Bab 16 Dia Sudah Tidak Mengakui Ibu Kandungnya?!
"Bicara baik-baik," kata Jerry dengan ekspresi masam di samping.
"Bu, sepertinya ini kurang pantas? Sekarang kami sedang melakukan siaran langsung. Tadi aku juga sudah bertanya kalau mereka nggak bisa mematikannya," bisik Zayn di telepon.
Inez menarik napas dalam-dalam untuk menahan amarahnya, lalu berkata dengan sinis, "Kamu bawa dia ke tempat yang jauh dari kamera."
Zayn melirik ekspresi sinis Diana, lalu berkata, "Dia nggak akan mendengarkanku."
"Lakukan seperti yang kusuruh. Kenapa omong kosongmu banyak sekali?" Kesabaran Inez hampir habis.
Kalau bukan karena suaminya ada di sebelahnya, dia akan menggebrak meja dan mengamuk.
Zayn yang merasa tak berdaya menghampiri Diana sambil memegang ponselnya, lalu dia berkata, "Ibuku ingin berbicara denganmu."
Diana melirik pria di depannya, lalu dia tersenyum sinis dan berkata, "Itu ibumu, jadi apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus berbicara dengannya?"
[Mak Lampir ini benar-benar kurang ajar.]
[Ekspresinya tampak nggak sopan! Nadanya sombong sekali!]
[Astaga! Aku tiba-tiba memiliki tebakan yang mengerikan. Zayn nggak mungkin pacaran dengan Mak Lampir, 'kan? Itu rendah sekali!]
[Aku juga punya tebakan. Mak Lampir dan Zayn pacaran, lalu ibunya Zayn nggak setuju dan Mak Lampir pun marah. Mak Lampir minta putus, tapi Zayn menginginkannya kembali!]
[Bisakah kalian jangan beromong kosong? Bagaimana mungkin Mak Lampir pantas untuk Zayn?]
Hazel tampak bingung. Dia melirik ke arah sana dengan cemas ....
Di mata orang lain, Hazel tampak mengkhawatirkan kakaknya. Namun, sebenarnya Hazel khawatir setelah kejadian ini, status Diana di Keluarga Wistoria akan menjadi sangat berbeda.
Bagaimanapun juga, mereka merasa bersalah kepada Diana. Beberapa hari ini mereka menyesali apa yang telah mereka lakukan kepada Diana.
Meskipun mereka tidak senang terhadap Diana kini, mereka tetap ingin memberi Diana kompensasi.
Kecuali Diana merayu kematian dan terus menantang kesabaran Keluarga Wistoria.
"Diana, kami salah kali ini." Zayn mendekat ke arah Diana, lalu dia menutupi mikrofonnya sambil berbisik, "Kalau ada apa-apa, kita bisa membicarakannya di rumah. Ibu ... Ibuku mengkhawatirkanmu."
"Hmph." Diana tertawa sinis dan tidak berkata apa-apa.
Zayn sangat marah pada Diana, tapi dia menahan diri.
Kakaknya telah memarahinya karena terakhir kali dia naik darah terhadap Diana. Zayn juga sudah merenungkannya.
Kalau itu dia yang ditinggalkan di dalam mobil yang sedang terbakar, dia juga akan membenci orang lain.
Maka itu, dia memilih untuk bersabar kali ini.
[Ada apa? Kenapa Zayn meminta maaf?]
[Zayn nggak mungkin benar-benar mengejar Mak Lampir, 'kan?]
[Jangan! Mak Lampir nggak pantas! Nggak pantas!]
[Omong-omong, Mak Lampir kejam sekali. Zayn sudah begitu rendah hati, tapi Mak Lampir masih terlihat begitu sombong. Dia kira dia siapa?]
[Seharusnya dia merasa terhormat karena Zayn menyukainya.]
[Zayn, cepat kabur! Kamu nggak boleh menyinggung orang seperti Mak Lampir atau kamu akan mati gara-gara dia!]
Zayn masih ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba dia melihat ada sebuah mobil datang lagi.
Zayn membelalakkan matanya, kemudian dia segera berkata pada Inez yang berada di ujung telepon, "Bu, sampai di sini dulu. Kita bicara lagi setelah siaran langsung selesai."
Lalu, dia buru-buru mematikan telepon.
Dia tidak ingin ditertawakan oleh rekan-rekan dari dunia hiburan.
Inez emosi setelah teleponnya dimatikan dan dia hampir membanting ponselnya.
Dia telah mendengar kata-kata sinis yang diucapkan Diana tadi.
Diana berkata itu ibumu, apa hubungannya dengan aku? Kenapa aku harus berbicara dengannya?
Bagus! Diana bahkan sudah tidak mengakui ibu kandungnya sendiri!