Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 10

Yovan duduk di jok belakang Maybach, asistennya yang bernama Soni yang mengemudikan mobil. Musim hujan di Kota Bedo sangat dingin. Kini setelah angin dan hujan mengamuk, seluruh kota dilanda angin dan hujan. Satu-satunya jalan menuju vila Keluarga Shaw dikelilingi pita peringatan, hanya menyisakan satu jalur dan terjadi kemacetan lalu lintas. "Apa yang terjadi?" "Sepertinya seorang anak laki-laki jatuh ke air, lalu seorang gadis kecil melompat ke dalam air dan menariknya ke tepian. Sekarang mereka sedang dibawa ke darat." Soni berkata dengan penuh emosi, "Gadis kecil ini sungguh berani, berjuang di tengah angin dan hujan, rasanya dingin sekali hanya dengan memikirkannya." Saat mobil melaju melewati bagian jalan yang tertutup, Yovan merasakan kepalanya semakin sakit. Suara kekanak-kanakan terdengar. "Kakak, jangan takut, aku akan mengajakmu berenang ke sana." "Kakak, kalau begitu kita sepakat, ketika aku dewasa nanti, kamu akan menikah denganku." "Oke, aku nggak akan mengingkari janjiku." Beberapa gambaran yang tidak lengkap muncul di benaknya. Seorang gadis kecil yang lemah meraih tangannya dan berenang ke tepian, berjuang untuk menariknya ke darat. Seluruh tubuhnya basah kuyup dan matanya sangat jernih. Tampaknya mampu menembus hati manusia. Siapa itu? Apakah gadis kecil yang menyelamatkannya ketika dia masih kecil? Tapi, di mana dia? Dia memberitahukan namanya, tapi Yovan tidak bisa mengingatnya. Tiba-tiba wajah Cintia terlintas di depan matanya. Mungkinkah .... Yovan mengepalkan tangannya erat-erat, jantungnya bergetar dan bagian paling lembut dari hatinya dipukul dengan keras. Mungkinkah ingatan yang hilang itu benar-benar ada hubungannya dengan Cintia? Yovan memikirkan banyak adegan di masa lalu dan sikap ragu-ragu Molly setiap kali membicarakan kejadian itu, tapi Cintia bisa menjelaskannya dengan jelas. Dengan ekspresi wajah serius, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Cintia. Dia harus bertanya langsung pada Cintia. .... Saat itu, vila Keluarga Shaw sedang ricuh. Yovan kembali ke vila, Molly dan para pembantu menunggunya dengan bingung. Begitu dia memasuki pintu, orang-orang berbondong-bondong mendatanginya. "Tuan Muda, kamu akhirnya pulang. Nona Molly dan kami tak tahu harus berbuat apa." Pembantu menangis dan Yovan semakin kesal. Yovan berjalan ke sofa dan duduk, "Ada apa?" "Seperti yang kubilang di telepon." Wajah Molly berlinang air mata, seolah dia ketakutan. "Sudah panggil polisi?" "Yah, polisi melihat video pengawasan di jalan, tapi mereka nggak melihat rekaman penculik turun dari mobil. Itu jalan pegunungan jadi video pengawasannya agak jauh. Siapa pun yang kenal baik wilayah itu bisa mencari titik buta kamera." Zihan George yang menangani bisnis di cabang mendengar sesuatu terjadi di rumah tua dan bergegas ke sana. "Bos, apa yang terjadi?" "Nyonya diculik," kata Yovan. "Sudah panggil polisi?" Molly menjawab, "Aku sudah panggil polisi. Aku nggak tahu bagaimana situasinya sekarang." "Apakah Nyonya mengatakan apa yang akan dia lakukan sebelum dia pergi?" Zihan ingin menemukan Quina melalui petunjuk detail. Molly menggelengkan kepalanya, "Ibu hanya bilang dia mau mengambil kalung lalu pergi ke kamar mandi pribadi. Setelah itu, aku nggak tahu apa-apa." Kalau tidak tahu kapan orang menghilang, itu sungguh merepotkan. "Apakah Nyonya nggak pergi ke toko untuk mengambil kalung itu?" Molly menggelengkan kepalanya, "Nggak, pemilik toko bahkan meneleponku untuk bertanya kenapa Ibu belum sampai." Saat ini, ponsel Molly berdering, ada panggilan masuk tanpa nama. Indera keenamnya memberitahunya bahwa ini adalah panggilan dari penculik. "Zihan, kamu jawab, aku tak berani." Zihan mengambil ponselnya dan menyalakan pengeras suara ponsel. "Kalau Pak