Bab 21
Aku pun mengangguk. "Kalau ada yang buat curiga, pasti ada yang nggak beres di belakang. Sela jelas-jelas nggak suka aku, tapi tiba-tiba mendekat. Pasti semua ini ada alasannya."
"Menurutku, ada baiknya kamu istirahat dulu beberapa hari." Wina berdiri dari tempat duduknya, lalu menawarkan, "Biar aku yang kerja di kafe besok, oke?"
Aku meragu sejenak.
"Sebentar lagi ujian, Khaira. Belajarmu sudah sejauh mana?" Wina menatapku serius setelah melihatku tidak langsung menjawab. "Kalau nggak fokus mulai sekarang, kamu yakin bisa lulus ujian?" tanyanya lagi.
Aku merenung sejenak. Kurasa, Wina ada benarnya.
"Lagi pula, aku nggak mau bekerja cuma-cuma, kok." Nada bicara Wina berubah riang. "Kamu pasti punya uang lebih, 'kan? Traktir saja aku makan, oke?"
"Ah, itu gampang." Aku langsung bangkit. "Ayo, berangkat."
Keesokan harinya, Wina menggantikanku bekerja di kafe. Sementara itu, aku menghabiskan sepanjang hari di kamar untuk belajar. Langit sudah menggelap ketika Wina pulang.
"Khaira! Khaira!

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda