Bab 88
Melihat wajah tampan di hadapannya, untuk pertama kalinya, Gea menatap Steven tanpa ragu. Pandangannya perlahan turun dari alisnya yang tegas.
Dia menyadari bahwa bulu mata Steven sangat panjang, tebal, dan lentik … jarang sekali ada pria yang bulu matanya seindah itu.
Kulitnya juga luar biasa halus, bersih tanpa noda atau bekas jerawat sedikit pun.
Hati Gea dipenuhi berbagai pujian. Tatapannya meluncur dari hidung mancung Steven, lalu berhenti di bibir tipis berwarna merah muda itu, tertegun sepenuhnya.
Tiba-tiba saja, Steven membuka matanya lebar-lebar dan menoleh ke samping. Tatapan tajamnya itu terarah lurus ke kepadanya.
Tangan Gea bergetar dan sontak mematikan pengering rambut, "Maaf, maaf. Aku nggak melukaimu, 'kan?"
Ternyata, dia sempat terpana menatap wajah Steven sampai nyaris melukainya!
Melihat telinga Gea yang memerah, membuat Steven menyipitkan matanya dengan sorot penuh ancaman, "Kamu mikirin apa barusan?"
Wajah Gea memanas seraya buru-buru menggeleng, "Nggak, kok. Nggak
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda