Bab 5
Sony memang berprestasi dalam segala hal dan selalu mendapatkan perhatian besar di keluarga Mardika.
Jika bukan karena kecelakaan yang membuatnya kehilangan satu kakinya, dia tidak akan pernah dihapus dari daftar penerus keluarga oleh Kakek Astra, dan dia tidak akan berada di acara ulang tahun ini.
Selain itu, kecelakaan itu juga tidak terlepas dari keterlibatan pamannya, Hanan. Candra tidak ingin putrinya, Gea, terlibat dalam keluarga yang rumit dan berbahaya.
Pamela merasa kecewa, tetapi Candra berkata, "Ayo kita liat yang lain."
Pada saat itu, seorang gadis ramping sedang memperhatikan dengan saksama dari jendela, menatap pemuda yang berdiri di bawah pohon magnolia putih, matanya berbinar.
Dia datang!
Gea tidak pernah menyangka bahwa pemuda yang selama dua tahun membuat jantungnya berdegup kencang akan muncul di pesta ulang tahunnya.
Melihat pemuda yang berdiri di bawah pohon magnolia itu, Gea merasa hatinya hampir melompat keluar dari dadanya.
Mungkin inilah perasaan jatuh cinta.
Perasaan ini tidak asing baginya.
Sejak saat itu, lapangan basket menjadi tempat yang selalu dia datangi setiap hari.
Sejak saat itu, dia selalu mendatangi lapangan basket setiap hari.
Sayangnya, kecelakaan itu merenggut satu kaki pria itu dan kecelakaan dia tidak pernah terlihat lagi di lapangan basket. Sampai ujian perguruan tinggi, dia baru datang ke sekolah menggunakan kursi roda.
Dia diterima di Universitas Hatari, sementara Gea melanjutkan SMA. Namun, Gea tidak pernah melewatkan informasi tentang pria itu.
Semua tamu telah datang. Candra dan Pamela membawa Gea turun ke lantai bawah.
Gea cukup terkenal di Hatari.
Pada saat kelahirannya, semua bunga di rumah sakit itu bermekaran serempak dan cahaya keemasan menyinari seluruh bangunan, membuatnya terlihat seperti sebongkah emas yang bercahaya dari kejauhan.
Saat itu, seorang peramal terkenal di Hatari, Sulha Tarumanegara, kebetulan sedang dirawat di rumah sakit tersebut.
Dengan lantang, dia mengumumkan kepada para penghuni rumah sakit, "Putri keluarga Sutedja lahir membawa keberuntungan. Ini akan membawa perubahan besar bagi keluarga Sutedja."
Pada waktu itu, keluarga Sutedja hanya memiliki sebuah perusahaan kecil yang tidak terkenal.
Kata-kata Sulha terbukti benar.
Setelah kelahiran Gea, dalam beberapa tahun saja, Grup Sutedja berkembang pesat dari sebuah perusahaan kecil yang tidak dikenal menjadi salah satu perusahaan besar di Hatari. Seluruh keluarga Sutedja semakin makmur.
Para pemuda yang hadir di pesta ini merupakan pria-pria pilihan dari keluarga-keluarga terkemuka. Namun, mereka bukanlah calon penerus perusahaan keluarga masing-masing.
Sebaliknya, pemuda yang dipilih oleh Candra dan Pamela hari ini adalah calon menantu mereka, yang akan menjadi bagian dari Keluarga Sutedja dan berpotensi menjadi calon penerus perusahaan milik Keluarga Sutedja.
Pamela menyebut beberapa nama pemuda di hadapan Gea, namun dia bersikap acuh karena tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki hubungan dengan Sony.
Pamela membawa Gea berkeliling, lalu membiarkannya bermain dengan teman-temannya.
Gea selalu ramah dan mudah bergaul. Dia memiliki banyak teman.
Gea bukan hanya putri dari keluarga terpandang, tetapi dia juga sangat cantik, sehingga banyak pemuda yang menyukainya dan berusaha mendekatinya.
"Kenapa kamu nggak ikut?"
Tidak jauh dari situ, Mariana berusaha membujuk Steven, seorang pemuda yang tampaknya tidak tertarik pada Gea. "Steven, kamu harus paham! Kalau kamu dipilih oleh putri keluarga Sutedja, kamu bisa minta bantuan Candra untuk mengurangi hukuman ayahmu."
Mendengar itu, wajah dingin Steven perlahan berubah.
Mariana melanjutkan, "Menurut aku, dari semua anak yang ada di sini, kamu yang paling hebat. Anak keluarga Sutedja pasti pilih kamu. Ayo berjuang demi ayahmu!"
