Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

"Orang yang mati di pesawat kemarin adalah penggantiku yang bernama Irene." Orang yang meninggal kemarin ... Adalah putri angkat keluarga Hanum, Irene Hanum? Ini adalah lelucon paling lucu yang pernah didengar Yolanda! Benar! Pemeriksaan keamanan pesawat ditangani oleh Irene. Saat pelaksanaan tugas hari itu, Irene tidak ada di lokasi! Kak Sergio juga tahu tentang Irene yang menjadi pengganti Yasmin ... Namun, sekarang! Tiba-tiba yang meninggal dalam kecelakaan pesawat adalah Irene. Sementara Yasmin masih hidup dengan baik di keluarga Hanum? "Hehe!" Yolanda meletakkan telepon yang terputus di atas meja. "Nggak disangka, ambisimu nggak kecil." Berani-beraninya merencanakan kecelakaan untuk menggantikan posisi putri keluarga Hanum? Sayangnya, ini akan membuat Irene kecewa. Yolanda telah terlahir kembali! Namun, sekarang dia tidak bisa membalas dendam! Dengan kekuatan dan kualitas tubuh ini, pasti tidak mampu untuk melindungi diri. Ada racun yang bisa meledak kapan saja di dalam tubuh. Jika ke keluarga Hanum sekarang, dirinya akan dibunuh oleh pembunuh rahasia ketika menyentuh pintu rumah keluarga Hanum. ... Di pagi berikutnya ... Guru melukis yang diundang oleh Bu Nina tiba di ruang tamu keluarga Hartanto. Guru melukis itu adalah seorang pria berusia empat puluhan tahun, cukup terkenal di Kota Jarga. Di ruang belajar ... "Apa kamu Nona Yulia?" Guru melukis memperhatikan Yulia dengan puas. "Aku selalu bilang pada orang-orang kalau keluarga Hartanto ada seorang genius. Langsung diterima di SMA Pratama saat ujian masuk." Yulia tersenyum lembut pada guru melukis. "Halo, Pak Guru." Yulia memiliki wajah yang imut menggemaskan. Terlihat lembut dan lemah, manis dan patuh. Bahkan hanya berdiri di sana saja, dia sudah menarik perhatian orang-orang. Tidak seperti Yolanda. Selain wajahnya yang jelek, dia juga bersikap acuh tak acuh dan sombong. Seolah-olah tidak ada yang pantas mendekatinya. Guru melukis tersenyum dan memuji beberapa kali, lalu dia beralih pandangan ke Yolanda. "Ini siapa?" "Yolanda Hartanto." "Yolanda Hartanto?" Mendengar dua kata ini, senyuman guru melukis seketika memudar. Terlintas hinaan di matanya. "Nona Yolanda yang baru saja dibawa pulang dari Lembaga Pembinaan Remaja? Apa kamu belum pernah belajar melukis sebelumnya?" Mendengar kata Lembaga Pembinaan Remaja dan pertanyaan guru melukis, ekspresi Bu Nina makin buruk. "Nggak pernah belajar, tapi aku bisa." Juga bisa melukis dengan baik. Kata-kata yang diucapkan oleh Yolanda membuat Yulia yang di sampingnya menunjukkan sedikit sindiran. Belum belajar? Dia bisa? Ini benar-benar lelucon paling lucu yang pernah didengar oleh Yulia! Di sisi lain, tatapan guru melukis terhadap Yolanda menjadi makin tidak senang. "Yolanda, nggak apa-apa kalau belum pernah belajar, tapi jangan sombong." "Nggak bisa, ya nggak bisa. Asalkan kamu mau belajar, aku akan ajari kamu!" Yolanda hanya menatap ke arah guru melukis yang penuh tatapan hina itu dengan ekspresi dingin. Dia tidak hanya bisa. Malah diakui secara internasional sebagai master seni lukis. Lukisannya bahkan bisa dijual dengan harga puluhan miliar! "Pameran lukisan kalangan kelas atas kali ini menampilkan tiga ratusan lukisan terkenal." "Karya utamanya adalah sebuah karya seorang master lima tahun lalu, yang diselesaikan dalam waktu satu menit!" "Yolanda!" "Apa kamu benar-benar dengar penjelasanku? Dua hari nanti akan ada pameran lukisan, apa kamu masih mau belajar?" Melihat Yolanda sama sekali tidak mendengarkan penjelasannya, guru melukis itu marah. Yolanda mendongak. Dia memandang guru melukis itu dengan ekspresi dingin. "Kemampuanmu nggak bisa mengajarku." Guru melukis sontak tercengang. Saat ini, dia bahkan mengira telinganya bermasalah. Sudah hidup begitu lama, dia belum pernah melihat siswa yang begitu sombong dan arogan! "Pantas orang-orang bilang, dua putri keluarga Hartanto bagai langit dan bumi. Setelah bertemu hari ini, ternyata itu bukan rumor." "Kamu bilang kamu bisa semuanya. Kalau begitu, beri tahu