Bab 45
"Anda anggota keluarga pasien?" tanya perawat sembari menatap ke arahku.
Aku menggeleng. "Aku nggak akrab sama dia, sebatas kenal saja. Kalau ada urusan, kalian bisa menghubungi ayahnya."
"Khaira," panggil Zavier yang mendadak bangkit penuh emosi dari ambulans. "Kamu menipuku! Berani-beraninya kamu membohongiku!"
"Dia nggak apa-apa, 'kan?" Aku mengabaikan Zavier.
Perawat menggeleng. "Kelihatannya bukan luka serius. Dia cuma kehilangan banyak darah, mungkin butuh transfusi. Kalau kamu keluarganya, temani kami ke rumah sakit."
"Aku bukan keluarganya," tegasku lagi. "Hubungi keluarganya saja. Aku ada urusan, pamit dulu."
Tanpa peduli pada teriakan Zavier di belakangku, aku berbalik dan kembali ke kampus.
Sepanjang perjalanan, aku memikirkan ucapan Zavier bahwa Yudha mengincar keluarga Januarta demi aku.
Hanya Zavier yang mampu mengucapkan pernyataan paling tidak masuk akal seperti itu.
Aku sama sekali tidak menyadari, banyak teman sekelas yang menunjuk-nunjuk ke arahku.
Hingga aku melewat

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda