja."
"Tunjukkan dengan tindakan?"
Clara mengedipkan mata dengan ekspresi bingung.
Ivan memegang dagu Clara dan mendekatkan wajah mereka.
Melihat Ivan tiba-tiba mendekatkan wajahnya, Clara makin merasa bingung.
Clara menekuk ujung jarinya sedikit sambil berusaha menenangkan dirinya yang sedang gugup.
Tiba-tiba, suasana di antara keduanya terasa lebih intim.
Melihat ekspresi Clara yang malu-malu, Ivan jadi ingin menggodanya, katanya, "Bu Clara, aku ingin kamu menunjukkan rasa terima kasihmu lewat tindakan."
Penampilan Ivan yang menawan dan suaranya yang seksi benar-benar sesuai dengan tipe pria idaman Clara.
Clara merasa dirinya hilang kontrol, akhirnya dia mencium bibir Ivan.
Mata Ivan agak bergetar, pria itu tampak terkejut.
Ini di luar dugaan Ivan.
Aroma tubuh Clara yang khas mengingatkannya kembali pada kejadian di hotel pada malam itu.
Sekali lagi, hati Ivan menjadi kacau gara-gara Clara.
Ciuman itu hanya berlangsung sebentar.
Clara mundur perlahan, lalu bertanya dengan canggung, "Apa Pak Ivan suka dengan cara berterima kasih seperti ini?"
Sambil menelan ludah, Ivan berusaha meredam kegugupannya.
Ivan berusaha tenang. Dia melepaskan dagu Clara dan berkata dengan nada dingin seperti biasanya, "Suka."
Di balik jawaban yang singkat itu, tersembunyi sebuah perasaan yang sulit diungkapkan.
Setelah kejadian barusan, Clara menjadi malu sendiri.
Sambil menundukkan kepala, Clara berkata dengan suara pelan, "Selamat malam, Pak Ivan. Sampai jumpa besok."
Setelah berpamitan, Clara buru-buru turun dari mobil.
Ivan tersenyum sambil terus memperhatikan Clara sampai gadis itu masuk ke rumah.
Ivan menyentuh bibirnya sambil mengingat ciuman mereka.
Pada saat ini, sopir bertanya, "Pak Ivan mau ke mana sekarang?"
Ekspresi Ivan langsung berubah menjadi dingin. "Kembali ke Bar Neoma."
Begitu masuk ke rumah, Clara melihat kakak sepupunya, Meta Lesmana, berdiri di ujung tangga.
Kelihatan jelas, Meta sedang menunggunya dan ingin cari ribut dengannya.
Namun, Clara malas meladeninya karena dia merasa lelah hari ini.
Awalnya, Clara tidak memedulikannya.
Namun, Meta tidak seperti itu. Meta tidak hanya menghalangi Clara naik tangga, dia juga menampar wajah Clara.
Tamparan itu sangat keras.
Meta berteriak keras, "Mentang-mentang kamu merayu pria kaya raya, akan ada yang melindungimu dan nggak mau mengikuti aturan keluarga lagi?"
Clara menahan emosi dan rasa sakit di wajahnya, kemudian menyapa dengan lembut, "Kak Meta."
Mendengar itu, Meta belum puas menamparnya.
Jadi, dia menampar Clara lagi.
Clara menggenggam ujung roknya dengan erat, dia tetap menahan diri dan tidak berkata apa-apa.