aku! Siapa yang melukis ini?" Pertanyaan dengan suara dingin keluar dari mulut guru melukis itu. Selanjutnya, di layar pengajaran di ruang belajar, terpantul sebuah lukisan yang sangat hidup. Hanya sekali pandang. Yolanda langsung mengenalinya! Karena dialah yang melukisnya! Hanya saja, itu lukisan replika. Seorang pelukis tingkat master yang meniru lukisannya. "Kak, apa yang kamu lamunkan? Kenapa nggak jawab, tadi kamu bilang bisa semuanya? Cepatlah jawab." Yulia tersenyum dengan puas, tetapi memperlihatkan rasa perhatian di senyumannya. Namun, bagi Yolanda, itu terlihat penuh hina! Guru melukis melihat Yolanda menatap karya itu dengan lekat. Dia pun tersenyum dingin. "Aku nggak bisa ajar siswa yang nggak punya niat dan keluar dari Lembaga Pembinaan Remaja. Minta Bu Nina cari bantuan dari orang lain saja." Guru melukis menekankan kata-kata 'Lembaga Pembinaan Remaja'. Setelah itu, dia pergi dengan mengibaskan lengan baju. Saat ini, Bu Nina mendengar keributan dan hendak membuka pintu ruang belajar. Melihat guru melukis berjalan keluar dengan wajah marah, Bu Nina terkejut. "Pak guru, ada apa?" "Bu." Yulia menjelaskan dengan wajah sedih, "Kakak bilang dia bisa melukis, Pak guru nggak pantas mengajarnya." "Tapi, Pak guru buka sebuah karya dan minta dia jawab. Dia malah nggak bisa jawab. Kenapa kakak bisa begini ... " "Besok adalah pameran lukisan kalangan kelas atas. Kenapa dia pura-pura mengerti?" Penjelasan Yulia membuat Bu Nina sangat kecewa dengan Yolanda. Dia berjalan maju dan mengangkat tangannya siap untuk menampar Yolanda. "Wush!" Pupil Yolanda yang dingin dan gelap seperti laut mati, tiba-tiba terbuka dan bertatapan dengan mata Bu Nina. Hanya sekali pandang. Sekujur tubuh Bu Nina gemetar, lalu secara refleks menarik tangannya kembali. Setelah sadar kembali, dia menghardik dengan marah dan kesal, "Yolanda, apa kamu ingin buat aku marah? Kamu sudah dibina selama tiga tahun di Lembaga Pembinaan Remaja, tapi masih seperti ini!" "Berkelahi, bolos sekolah, mencuri, itu sudah cukup. Sekarang kamu juga belajar membual? Apa kamu nggak bisa seperti Yulia, sedikit lebih patuh?" " ... " Suara tuduhan dan penghinaan di telinganya membuat pikiran Yolanda kembali dari karyanya. Dia memutar mata. Terlihat Yulia berdiri di belakang dan tersenyum. Menertawai Yolanda yang tidak kompeten. Menertawai Yolanda yang tidak berguna. Menertawai Yolanda yang selamanya hanya bisa berada di bawahnya! Tidak. Yulia salah. Karena beberapa kalimat yang keluar dari mulut Yolanda selanjutnya membuatnya merasa malu. "Lukisan ini bernama Nusantara! Karya Pak Calvin, pelukis terkenal di Asosiasi Pelukis Ibu Kota pada pertengahan September dua tahun lalu." "Harganya dua puluh enam miliar." "Sayang sekali, ini bukan karya asli. Tapi, salah satu dari empat karya tiruan berkualitas tinggi." "Karya aslinya berasal dari Jola, pelukis terkenal internasional. Dia menghasilkan tiga lukisan dengan harga jual masing-masing mencapai ratusan miliar." "Setelah tiga lukisan itu, Jola nggak menciptakan karya seni apa pun. Jadi, lukisannya sulit ditemukan di pasar." "Oleh karena itu, tiga lukisannya yang terkenal semuanya dilukis ulang oleh para master!" "Ini adalah salah satu replika!" " ... " Hening! Ruangan itu sunyi sepi! Mata Bu Nina terbelalak, ekspresi marahnya perlahan berubah menjadi tercengang. Senyum sinis di wajah Yulia tiba-tiba membeku. Dia menatap gadis yang berdiri di depan layar dengan tidak percaya. Tenang, mantap, percaya diri. Menunjukkan kesombongan dan keangkuhan yang terpancar dari dalam dirinya. Keangkuhan semacam ini. Bagaimana mungkin bisa ada pada gadis dari keluarga Hartanto yang biasa? Namun, Yulia berpikir bahwa Yolanda tidak berguna, tidak mungkin tahu begitu banyak. Yolanda berusaha menekan kegelisahan di dalam hatinya, mengernyit dan menegurnya. "Kak, kamu sedang omong kosong ya?" "Apa itu Jola pelukis terkenal internasional? Kamu nggak tahu apa-apa, jangan bicara sembarangan di depan Pak Guru." Akan tetapi ...! Detik berikutnya.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.