Bab 85
Tatapan Edison membuatku bergidik dari kaki sampai ubun-ubun. Hendra hanya tertawa kecil dan berkata, "Khaira bukan cuma asisten. Dia adik Pak Yudha."
Senyum Edison membeku, lalu dia mengamatiku dengan serius di tengah rasa terkejutnya. Matanya penuh rasa tidak percaya. "Oh, ternyata nona keluarga Zuriawan. Maaf sudah lancang."
Melihat penampilan Edison yang tampak pemalas dan mesum itu, seketika aku yakin bahwa perkataan Hendra pasti benar.
Keluar dari ruang kerja Edison, Hendra meludah dengan kasar. "Sudah tua sok ganteng. Menjijikkan."
Aku juga menghela napas panjang. Edison ini orang yang tinggi hati.
"Edison belum tahu kalau kita nggak jadi kerja sama dengannya." Hendra membuka pintu mobil dan masuk, mengambil sebotol air mineral dan menenggak setengahnya sekaligus. "Dia juga belum tahu Grup Taylor ingin membuat masalah untuknya. Semuanya kuserahkan kepadamu."
Aku mengangguk. "Biar kupikirkan dulu rencananya."
Saat mobil melewati sebuah toko kue di tengah jalan, aku sontak berseru

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda