Bab 92 Dia merasa malu
Di dalam kamar bar, hanya ada lampu lantai berwarna kuning hangat yang menyala.
Orang yang terbaring di atas ranjang perlahan-lahan membuka mata, lalu melihat ke arah sofa di samping ranjang.
Dia memeluk bantal dengan kedua tangan sembari bersandar di sofa, kepalanya agak tertunduk, bulu mata lebat nan lentik menjuntai bak kipas, bibir merah mudanya sedikit mengerucut ketika tertidur tampak seperti jeli. Membuat siapa pun yang melihatnya tak tahan ingin mencicipi.
Perlahan senyum lembut tersungging di wajah pria yang berada di atas ranjang. Setelah membaringkan dirinya di atas ranjang dengan susah payah, dia malah ketiduran di sofa.
Ponsel yang berada di meja sebelah ranjang menyala, sebelum nada dering berbunyi, pria itu menekan tombol untuk menjawab.
Tatapan Calvin selalu tertuju ke Renata sembari menjawab dengan suara lirih, "Ada apa?"
Suara pria muda terdengar dari ujung telepon. "Tuan Calvin, Haris bilang akan membayar dua kali lipat agar kami mau melepaskannya."
Calvin terkekeh.
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda