Bab 2
Para tamu yang datang menunjukkan berbagai ekspresi, bahkan mengatai mereka ….
"Apa ini tunangan Tuan Agam? Kenapa pakaiannya terlihat seperti gadis menor di jalanan?!"
"Bukankah seharusnya tunangan Tuan Agam adalah seorang wanita yang lemah lembut dan cantik? Apa-apaan ini?"
"Ehem, selera Tuan Agam memang unik ...."
Pamela sengaja berdandan seperti gadis jalanan untuk menakuti pasangan kencannya.
Namun, Agam tampaknya tidak peduli kalau citra "tunangan" dia dicemooh oleh banyak orang.
Bisa dibilang, dia bahkan tidak peduli bahwa seleranya dipertanyakan orang-orang. Dia malah tampak seperti sedang menonton pertunjukan orang lain.
Di bawah tatapan para tamu, Pamela bertukar cincin pertunangan dengan Agam. Dia merasa seperti ada pisau tajam yang menusuk punggungnya.
Saat pembawa acara mengatakan pertunangan selesai.
Para tamu yang hadir merasa sulit untuk menghargai tunangan Tuan Agam, tetapi demi Tuan Agam, mereka tidak berani untuk tidak bertepuk tangan dan memberikan restu.
Seketika tepuk tangan pun terdengar keras.
Saat turun dari panggung pertunangan, Pamela hanya ingin pergi dan meninggalkan tempat yang penuh dengan masalah ini.
Namun, Pamela dikelilingi oleh tiga wanita berpakaian mewah, bahkan menghalangi jalannya.
"Kamu putri dari keluarga mana?"
"Kenapa kamu datang dengan pakaian murahan seperti ini?"
"Kamu pikir kamu pantas berdiri di samping Tuan Agam dengan penampilan seperti ini?"
Pamela langsung berbalik, tidak mau menghiraukan mereka.
Namun, para wanita itu menghentikannya lagi, tidak mau membiarkannya pergi.
Dia pun kehilangan kesabaran dan melirik sekilas ke arah gaun-gaun indah yang mereka pakai, lalu berkata, "Kalian yang berpakaian secantik ini memang pantas berdiri di samping Tuan Agam, tapi maukah Tuan Agam bersama dengan kalian?"
"Kamu ...."
Ketiga wanita itu adalah putri dari keluarga yang berkuasa di Kota Marila. Mana pernah mereka menerima makian seperti itu.
Mereka makin menghalangi Pamela, menuntutnya untuk meminta maaf.
Tidak jauh dari situ, Derry Kalingga selaku anak kedua dari Keluarga Kalingga menghampiri dan bersulang dengan Agam.
"Agam, dari mana kamu dapat wanita seperti itu? Kalau sampai membawanya menemui kakekmu, kakekmu akan marah besar."
Agam menjawab dengan santai, "Kakek hanya mau menantu wanita, jadi yang dipentingkan kakek adalah wanita."
Derry mencibir, "Di dunia ini ada banyak wanita, kenapa malah pilih wanita kayak dia?"
Agam melihat ke bawah, dia mengangkat gelasnya untuk meneguk anggur merah di dalamnya, tampaknya seperti menikmati sesuatu.
"Karena mulutnya cukup manis!"
Derry terdiam, lalu dia menatap temannya yang tak pernah mau mendekati wanita dengan kaget. Kemudian, Derry berkata, "Kenapa selama ini aku nggak sadar kalau seleramu nggak biasa!"
Huarz!
Segelas anggur disiramkan ke tubuh Pamela!
Derry melihat ke arah suara itu, lalu mengerutkan alis. "Tunanganmu sepertinya diganggu. Kamu nggak mau bantu?"
Agam menyipitkan matanya. "Nggak usah!"
Derry tidak mengerti maksud Agam. Tiba-tiba, dia melihat Pamela yang berada di sana menjambak rambut seorang wanita dengan satu tangan, lalu membenturkan kepalanyanya ke wanita lainnya dengan kuat. Benturan itu benar-benar sangat keras!
Kedua wanita itu jatuh karena pusing, sementara wanita satunya sudah ketakutan.
"Kamu ... kamu ... kamu ...."
Pamela tidak menunjukkan ekspresi apa pun, juga tidak mengatakan apa-apa, hanya melambaikan tangannya ke samping.
Wanita satu lagi segera mundur, juga tidak berani menghalangi jalan Pamela lagi.
Derry pun menyeringai.
"Sepertinya aku tahu kenapa kamu memilih wanita ini!"
Sorot mata Agam begitu dalam. Dia meminum anggurnya tanpa menimpali perkataan Derry.
Wanita itu bisa mendekatinya secepat kilat tanpa dia sadari, juga menariknya dengan satu tangan untuk menciumnya secara paksa.
Kekuatannya luar biasa dan nyalinya tidak kecil. Itu yang membuatnya berbeda.
"Ervin, bawa dia ganti pakaian."
"Baik, tuan muda!"
Pamela tidak ikut Ervin untuk mengganti pakaiannya, melainkan berjalan ke arah Agam sambil memelototinya dengan marah.
"Paman, kamu kolot sekali. Aku hanya menciummu sekali saja, tapi kamu malah meminta pertanggung jawab penuhku, konsekuensi ini sungguh besar. Bolehkah aku bertanggung jawab padamu dengan cara lain? Seperti kompensasi finansial?"
Mata indah Agam yang menatap Pamela tiba-tiba menyipit, membentuk senyuman yang tidak bisa dijelaskan. "Hmm? Menurutmu berapa harga yang pantas untuk sebuah ciuman?"
Pamela terlebih dahulu mengamati wajah pria itu, kemudian menatap serius bibir tipisnya yang begitu menawan, tampaknya sedang memperkirakan harganya.
"Aku nggak tahu. Lebih baik kamu katakan saja berapa harganya. Sepertinya kamu juga sudah nggak muda lagi, jadi seharusnya ini bukan ciuman pertamamu. Sebaiknya jangan minta kompensasi lebih dari empat ratus ribu, karena aku nggak punya uang lebih dari itu!"
"Kurang ajar!"
Empat ratus ribu?
Ervin merasa bahwa wanita ini benar-benar mencari mati.
Bertunangan dengan tuan muda adalah kehormatan dalam hidupnya. Beraninya dia meremehkan tuan muda?
Agam memberi isyarat pada anak buahnya untuk mundur dengan tangan, lalu jari-jari rampingnya menekan dagu Pamela.
Agam tidak memegang dengan kuat, tetapi pegangan ini penuh rasa bahaya.
"Gadis kecil, karena kamu sudah berani melecehkanku di depan umum, kamu harus menerima konsekuensinya dengan baik! Hmm?"
Pamela mengerutkan kening, otak pria ini memang sudah rusak.
Penampilannya hari ini sangat jelek, kenapa pria ini malah tidak mau melepaskannya?
Pamela menarik sudut mulutnya membentuk senyum tipis. Matanya berkilat, lalu berkata dengan nada ketus, "Baiklah! Kalau begitu, apa sekarang aku boleh ke toilet?"
Agam tidak berkata apa-apa, hanya melirik ke arah anak buahnya, lalu memberi isyarat untuk mengantarnya ke toilet.
Beberapa menit kemudian, Ervin menghampiri Agam dengan ekspresi serius.
"Tuan muda, Nona Alister melompat keluar dari jendela toilet dan melarikan diri. Aku sudah memerintahkan pengawal untuk mengejarnya."
Agam mengenakan setelan jas rapi, bersandar di sofa dengan malas dan santai. Dia bersikap seolah-olah sudah menebak hasil ini. Wajah tampannya yang dingin tidak menunjukkan perubahan apa pun. Dia mengguncang pelan gelas anggur merah di tangannya.
"Nggak perlu. Cari tahu alamat rumah wanita itu, lalu suruh orang untuk mengantar mahar padanya!"
"Baik!"
Derry sudah cukup melihat drama itu, jadi ingin menasihati temannya ini, "Agam, kamu benar-benar mau menikah dengan gadis kecil yang nggak bisa dikendalikan itu? Sebenarnya ...."
Agam menjawab dengan penuh makna, "Wanita seperti itulah yang cocok untuk posisi itu."
...
Hari sudah larut malam ketika Pamela pulang ke rumah.
Begitu masuk ke dalam rumah, ayahnya, Darius Alister, langsung menamparnya.
"Masih berani pulang?!"
Pamela melangkah mundur dengan gesit untuk menghindari tamparan itu.
Darius makin marah ketika tamparannya tidak menemui sasaran.
"Pamela, ibumu susah payah memilihkan pria baik-baik untukmu, kamu malah pergi kencan buta dengan pakaian seperti ini! Kamu juga menarik seorang pria dan menciumnya di depan umum. Harga diri Keluarga Alister hancur karena sikap liarmu! Kamu membuat ibumu disalahkan oleh agen kencan buta! Cepat berlutut dan minta maaf pada ibumu!"
Pamela memasukkan tangannya ke dalam saku jaketnya, lalu menimpali dengan tatapan dingin, "Dia bukan ibuku!"
Dia hanya seorang ibu tiri, ibu tiri yang mencoba segala cara untuk menikahkan dia secepat mungkin agar dia tidak mendapatkan kekayaan Keluarga Alister!
Wulan berkata dengan kebaikan palsu, "Darius, aku baik-baik saja. Jangan marah sama Pamela. Dia masih muda dan nggak tahu apa-apa. Itu semua salahku karena nggak bisa melakukan tugas seorang ibu sambung dengan baik ...."
Darius malah tidak tega kepada Wulan karena Wulan masih membela Pamela yang sudah berbuat salah.
Dia menoleh dan lanjut memarahi Pamela, "Anak nggak tahu bersyukur! Selama ini Wulan memperlakukanmu dengan baik, tapi kamu nggak mau memanggilnya ibu!"
Wulan menyeka air mata palsunya dan membujuk dengan ekspresi pasrah, "Darius, sudah, sudah! Nggak masalah kalau dia memanggilku Tante Wulan. Aku nggak keberatan, kok!"
Melihat akting Wulan, Pamela tidak terkejut.
Wanita tua yang sok baik ini memang paling pandai berakting sedih. Dia bermuka dua. Baik di depan, buruk dibelakang.
Selama ini, Darius sudah tertipu oleh kecantikannya, jadi dia tidak mengetahui sifat aslinya!
Sambil menyerahkan setumpuk informasi kepada Darius, Pamela berkata, "Ayah, ini informasi asli dari semua pasangan kencan buta yang Tante Wulan atur untukku. Ayah bisa lihat dulu. Kalau ada yang membuat ayah tertarik, aku akan menikah dengannya!"
Darius terkejut. Dia mengambil dokumen itu dan membacanya. Setelah itu, ekspresi wajahnya berubah menjadi muram.