Steven menatap gadis yang diperlakukan seperti seorang putri oleh semua orang, sudut bibirnya sedikit tertarik membentuk senyuman sinis, lalu dengan setengah langkah panjang ia berjalan mendekat.
Mendengar ini, Steven tersenyum sinis dan melangkah maju. Melihat punggungnya yang ramping dan tegap, Mariana tersenyum puas.
Sejak ayah Steven dipenjara, keluarga Lazuardi semakin terpuruk dan jatuh miskin.
Jika Steven dipilih oleh putri keluarga Sutedja, keluarga Lazuardi akan mendapat keuntungan besar.
"Halo, aku Steven, dari Universitas Hatari ..."
Setelah berhasil menghindari para pemuda yang mendekatinya, Gea ingin segera menuju pohon magnolia tanpa berniat meladeni Steven.
Gea yang melihat pemuda itu hendak pergi dari bawah pohon magnolia, dia merasa khawatir dan memotong perkataan Steven, "Maaf, kamu ngalangin jalan aku".
Di usia ini, Gea memang sedikit sombong.
Tanpa melirik Steven, dia berjalan melewatinya.
Steven hanya memandang tangannya yang terulur, lalu menariknya kembali.
Orang-orang di sekitarnya mulai mengejek keluarga Lazuardi dan mencemooh mereka karena tidak tahu diri.
Namun, pemuda itu tetap acuh terhadap ejekan mereka. Dia hanya melirik sekilas ke arah Gea yang mulai menjauh, lalu menundukkan pandangannya dengan ekspresi datar.
Tidak ada rasa kesedihan atau kemarahan yang terlihat, seolah dunia ini tidak bisa memengaruhi emosinya.
Namun, saat hendak pergi, terdengar suara-suara bisik dari kerumunan. "Itu Steven, kan? Anak dari artis cantik, Stella?"
"Betul, Stella tuh bener-bener nggak tahu diri. Setelah nikah, bukannya jadi istri yang baik, malah suka godain pria lain. Akhirnya, suaminya, Bastian, tau, marah banget, dan tusuk selingkuhannya sampe mati. Gila, sia-sia banget hidupnya."
"Kenapa Bastian cuma tusuk selingkuhannya sih? Kalau aku, yang pertama aku bunuh itu Stella."
Namun, kali ini, kata-kata mereka bagaikan pisau tajam yang menusuk hati Steven. Dia yang biasanya tenang dan dingin, kini ekspresinya menunjukkan perubahan.
Gea terhenti ketika mendengar percakapan di belakangnya, lalu menatap pemuda itu dengan alis berkerut.
Dia melihat Steven menggenggam tinjunya dengan erat, wajahnya pucat pasi, matanya merah seperti dipenuhi darah, dan seluruh tubuhnya dipenuhi aura mengerikan. Seolah-olah dia adalah makhluk dari neraka yang datang untuk mencabut nyawa manusia.
Gea terdiam sejenak, berpikir 'Pasti Steven sangat membenci ibunya.'
Steven melangkah melewati Gea, matanya melirik sekilas ke arahnya.
Saat pandangan mereka bertemu, rasanya seolah darahnya membeku, tubuhnya mendingin, bahkan napasnya terasa menusuk.
Begitu Steven pergi, Gea berusaha mengumpulkan kesadarannya, 'Anak itu pasti iblis!' batinnya.
Semuanya terjadi begitu cepat.
Bagaikan batu yang dilemparkan ke permukaan danau, tenggelam begitu cepat, tanpa ada yang peduli atau menghiraukannya.
Setelah Steven pergi, para tamu kembali terfokus pada Gea, dia memang selalu menjadi pusat perhatian.
Gadis cantik dan angkuh itu berjalan dengan penuh percaya diri, dia mendekati pemuda yang berdiri di bawah pohon magnolia.
Semua orang tahu bahwa dia adalah pilihan putri keluarga Sutedja.
Padahal Gea sangat sempurna, tetapi dia justru memilih seorang pemuda yang cacat?
Dengan tekad bulat, Gea melangkah pasti ke arahnya. Ini adalah keputusan terbesar dalam hidupnya untuk pertama kalinya dia melawan keinginan orang tuanya secara terang-terangan, "Aku pilih dia."
Sony menatap gadis yang berdiri di hadapannya dengan kebingungan. Para tamu terdiam, terperangah, dan dipenuhi rasa iri yang tidak bisa disembunyikan.
"Kenapa pilih aku?"
"Soalnya aku suka."
Gea tersenyum santai, matanya yang indah berkilau penuh semangat.
Dia adalah gadis yang cantik, sempurna seperti boneka porselen, dengan mata hitam jernih. Dia menatap pria itu dengan penuh ketulusan dan keberanian.