Bab 7
Valencia duduk di sofa tunggal di samping Clarissa.
Dia tidak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Matanya tetap tenang, tanpa sedikit pun emosi saat memandang Clarissa. "Aku nggak berniat menjadi menantu keluarga Zayden."
Tentu saja Clarissa tidak percaya.
Dia menatap Valencia dari atas ke bawah dan mengamatinya dengan teliti.
Ternyata ini gadis yang telah menjalin hubungan dengan putranya selama tiga tahun.
Penampilannya memang cantik dan auranya tidak buruk. Meski berasal dari keluarga biasa, dia tidak menunjukkan sikap rendah diri yang biasanya dimiliki oleh orang dari kalangan bawah.
Baru saja, di depan pintu, dia sengaja mengatakan hal-hal yang bisa membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, gadis ini tidak menunjukkan sedikit pun perubahan emosi. Saat bertemu dengannya, dia tetap tenang dan berbicara dengan percaya diri tanpa rasa takut.
Namun, apa bedanya?
Pada akhirnya, dia hanyalah seorang gadis yang bermimpi siang bolong menikah ke keluarga kaya. Tidak peduli seberapa baik dia bersikap, tetap saja dia tidak pantas untuk masuk ke dalam kalangan mereka.
Nada suara Clarissa mengandung rasa superioritas yang jelas. "Kamu nggak perlu berpura-pura di depanku. Aku juga seorang wanita, jadi aku tahu dengan jelas apa yang ada di pikiranmu. Aku tahu putraku, Miguel, memang menarik bagi para gadis. Nggak mudah bagimu bertemu dengan seorang anak orang kaya seperti dia. Selama ini, dia pasti sering menghabiskan uang untukmu, 'kan?"
Valencia menjawab, "Aku nggak membutuhkan uangnya."
Clarissa mendengar itu dan tersenyum mengejek. Tatapannya dingin. "Berpura-pura apa? Sok suci? Aku sudah sering melihat gadis sepertimu.. Mulutnya bilang nggak butuh uang, tapi kalau benar nggak butuh, kenapa kamu mendekati Miguel?"
Valencia tertawa.
"Tante Clarissa, maksud Anda, anak Anda nggak punya daya tarik apa pun kecuali uangnya?"
"Kamu!" Clarissa benar-benar marah hingga napasnya menjadi tidak teratur. Dia menatap Valencia dengan tajam. "Lidahmu tajam sekali! Miguel memujimu sebagai gadis yang lembut dan pengertian. Sepertinya dia benar-benar salah menilaimu!"
Valencia dengan tenang mengambil cangkir teh dan meminumnya untuk membasahi tenggorokannya.
"Nggak sopan," gumam Clarissa sambil melirik tajam. "Orang yang lebih tua duduk di sini, tapi kamu bahkan nggak menuangkan teh."
Valencia tersenyum palsu. "Maaf, Tante Clarissa. Di sini tidak ada cangkir cadangan. Anda pasti nggak akan suka menggunakan cangkir bekasku. Jadi, aku pikir lebih baik nggak usah repot-repot. Lagi pula, Anda nggak kekurangan air untuk diminum, bukan?"
Clarissa merasa darahnya mendidih karena marah.
Di mana Miguel menemukan gadis tidak sopan seperti ini?
Setelah menenangkan diri, dia berkata lagi, "Aku datang ke sini hari ini untuk memberitahumu, keluarga Zayden bukan tempat yang bisa dimasuki oleh sembarang orang. Kalau kamu berniat menikah dengan Miguel, itu nggak mungkin!"
Valencia menjawab, "Ya, ya."
Clarissa berkata lagi, "Molly adalah menantu pilihanku. Keluarganya sudah bersahabat lama dengan keluarga kami. Selain itu, dia adalah cinta pertama Miguel. Aku sarankan kamu segera menghapus pikiran itu dari kepalamu, cepat-cepat kemasi barangmu, dan kosongkan posisi di sisi Miguel!"
Valencia tersenyum. Dia tiba-tiba teringat percakapan yang pernah dia dengar secara kebetulan. Dalam percakapan itu, Miguel berbicara di telepon, mengatakan kalau rantai keuangan Grup Zayden sedang bermasalah, banyak proyek yang tertunda, dan perusahaan mengalami kerugian besar.
Saat itu, dia sempat berniat membantu menyuntikkan dana untuk Grup Zayden.
Meski Miguel menganggap keluarganya tidak berada dalam kondisi yang baik dan tidak berniat menikahinya, setidaknya mereka telah berpacaran selama tiga tahun. Ada perasaan yang terlibat dan membantu satu sama lain adalah hal yang wajar.
Malam itu, dia pergi ke acara sosial untuk menjemput Miguel dan berniat membicarakan investasi dengan Grup Zayden.
Meski dia berseteru dengan keluarganya, ayahnya, William, tentu tidak akan bersedia berinvestasi.
Namun, kakak sepupunya, Cayden Dawson, yang sekarang memimpin keluarga Dawson, pasti bersedia membantu. Dengan kepemimpinannya, Grup Dawson berkembang pesat dan tahun lalu sudah masuk dalam sepuluh besar perusahaan domestik. Cayden selalu menyayanginya. Kalau dia meminta, memberikan suntikan dana untuk Grup Zayden bukanlah masalah.
Namun, malam itu juga, dia mendengar Miguel mengatakan kalau dia hanyalah pengganti Molly.
Mengingat hal itu, Valencia mengembalikan pikirannya ke masa sekarang. Dia menatap Clarissa dan berkata, "Tante tenang saja. Dalam dua hari lagi aku akan kembali ke kampung halamanku. Setelah itu, aku nggak akan kembali lagi."
Clarissa tidak menyangka Valencia akan menyerah semudah itu. Sesaat dia bahkan merasa bingung.
Valencia semudah itu diusir? Tanpa meminta uang sepeser pun?
Rasanya ada sesuatu yang aneh, tetapi dia tidak bisa memastikan apa itu.
Valencia melirik jam di pergelangan tangannya. "Itu saja, aku ada urusan sebentar lagi. Permisi."
Setelah mengatakan itu, tanpa menunggu tanggapan dari Clarissa, Valencia berdiri, masuk ke kamarnya untuk mengambil tas, lalu pergi dengan cepat.
Clarissa tertegun. Anak ini benar-benar pergi begitu saja?
"Benar-benar nggak tahu sopan santun!" Setelah menyadari apa yang terjadi, Clarissa berkata dengan penuh kemarahan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri, "Orang tua bahkan belum bilang mau pergi, tapi dia malah pergi duluan. Apa dia masih menganggapku ini sebagai orang tua?"
Hari ini, Clarissa sengaja memakai satu set perhiasan paling mewah dan mahal yang dimilikinya, dengan tujuan agar Valencia, si gadis miskin yang tidak tahu dunia luar itu, menyadari perbedaan antara dirinya dan Miguel.
Sebelum datang, Clarissa sudah merencanakan untuk memberikan Valencia pelajaran dan membuat gadis itu melayaninya dengan baik. Dia bahkan sempat membayangkan adegan di mana Valencia menangis sambil menelepon Miguel untuk mengadu.
Namun, siapa sangka, hasilnya akan seperti ini.
Valencia pergi begitu saja, meninggalkannya di sana. Merasa tidak ada gunanya berlama-lama, Clarissa juga segera meninggalkan vila itu dengan penuh kemarahan. Dalam pikirannya, dia terus memikirkan bagaimana nanti dia akan menyampaikan rasa tidak puasnya kepada Miguel.
Dia benar-benar tidak puas dengan gadis yang tidak tahu sopan santun ini, hingga rasanya ada seribu atau sepuluh ribu alasan untuk tidak menyukainya!
Sopir sudah menunggu di depan pintu.
Tidak lama setelah Clarissa naik ke mobil, dia menerima telepon dari Molly.
Dia mencoba menenangkan emosinya, mengganti nada suaranya menjadi lembut sebelum menjawab telepon itu.
"Molly, Tante harus bilang, pacar Miguel ini benar-benar nggak tahu sopan santun sedikit pun. Hari ini Tante sudah melihatnya sendiri. Benar-benar membuktikan pepatah tentang tempat terpencil menghasilkan orang yang nggak tahu aturan!"
Di ujung telepon, Molly merasa sangat gembira. Valencia telah membuat marah Tante Clarissa. Dengan begini, meski Miguel tidak tega memutuskan hubungan, hubungan mereka berdua pasti tidak akan bertahan lama!
Molly berkata dengan suara lembut, "Jangan marah Tante. Jangan menyamakan diri Tante dengan gadis liar dari desa itu."
Di mata Molly, orang miskin identik dengan orang desa.
Meski Valencia mungkin bukan berasal dari desa, bagi Molly, itu tidak ada bedanya.
Clarissa menjawab, "Kamu memang lebih menyenangkan, Molly. Gadis liar itu bilang dia akan kembali ke kampung halamannya beberapa hari lagi dan nggak akan kembali. Tante anggap dia tahu diri!"
"Dia benar-benar bilang gitu?" tanya Molly, "Apa itu berarti dia berencana putus dengan Miguel?"
Clarissa menjawab, "Sudah pasti. Meski dia nggak mau putus, aku sendiri yang akan memaksa mereka putus. Melihat sikapnya terhadapku hari ini, mana mungkin dia masih bisa bersama Miguel!"
"Syukurlah," kata Molly. "Tante, apa Tante sekarang akan kembali ke rumah lama? Kalau gitu, aku akan datang menemani Tante."
Setelah meninggalkan Vila Everest, Valencia langsung menuju firma hukum untuk mengajukan pengunduran dirinya.
Dia telah bekerja di tempat itu selama lebih dari tiga tahun. Dari seorang pengacara magang hingga menjadi pengacara profesional. Firma hukum kecil ini telah menjadi saksi pertumbuhannya.
Asisten Vera Briella, yang baru saja lulus kuliah tahun ini dan berusia dua puluhan, tiga tahun lebih muda dari Valencia.
Begitu mendengar kabar pengunduran dirinya, mata Vera memerah seketika. "Kakak, kenapa tiba-tiba mengundurkan diri? Apa ada masalah?"
"Ada urusan keluarga," jawab Valencia. Awalnya dia merasa kalau pengunduran dirinya bukanlah hal besar, tetapi melihat Vera yang hampir menangis membuat hatinya agak berat.
Hubungan antara dia dan Vera lebih dari sekadar hubungan rekan kerja biasa.