Bab 14
Kerabat keluarga Hartanto sangat banyak, jadi adu mulut dan konflik tidak dapat dihindari.
Pada situasi seperti ini, Nina sudah terbiasa mendengar ucapan sarkastik.
Namun, Yulia adalah salah satu yang terbaik di antara generasi muda keluarga Hartanto. Tidak hanya parasnya cantik, pintar dan juga pandai menarik hati orang tua.
Jadi, asalkan ada Yulia, dia selalu bisa mencuri perhatian.
Tidak hanya itu, Meilina juga sangat menyukai Yulia, bahkan rasa sayangnya melebihi rasa sayangnya pada cucunya yang lain.
"Kakak Ipar, pesta ulang tahun sudah mulai sejak setengah jam yang lalu, bukankah kalian sudah sangat terlambat? Hari ini adalah hari ulang tahun Ibu kita, kalian terlalu acuh!"
Nina penuh dengan percaya diri. Jadi, dia dengan tenang berjalan ke sisi Meilina dan minta maaf di hadapan semua orang.
"Ibu, kami nggak sengaja datang terlambat. Kami terjebak macet karena ada kecelakaan di jalan."
"Nggak masalah, kalian bisa datang sudah sangat berarti."
Meilina tidak menyalahkan Nina, tetapi ada rasa tidak senang dalam ucapannya.
Nina tersenyum dengan agak terpaksa, lalu dia memberi isyarat pada Yulia.
Yulia langsung mengerti, langsung berjalan ke hadapan Meilina dengan membawa kotak hadiah yang terbungkus dengan indah.
"Nenek, hari ini adalah hari ulang tahun Anda, semoga bahagia selalu dan panjang umur. Ini adalah sedikit hadiah yang sudah saya siapkan, sebuah ukiran patung Dewi Bulan dari batu zamrud. Semoga Anda menyukainya!"
Meilina melihat kotak yang dibuka oleh Yulia. Tampak di dalamnya ada patung batu zamrud yang sangat berkilau, membuatnya tersenyum dengan lembut.
"Yulia, kamu sangat perhatian!"
"Saya sangat suka hadiah ini!"
"Nenek, masih ada sebuah lukisan. Saya sendiri yang melukisnya!"
Yulia langsung mengeluarkan sebuah gulungan, lalu membukanya di hadapan semua orang.
Lukisan yang dibuatnya adalah sebuah lukisan simbol panjang umur. Menunjukkannya di situasi seperti ini selain membawa kebahagiaan, juga menunjukkan keahliannya.
"Biarkan saya melihatnya."
Meilina memakai kacamatanya, dengan teliti melihat gambar di gulungan itu, lalu dia memuji.
"Yulia, kemampuan melukismu sudah meningkat!"
Dia tersenyum sumringah, tidak tahan untuk melihat lukisan itu berulang kali.
Keluarga Hartanto sangat berkecukupan, jadi daripada hadiah yang mahal, Meilina lebih memperhatikan niat baik dari pemberi hadiah.
Bisa dikatakan, dia sangat menyukai hadiah dari Yulia ini.
"Yulia bisa melukis? Biarkan kami semua melihatnya juga!"
Pada saat ini, terdengar suara dari kerabat jauh keluarga Hartanto.
Yulia dengan rendah hati tersenyum, "Sebenarnya lukisanku nggak terlalu bagus, masih perlu banyak latihan."
Setelah itu, dia juga memperlihatkan lukisannya kepada tamu lain yang hadir di sana.
"Sudah lama mendengar berita bahwa Yulia pandai melukis. Hari ini aku melihatnya, memang tidak salah!"
"Benar, di usia muda kemampuan melukisnya sudah sangat mahir. Di masa depan pasti bisa menjadi seniman yang sukses!"
"Yulia, nanti ketika kamu sudah membuka pameran lukisan, kami akan datang mendukung!"
"Aku mengakui, Yulia memang berbakat ... "
Lanny melihat semua orang memuji Yulia, dia merasa tidak senang. Namun, mengingat anak laki-lakinya yang tidak berguna, memuji dengan ekspresi datar.
Nina menyadari ekspresi Lanny, dia tersenyum dengan puas.
Sementara itu, satu-satunya hal yang membuat kegelisahan dalam hatinya hilang adalah karena pujian dari kerabatnya.
Benar, ini adalah hal yang sesuatu yang membuat dia nyaman.
Pujian dan penghargaan semua adalah miliknya!
Dia adalah pusat perhatian semua orang.
Dia pantas menjadi pemeran utamanya!
Sejak masuk, tidak ada orang yang memedulikan Yolanda.
Pecundang seperti Yolanda hanya bisa menjadi pendampingnya!
Namun, tepat pada saat itu, ada orang yang menyadari keberadaan Yolanda.
"Kakak Ipar, aku dengar Yolanda baru keluar dari Lembaga Pembinaan Remaja, sudah lama nggak bertemu dengannya. Kenapa dia nggak datang menyapa?"
Sejak masuk, Yolanda terus berdiri di belakang Nina.
