Bab 2596
Veren tersenyum dingin. "Capek apanya?"
"Nggak akan secapek Kakak."
"Dia sibuk dengan paduan suara dan harus merawatku. Aku hanya jadi beban."
"Aku membebani Kakak dan Ayah. Kalian yang paling capek."
Ekspresi Viona menjadi masam. "Kalau kamu nggak senang, kamu bisa bicarakan denganku nanti, nggak perlu sindir-sindir begini."
"Oh? Aku hanya bilang Kakak dan Ayah sangat capek. Memangnya nggak boleh?"
"Banyak ngatur kamu. Sudah kubilang kamu nggak usah rawat aku lagi. Aku nggak boleh mengeluh?"
Veren menusuk-nusuk roti dengan garpu. Anton langsung mengetuk piringnya.
"Makan baik-baik. Apa-apaan sikap kamu ini?"
"Kalian berantem, ya?"
"Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Jangan sindir-sindir."
Veren dan Viona terdiam setelah ditegur oleh Anton.
Sampai ketika berangkat ke sekolah, mereka tetap cuek pada satu sama lain, seperti musuh.
Anton mengembuskan napas. Dia makni tidak memahami isi pikiran anak-anaknya.
Keharmonisan adalah yang terpenting. Namun, mengapa sulit untuk mewujudkannya
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda