Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 10

Bianca melihat Maserati mewah itu melaju dan hatinya merasa cemburu. Dia kembali ke kantor dan memberi tahu rekan-rekannya. "Apa kalian tahu? Pantas saja Pamela pergi tanpa beban. Ternyata dia jadi simpanan orang kaya dan nggak peduli dengan pekerjaan ini!" Menjadi simpanan? Rekan-rekan kerja menjadi sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi. Jadi, mereka mendekat dan menanyakan situasinya kepada Bianca. Bianca melebih-lebihkan penjelasannya dengan mengatakan, "Aku berbaik hati mengantarkan barang Pamela yang ketinggalan. Tapi, aku malah melihatnya masuk ke mobil mewah edisi terbatas. Di dalam mobil itu ada pria tua dan Pamela langsung duduk di atas pangkuan pria itu begitu masuk ke dalam mobil. Gerak-gerik mereka sangat ambigu!" "Pria tua? Berapa umurnya?" Bianca menjawab, "Sekitar 60 tahun!" "Ya ampun. 60 tahun itu seusia kakeknya! Aku nggak nyangka kelakuan Pamela akan semurah itu!" "Ckck, jangan cuma menilai seseorang dari penampilannya!" Vanda tidak tahan mendengar lebih lanjut isi pembicaraan mereka. Dia berdiri dan membalas dengan lantang, "Bianca, jangan bicara omong kosong! Pamela bukan orang seperti itu!" Bianca mencibir, "Aku bicara omong kosong? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Kalau nggak percaya, kamu bisa lihat rekaman kamera pengawas perusahaan untuk memastikan apakah Pamela masuk ke mobil Maserati edisi terbatas atau tidak di pintu masuk!" Vanda terdiam karena jengkel. Bagaimana mungkin dia memiliki wewenang untuk memeriksa rekaman kamera pengawas perusahaan? Jelas-jelas Bianca yang mencelakai Pamela. Dia juga sudah membuat Pamela dipecat dari perusahaan, tetapi masih ingin melabeli Pamela dengan penilaian buruk! Benar-benar kejam! Karena tidak bisa mengalahkan Bianca, Vanda menahan emosinya dan duduk untuk melanjutkan pekerjaannya. Namun pada saat itu, dia menemukan sesuatu di komputernya dan berkata, "Hei? Apa ini? Kenapa ada dokumen aneh di desktop komputerku?" Seorang rekan kerja yang lain menimpali, "Di komputerku juga ada dokumen tambahan! Nggak tahu isinya apa!" "Aneh! Di komputerku juga ada. Buka saja dan lihat isinya ...." Setelah semua orang membuka dokumen itu dan melihatnya, area kantor menjadi hening. Pandangan aneh, jijik dan mencemooh terus menerus dilayangkan ke arah Bianca. Bianca merasa terganggu dengan tatapan dari rekan-rekannya. "Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Vanda berdiri dan berkata lebih tegas dari yang sebelumnya, "Bianca, ternyata orang yang bermain game di tempat kerja itu kamu sendiri. Kamu itu biang keladi yang membuat komputer perusahaan diretas!" Bianca tertegun dan menjawab tanpa mau mengakuinya, "Vanda, jangan bicara omong kosong! Aku akan menuntutmu atas pencemaran nama baik kalau kamu bicara tanpa bukti!" Vanda memegang bukti di tangannya dan berkata dengan wajah datar. "Aku bicara omong kosong? Kamu menipu teman game-mu biar bisa dapat peralatan game, 'kan? Setelah dapat apa yang kamu mau, kamu memblokirnya! Kamu nggak sadar kalau dia peretas profesional dan langsung meretas komputermu. Bahkan sistem perusahaan juga ikut diretas!" "Kamu malah menyalahkan Pamela. Bahkan PowerPoint yang salah dalam rapat hari ini diutak-atik olehmu saat aku nggak memperhatikan. Buktinya ada di komputer. Peretas sudah mengumpulkan semua perilaku burukmu ke dalam satu dokumen dan meninggalkannya di komputer. Kita punya salinannya!" Apa? Bianca menghadapi tatapan aneh dari rekan-rekannya dan merasa lemas. Dia panik, kembali ke meja kerjanya dan melihat dokumen tambahan di desktop komputernya. Itu adalah tangkapan layar dari riwayat obrolan dengan teman game-nya, serta video pengawasan yang menunjukkan saat dia diam-diam mengutak-atik PowerPoint .... Ba ... bagaimana ini bisa terjadi?! Pak Patra keluar dari ruangannya dengan wajah muram. Dia berkata dengan marah, "Siapa yang bernama Bianca? Kenapa ada karyawan pembawa sial sepertinya di perusahaan. Suruh dia berkemas dan keluar!" Wajah Bianca pucat bukan main. Jangan bilang dokumen itu juga muncul di komputer Pak Patra! Pak Dikra mendengar teriakan marah Pak Patra juga bergegas keluar ruangannya dengan raut wajah yang terlihat sangat panik. Ketika Bianca melihat Pak Dikra, dia segera berlari menghampiri untuk meminta bantuan, "Paman, tolong bantu aku ...." Pak Dikra menatap Bianca dengan tatapan tajam, mendorongnya menjauh dan mengabaikannya. Dia ingin sekali menyingkirkan kerabat yang menghancurkan pekerjaannya saat ini juga! Akhir dari masalah ini, semua gaji Bianca dipotong. Dia dipecat dan dibuang begitu saja. Memang benar kalau orang jahat akan selalu mendapatkan balasannya. Vanda sangat senang. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan ke Pamela. ... Pada saat ini. Di kursi belakang mobil Maserati edisi terbatas yang melaju perlahan. Pamela duduk sangat dekat dengan pintu mobil sambil memegang barang-barang pribadinya. Di sebelahnya duduk 'suami barunya', Agam. Namun, sejak Pamela masuk ke dalam mobil, Agam tidak mendongakkan kepalanya, bahkan tidak menoleh ke arahnya. Dia hanya menatap tajam ke arah ponselnya dengan ekspresi acuh tak acuh. Ponsel Pamela berbunyi. Pamela meletakkan kotak di pelukannya dan mengeluarkan ponselnya. Dia mendapat Line dari Vanda yang memberitahukan kalau Bianca sudah dipecat dan Pak Dikra ditegur keras oleh Pak Patra. Pamela mengerutkan bibirnya, tidak terkejut. Setelah peretas itu memberitahunya alasan menyerang sistem Perusahaan Quentin, dia hanya memberikan satu nasihat kepada peretas itu. Dia memberinya saran agar menyerang dengan tepat dan tidak mengorbankan orang yang tidak bersalah. Bianca pantas mendapatkan balasan ini atas kesalahan yang dia lakukan. Pamela tanpa sadar menyilangkan kakinya setelah membalas pesan Vanda. Kedua kakinya yang putih dan jenjang disilangkan. Dia hanya mengenakan kaos besar milik Agam. Karena duduk, ujung kaos yang dia kenakan sedikit terangkat. Cahaya matahari masuk melalui jendela mobil, jatuh di kulitnya yang putih, membuatnya terlihat makin memesona. Bahkan pantulan dari kulitnya itu terlihat begitu memukau. Seakan terkena pantulan silau cahaya itu, alis pria yang duduk di samping Pamela sedikit terangkat. Garis pandangannya melirik ke kaki panjang dan ramping di sebelahnya. Kalau dibandingkan dengan kakinya, kaki Pamela benar-benar terlalu kecil dan kurus. "Gadis kecil, apa ini cara kalian anak muda untuk mendapatkan perhatian seorang pria?" Pamela menatap Agam dengan tatapan tidak mengerti, lalu bertanya, "Apa? Paman, aku bahkan nggak melakukan apa pun." Agam meletakkan ponselnya, menatapnya dan menjawab, "Apa yang kamu pakai?" Pamela menundukkan kepalanya dan baru menyadari akan hal ini. Dia menjawab, "Oh ... ini bajumu, Paman! Karena pakaian yang diberikan pelayan tadi pagi kotor dan nggak bisa dipakai lagi, aku terpaksa harus pakai bajumu!" Pria itu menopang dahinya dengan satu tangan, menjawab dengan alis sedikit berkerut, "Sudah dapat izin dariku?" Pamela mendelik, lalu menjawab kesal, "Apa aku harus meneleponmu dan minta izin untuk pakai satu pakaian di lemarimu? Kamu orang kaya, kenapa pelit sekali!" Lagipula, dia tidak memiliki nomor telepon Agam. Bagaimana dia bisa meminta izinnya? Urat nadi Agam terlihat menonjol di dahinya. Dia menjawab, "Apa katamu?" Pamela tersenyum tipis, lalu menjawab, "Maksudku ... apa orang tua seperti Paman ingin melihat berita tentang istri barumu berjalan dengan baju tipis di jalanan setelah satu hari menikah?" Agam kehabisan kata-kata, "..." Orang tua? Apa dia sudah setua itu? Mata hitam Agam sedikit menyipit, lalu dia menjawab, "Bagaimana kalau aku bilang aku nggak peduli?" Pamela menggertakkan giginya geram, lalu menjawab, "Kalau begitu, aku akan melepaskannya dan mengembalikannya padamu sekarang juga. Lalu berjalan dengan baju tipis di luar!" Bibir Agam terangkat membentuk seringai. Dia mencibir, "Baiklah. Kalau begitu lepaskan saja." Pamela merasa tahun ini dirinya sungguh tak beruntung. Jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa memprovokasi paman aneh yang sangat tidak bisa diajak bicara baik-baik itu! Dia terdiam selama beberapa detik, baru menjawab, "Ya sudah, lepaskan saja. Apa susahnya!"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.