Bab 49
Mendengar kata-kata Yudha, aku langsung terdiam sambil tersenyum kaku. "Jadi, kamu sudah tahu semuanya."
"Hm," balas Yudha tenang. "Aku sempat berpikir kalau kamu berencana melawan semua sampai akhir dan menghancurkan hidupmu begitu saja. Tapi, sekarang, kamu kelihatan nggak sebodoh itu."
Aku anggap Yudha sedang memujiku saja.
"Jadi, apa kamu bisa bantu aku?" Aku mengecilkan suaraku. "Aku nggak bisa membuktikan kalau aku nggak salah. Rektor bilang aku harus panggil orang tua," lanjutku.
Dalam hati, aku diam-diam menghina diri sendiri. Meminta Yudha menjadi "orang tua"-ku, berarti aku memanfaatkan pengaruh dan kekayaannya, 'kan?
Namun, jika aku tidak memikirkan diri sendiri, siapa lagi yang akan peduli? Aku benar-benar tidak punya pilihan lain.
"Bisa." Yudha berhenti sejenak. "Tapi, ada syaratnya."
Keduanya sama-sama memberi syarat. Namun, ketika Yudha yang bicara, aku sama sekali tidak terganggu. Sebaliknya, aku segera bertanya-tanya apa syarat yang dia mau.
"Apa pun yang terjadi, aku

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda