Bab 18
Pamela menoleh ke arah Marlon dan menggerakkan alisnya pelan.
Mereka sudah kenal lama, jadi dia bisa paham dengan apa yang dimaksud bosnya.
Dia berdeham, mengangkat tangannya untuk membenarkan letak headset Bluetooth yang biasa dia kenakan di telinga kirinya, lalu berjalan melewati Agam dan Pamela dengan tenang.
Suaranya sengaja direndahkan, berpura-pura seperti tengah menelepon.
"Bos, malu banget deh. Aku baru memarahi Agam, malah didengar olehnya! Dialah yang merebut lukisan yang kamu sukai!"
"Sudahlah. Masih banyak lukisan lain milik Berenice selain "Angsa dan Musim Gugur". Kita bisa membeli yang lainnya!"
Setelah mengatakan itu, Marlon benar-benar sudah berjalan jauh.
Pamela menatap Agam dengan mata melotot, lalu mengangkat alisnya dengan ekspresi polos.
"Paman, pria itu sepertinya memarahimu!"
Mata Agam menyipit ke arah Pamela, lalu bertanya dengan tatapan penuh tanya, "Kalian nggak kenal?"
Pamela menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak kenal. Paman, apa kamu kenal pria itu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda