Bab 3
Aku melihat Rania sedang menungguku di lantai bawah setelah berjalan keluar dari hotel.
"Nanti ada rapat petinggi perusahaan, kamu bersiaplah sebentar. Aku akan pergi bersamamu."
Rania langsung menarikku untuk memasuki mobil sebelum aku menolak.
Rania membuka tasku dengan cemas saat melihatku memejamkan mataku dengan tenang.
"Di mana buku catatanmu? Kamu sudah baca dokumen di dalam grup belum? Jangan mempermalukan di rapat nanti, kamu tahu cara menjelaskannya, 'kan?"
"Grup? Grup apa?"
Sena yang duduk di kursi samping pengemudi menoleh dengan ekspresi meminta maaf setelah aku selesai bicara.
"Rania, maaf. Aku lupa masukin dia ke dalam grup."
Sena tidak hanya lupa memasukkanku ke dalam grup, bahkan sama sekali tidak ada orang yang memberitahuku setelah proyekku diluncurkan.
Terlihat jelas siapa yang menyebabkan masalah seperti ini.
"Nggak masalah. Lagi pula perusahaan ini adalah milikmu, kamu saja yang berbicara nanti."
"Kamu bisa suruh Pak Sena maju, dia adalah orang yang punya tingkat penjualan tertinggi di perusahaan dan pasti lebih paham dengan bisnis perusahaan daripada aku."
"Kiki, kamu ...."
Rania merasa sangat marah, tapi dia hanya bisa menahan amarahnya.
Hari ini adalah saat-saat yang kritis dan Rania yang merupakan CEO tanpa kekuasaan merasa bersalah, jadi dia tidak berani menyinggung perasaanku.
Sena merasa sangat senang setelah mendengar ucapanku.
"Bu Rania, nggak masalah. Aku tahu semua hal besar dan kecil di perusahaan, aku nggak masalah kalau harus menjelaskan semuanya pada investor."
Sena berkata dengan bersemangat.
Sena sangat tidak sabar untuk menunjukkan kemampuannya di depan para petinggi perusahaan, agar bisa mengamankan posisinya sebagai CEO di masa depan.
"Tenang saja, Bu Rania. Aku paling pandai minum arak dan nggak akan mabuk meski minum beberapa gelas."
Aku meliriknya dengan tatapan menghina.
Sena mungkin berpikir bahwa para investor ini sama seperti kliennya, dimana mereka dapat memberinya puluhan miliar jika Sena menyanjung mereka.
Raut wajah Rania terlihat sangat buruk, dia menarik lengan pakaianku beberapa kali, tapi aku menghempaskan tangannya.
Sena adalah orang pertama yang turun dari mobil setelah kami sampai di perusahaan.
Petugas keamanan perusahaan juga diganti dengan sekelompok orang yang baru. Mereka memanggil Sena dengan hormat dan mengabaikanku yang berjalan di paling belakang.
Raut wajah para petinggi perusahaan yang telah menunggu untuk waktu yang lama di depan pintu perusahaan menjadi kaku.
Raut wajahku tidak berubah, tapi aku tetap tersenyum.
Candra Yeska yang merupakan wakil CEO perusahaan adalah orang pertama yang datang menyambutku, "Pak Kiki, akhirnya kamu datang juga. Para investor sangat tertarik dengan proyekmu dan menunggumu untuk menjelaskan proyek ini, serta menandatangani kontrak!"
Candra sengaja mengatakan hal ini padaku untuk membantuku.
Aku tahu, tapi aku cuma tersenyum, "Ucapan Pak Candra berlebihan. Aku sudah mengundurkan diri dan aku hari ini cuma datang untuk mendengarkan."
Rania yang berada di samping segera menoleh setelah aku selesai bicara.
Terdapat tatapan tidak percaya dan amarah di dalam matanya.
"Mengundurkan diri? Siapa yang mengizinkanmu untuk mengundurkan diri? Aku nggak setuju dan kamu masih merupakan karyawan di perusahaanku!"