Setelah memikirkan ini, dia langsung menuju ke ujung koridor untuk menelpon Ethan. Setelah beberapa lama barulah teleponnya diangkat. Ethan menjawab dengan acuh tak acuh. “Ada apa?”
Tiffany tidak peduli dengan sikapnya lagi. Dia bisa menerima seseorang yang bersikap dingin di luar tapi hangat didalam. “Terima kasih.”
Ethan sedang fokus pada layar komputernya dan tidak mendengarkan perkataannya.”Untuk apa?”
Bibir Tiffany tersenyum. “Berhentilah berpura-pura. Kau kan yang mendonasikan uang untuk ayahku? Kenapa kau memilih untuk menyembunyikannya sebagai pendonasi tanpa nama? Maaf karena telah membuatmu kesepian akhir-akhir ini. Ada banyak sekali hal yang sedang menimpa keluargaku sekarang. Jangan marah denganku. Aku akan menemuimu saat aku tidak sibuk.”
Ethan mengerutkan dahinya. Dia ingin menolaknya tapi berakhir dengan tidak mengatakan apa-apa. Karena dia sedang fokus pada komputernya dan malas untuk menjelaskan maka dia menjawab. “Aku sedang sibuk, aku akan tutup teleponnya sekara