Bab 42
Seketika Fauzi tidak tahu harus berkata apa. Dia ingin menangis setelah mendengar ucapan mereka semakin keterlaluan.
Akan tetapi, Giany hanya membuka pintu mobil dan masuk.
"Fauzi, masuklah."
Fauzi masuk ke mobil dengan mata memerah.
Para petani buah mengangkat sapu mereka dan bersorak seolah telah mengusir pembawa sial.
Saat Fauzi melihat adegan ini di kaca, dia hampir memuntahkan seteguk darah dan tidak bisa menahan tangis.
Sopir di kursi depan adalah seorang pria paruh baya. Semalam dia bergadang cukup lama dan sekarang dia juga memegang setir dengan kedua tangan sambil menangis.
Siapa yang tidak sedih dengan masalah ini? Ketulusan diinjak-injak dan bahkan dituduh menerima suap.
Giany duduk di dekat jendela, mengamati pemandangan yang lewat di luar dan merasa tidak berdaya saat mendengar kedua orang itu menangis.
"Jangan menangis lagi."
Fauzi agak lemah karena menangis, membuang ingus dengan tisu dan terisak.
"Kami cuma merasa sedih. Aku belum pernah mengalami penderitaan seperti in

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda