Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1 Kebangkitan

"Nyonya mencoba bunuh diri!" Ketika aku bangun, yang pertama kali kulihat adalah cahaya putih yang menyilaukan. Sebelum aku sempat bereaksi, rasa sakit tajam menjalar di pergelangan tanganku. Baru saja aku mulai pulih, suara cemas seorang pria terdengar di telingaku. Kemudian, aku melihat seorang pria berdiri membelakangiku, sedang menelepon. "Pak Indra, Nyonya ada di rumah sakit sekarang, apa Anda ingin datang untuk melihatnya?" Terdengar suara pria yang dingin dari seberang telepon. "Apa dia sudah mati? Kalau belum, jangan ganggu aku lagi!" Begitu telepon terputus, pria itu menghela napas, kemudian berbalik dan terdiam sejenak saat melihatku. Setelah beberapa saat, dia mendekat dan berkata, "Nyonya, Anda sudah bangun?" "Nyonya?" Aku menatapnya dengan bingung. "Apa kamu memanggilku?" "Anda nggak kenal saya?" Ekspresi pria itu berubah. "Saya Bima, asisten Pak Indra." "Siapa Pak Indra?" Bima mengerutkan kening dan memandangku dengan ekspresi sedikit kesal. "Nyonya, Pak Indra sekarang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Walaupun Anda mencoba bunuh diri, itu nggak ada gunanya, apalagi berpura-pura amnesia! Sudahlah, Pak Indra nggak akan datang untuk menjenguk Anda!" Aku semakin bingung dan tidak tahu apa yang dia bicarakan. Melihat aku tetap diam, Bima mendekat lagi dan berkata dengan nada membujuk, "Nyonya, Anda sudah menikah dengan Pak Indra selama lima tahun. Selama itu, Anda terus membuat masalah. Pak Indra nggak pernah bisa mencintai Anda. Mungkin sudah waktunya Anda merenung dan berhenti mengganggu Pak Indra?" Meskipun aku masih belum tahu apa yang terjadi, sikapnya membuatku merasa sangat tidak nyaman. Terutama ketika melihat wajahnya, entah kenapa, aku merasa sangat tidak suka. Tunggu sebentar ... "Kamu bilang ... lima tahun?" Aku bergegas masuk ke kamar mandi di ruang rawat itu dan melihat diriku di cermin. Wajah itu masih diriku, tetapi lebih dewasa, dengan bayangan kesedihan yang tak kunjung hilang. Apakah yang dikatakan oleh Bima tadi benar? Sudah lima tahun? Apakah aku benar-benar sudah menikah? ... Ternyata, aku memang sudah menikah. Apalagi, aku sudah menikah selama lima tahun. Ternyata, aku tidak melakukan perjalanan waktu atau bermimpi, melainkan mengalami amnesia. Saat ini ingatanku masih tertinggal di usia 18 tahun, tepat saat aku baru masuk universitas; Dulu, aku diam-diam menyukai seorang senior, namanya Indra Pranata. Dia adalah pria tampan dan misterius yang tak tertandingi dalam hal penampilan, latar belakang keluarga, serta kemampuannya. Sekarang, aku sudah menikah dengannya. Menurut Bima, aku menikah dengan Indra saat usiaku 20 tahun, dengan pernikahan yang terburu-buru dan tanpa dasar perasaan yang kuat. Saat itu aku bahkan belum lulus dari universitas, dan kami hanya mendaftarkan pernikahan tanpa mengadakan upacara pernikahan. Setelah menikah, aku menyadari bahwa hati Indra bukan untukku. Sebaliknya, dia lebih dekat dengan teman masa kecilnya, Dina Hariawan. Katanya, Dina adalah seseorang yang sangat dia cintai tetapi tidak pernah bisa dimiliki. Sementara aku, yang tidak dicintai, mulai menyakiti diri sendiri dalam pernikahan kami. Aku melakukan berbagai cara aneh untuk menarik perhatian Indra, tetapi yang kudapatkan hanya rasa tidak sukanya yang semakin besar terhadapku. Teman-temannya menganggapku sebagai bahan tertawaan dan hanya menunggu kapan kami akan bercerai. Dina tidak pernah menganggapku penting. Dia selalu menjadi pusat perhatian di kalangan mereka. Setiap kali aku bertindak histeris, mereka hanya melihatku seperti badut. Akhirnya, aku mengancam Indra dengan bunuh diri agar dia tidak lagi berhubungan dengan Dina. Namun, dia tidak peduli, bahkan menyuruhku untuk mati. Akhirnya, aku pun bunuh diri. Begitulah yang terjadi sebelum aku bangun. Semua ini terasa sangat tidak nyata bagiku. Bunuh diri demi cinta? Itu sama sekali bukan sesuatu yang sepertinya akan kulakukan. Saat aku menyadari semua ini, aku sudah berada di kamar utama rumah pernikahan kami. Dokter mengatakan aku baik-baik saja, jadi Bima langsung mengantarku pulang. Sebelum pergi, dia bahkan memberikan peringatan yang terdengar seperti nasihat agar aku tidak membuat keributan lagi. Melihat vila besar di hadapanku, keinginanku untuk membuat keributan langsung sirna. Aku benar-benar terkejut dengan kekayaan yang melimpah ini. Hanya satu ruang pakaian kecil saja sudah lebih besar daripada rumahku yang dulu. Saat aku sedang terpesona melihat kamar tidurku dan Indra, terdengar suara dari pintu. Aku tiba-tiba berbalik, lalu melihat Indra yang masuk dengan wajah dingin dan serius.
Bab Sebelumnya
1/20Bab selanjutnya

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.