Perhatian semua orang tertuju pada Yulia, sama sekali tidak ada yang menyadari keberadaan Yolanda.
Sekarang, saat mendengar ada orang yang menyebutkannya, semua kerabat baru ingat Yulia memiliki saudara kembar.
Ada beberapa saudara jauh yang tidak tahu Yolanda masuk ke Lembaga Pembinaan Remaja. Mendengar ucapan Lanny, ekspresi mereka perlahan berubah.
"Oh ya, Yolanda, kenapa kamu nggak menyapa mereka?"
"Apa di Lembaga Pembinaan Remaja nggak mengajarkan tata krama dasar seperti ini?"
Ketika mendengar mereka semua membicarakan Yolanda, Lanny kembali bersemangat.
"Kakak Ipar, walaupun Yolanda nggak sebaik Yulia, dia adalah putrimu, kamu harus mengajarinya dengan baik!"
Nina dengan halus merespons, "Dia sudah lama nggak keluar rumah, masih belum terbiasa."
Jika bukan karena ada terlalu banyak kerabat di sana, dia sudah ingin meluapkan emosinya.
Ketika masuk, Yulia langsung menyapa Meilina dan kerabat lainnya. Namun, Yolanda hanya berdiri dengan ekspresi datar di sana, seakan-akan pesta ulang tahun itu sama sekali tidak ada hubungan dengannya.
Bagaimana bisa pecundang bodoh ini adalah putrinya!
Ekspresi Meilina menjadi dingin.
"Sudah, sekarang dia sudah pulang, nanti pelan-pelan ajari dia."
Sambil berbicara, dia menatap Yolanda.
Setelah memperhatikan wajah Yolanda, dia agak mengernyitkan keningnya.
Dalam ingatan Meilina, semasa kecil Yolanda adalah anak yang manis, ramah dan penurut.
Namun, tidak tahu sejak kapan, bayangan tentang anak yang penurut hilang dari ingatannya.
Awalnya dia tidak menentang Yolanda yang masuk ke Lembaga Pembinaan Remaja, hanya berharap setelah menerima pembelajaran di sana, Yolanda bisa keluar dan memulai hidup baru.
Namun, penampilan Yolanda saat ini makin mengecewakan.
"Yolanda, cepat ucapkan selamat ulang tahun kepada Nenek!"
Nina memelototi Yolanda, lalu dia segera mendesaknya.
Yolanda melangkah maju, lalu melihat Meilina dan berkata,
"Selamat ulang tahun."
"Ya."
Ekspresi Meilina menjadi lebih dingin.
Sikapnya pada Yolanda berbeda dengan sikapnya pada Yulia.
"Yolanda, mana hadiahmu?"
Nina menyadari suasana akan menjadi canggung, dia mengingatkan dengan segera.
Yolanda agak ragu sejenak, tetapi akhirnya dia mengeluarkan kotak hadiah dari Wira.
Awalnya, Nina hanya menyiapkan satu set cangkir teh, tetapi ketika turun dari mobil dia tidak membawanya.
Lagi pula, ketika Yolanda masih kecil, Meilina sangat baik padanya.
Hanya saja, seiring dengan Yulia yang sering menjebak Yolanda, membuat Yolanda menjadi lemah dan mengubah citranya di hadapan para tetua menjadi makin buruk.
Yolanda memutuskan untuk memberikan hadiah dari Wira menjadi hadiah ulang tahun Meilina. Anggap saja sebagai pemenuhan niat baik dari Yolanda untuk merayakan ulang tahun Meilina.
"Apa ini?"
Baru saja Yolanda mengeluarkan kotak itu, dia langsung bertanya.
Yolanda tidak menjawab, melainkan dia membuka kotak itu dan meletakkannya di depan Meilina.
Meilina tertegun, "Sekuntum bunga?"
Dia melihat tanaman berwarna hijau muda yang ada di dalam kotak itu, lalu dia menatap Yolanda.
Walaupun hanya sekuntum bunga yang tampak biasa saja, tampak elok dan cukup tulus.
"Ini apa?"
Lanny langsung bergerak maju ke sisi Meilina.
Setelah melihat bunga yang ada di dalam kotak itu, dia tersenyum sinis.
"Hanya sekuntum bunga jelek, kenapa harus membungkusnya dengan kotak yang mahal seperti ini? Aku kira itu adalah barang mahal!"
"Walaupun hanya sekuntum bunga, ini adalah ketulusan cucu perempuanku!"
Meilina memelototi Lanny, lalu berkata pada Yolanda,
"Kamu baru pulang dan belum punya uang saku, tetapi masih menyiapkan hadiah. Saya sudah merasa sangat senang."
Awalnya, pandangan dia terhadap Yolanda sudah sangat buruk, tetapi setelah melihat hadiah dari Yolanda, memang sudah ada sedikit perubahan.
"Ini adalah bunga teratai."
Yolanda melihat tidak ada satu orang pun yang mengenali tanaman obat ini, dia langsung memperkenalkannya.
"Apa? Bunga teratai?"