Yovan ingin Nyonya baik-baik saja, siapkan uang tunai 100 miliar sebelum jam 7.30 besok pagi dan kirimkan ke ruangan ketiga di baris kedua di pabrik terbengkalai di pinggiran kota atau bersiap untuk mengambil jasad Nyonya." Pihak lain bahkan tidak menunggu Yovan berbicara dan langsung menutup panggilan telepon. Molly sangat cemas sehingga mendorongnya, "Kak Yovan, segera minta Zihan menyiapkan uang tunai. Yang penting bisa menyelamatkan Ibu." Yovan berkata dengan suara yang tegang, "Zihan, pergi persiapkan." Zihan mengangguk dan meninggalkan vila. .... Cintia tidur sangat nyenyak di hotel, sudah lama dia tidak tidur senyenyak ini, dia merasa nyaman secara fisik dan mental. Dia bangun pagi-pagi sekali, satu-satunya barang yang dia bawa hanyalah tas jinjing. Dia menyimpan barang-barangnya, turun untuk sarapan dan berjalan ke pintu untuk naik taksi ke bandara, tapi sebuah Porsche hitam diparkir di depannya. Cintia sedikit terkejut, Steve perlahan menurunkan jendela. "Tia, masuk ke mobil." "Kak Steve, kenapa kamu ada di sini." "Di luar dingin, masuk ke mobil dulu." Cintia membuka pintu kursi penumpang depan dan masuk. "Bagaimana kamu bisa tahu aku menginap di sini?" Cintia ingat dia tidak mengatakannya. "Ini adalah hotel milik pamanku. Aku bisa tahu hanya dengan memeriksanya." Steve menjelaskan, "Aku nggak bermaksud mengganggu privasimu, aku hanya mengkhawatirkan keselamatanmu." "Aku tahu." Dia tidak punya privasi apa pun. "Aku kebetulan tinggal di dekat sini, jadi aku datang menjemputmu dan mengantarmu ke bandara." Mobil itu perlahan melaju ke jembatan. Hari ini hari Minggu dan masih pagi sehingga jalanan lancar. Steve berkata, "Rumah di Kota Jido sudah dipersiapkan untukmu dan sudah dibersihkan. Kalau kamu nggak suka dengan dekorasi Paman Harto, kamu bisa dekorasi ulang dan kamu bisa tinggal di rumahku dulu." Cintia mengangguk. "Apakah kamu sudah memberi tahu Sovia?" Sovia sedang belajar desain perhiasan di Itali sehingga Cintia tidak menceritakan banyak hal padanya. "Dia tahu, dia akan lulus beberapa tahun lagi. Kalau dia ingin tinggal di Floren setelah lulus, aku nggak akan melarang." "Tergantung apa yang dia suka, hidup di mana pun sama saja." Cintia mengeluarkan kartu ponselnya, mematahkannya dan membuangnya ke kantong sampah di dalam mobil. Sebentar lagi, dia akan naik pesawat ke Kota Jido dan mengucapkan selamat tinggal pada semua yang ada di sini. Saat mobil melaju keluar jembatan, Cintia merasa sedikit mengantuk. "Nggak masalah, aku akan bangunkan kamu ketika tiba," kata Steve. Sebelum dia selesai berbicara, mobil mulai bergetar. Cintia menoleh ke belakang. Steve memarkir mobilnya di samping dan berkata kepada Cintia, "Ada tabrakan dari belakang. Tunggu aku di dalam mobil." Cintia mengangguk. Saat Steve turun dari mobil, dia melihat Yovan turun dari mobil SUV. Auranya begitu mengesankan hingga mengintimidasi. Cintia terus memperhatikan bagian belakang sehingga dia tentu saja melihat orang yang keluar dari mobil. Yovan? Bukankah seharusnya dia sedang mengurus Quina? Kenapa dia datang untuk mencegat mobilnya dan Steve pagi-pagi sekali? Yovan tidak menghiraukan Steve yang turun dari mobil dan langsung berjalan menuju kursi penumpang Porsche tersebut. "Pak Yovan, apa yang kamu lakukan?" Steve melangkah maju untuk menghentikannya. Yovan memandang Steve dan tersenyum menghina, "Tuan Muda Steve sebaiknya nggak ikut campur dalam urusanku." Saat mengatakan itu, dia hendak membuka pintu mobil. "Pak Yovan!" Yovan menjentikkan jarinya lalu orang-orang dari mobil yang diparkir di dekatnya keluar dan mengepung mereka dan mobil itu. Steve keluar sendirian untuk menjemput Cintia. Sekarang dia kalah jumlah dan dengan cepat ditahan oleh Zihan. "Tuan Muda Steve, maaf menyinggungmu."

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.