Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 17 Orang yang Tidak Percaya Padanya, Dia Berhak Pergi

"Medeline, ya! Biar aku pikirkan dulu. Sepertinya memang ada mahasiswa seperti itu." Di ujung telepon, Frans mengingat kembali dengan cermat dan memberikan jawaban yang pasti kepada Felicia. "Dia lulus lebih awal, lalu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi. Setelah kembali ke Avalon, dia bekerja di Rumah Sakit Rakyat Pertama di Kota Eldorado. Dia adalah siswa yang berbakat!" "Baik, saya mengerti." Felicia berbicara dengan nada yang tetap datar tanpa memperlihatka emosi apa pun. "Dia bilang dia adalah Elim, apa Anda tahu?" "Hah!" Frans bingung. "Kalau dia itu Elim, lalu kamu siapa?" "Medeline memang berbakat, tapi dia sama sekali belum mencapai levelmu sebagai Elim! Kenapa dia harus berpura-pura menjadi kamu?" "Apa dia merasa wajahnya terlalu tebal sehingga nggak sakit saat ditampar orang lain?" "Di Fakultas Kedokteran Eldorado, kami mengajarkan para mahasiswa keterampilan medis, bukan keterampilan berbohong! Tunggu sebentar, aku akan lihat siapa pembimbingnya dan langsung menelepon pembimbing itu." "Berpura-pura jadi siapa pun nggak masalah, tapi berpura-pura jadi kamu?" "Itu ibarat kelelawar yang menempelkan bulu ayam. Dia pikir dirinya itu seekor burung, ya?" Felicia menyalakan pengeras suara sehingga semua orang yang ada di ruangan itu bisa mendengar dengan jelas. Ekspresi Leonard tidak berubah sedikit pun. Dia menatap Medeline, lalu perlahan mengalihkan pandangan ke Emily. "Nyonya Emily, apa yang ingin Anda katakan?" Keyakinan di wajah Emily sempat tergoyahkan sejenak, tetapi wajahnya segera tampak yakin. "Siapa tahu telepon itu adalah hasil persekongkolan sebelumnya? Bisa saja dia mencari orang untuk menjadi aktor dadakan." "Setidaknya, Nona Medeline memang merupakan mahasiswa berbakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Eldorado. Dia juga pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi, dan setelah kembali, dia bahkan menjadi dokter di Rumah Sakit Rakyat Pertama di Kota Eldorado." Makin Emily berbicara, suaranya makin lantang. Dia mendorong Medeline maju dan Medeline pun duduk di sebelah Leonard. "Pak Leonard, saya benar-benar Elim. Mana mungkin wanita tua ini yang matanya rabun bisa menggunakan pisau bedah dengan baik?" "Hanya dengan menelepon seseorang untuk memuji dirinya sendiri dan menjatuhkan saya, itu nggak cukup untuk melakukan operasi Pak Oliver dengan baik!" Medeline menatap Felicia dengan penuh keyakinan. Namun, di dalam hatinya, mulai timbul rasa cemas. Telepon tadi memang berasal dari Frans dan apa yang dikatakannya semuanya adalah fakta yang bisa diverifikasi. Dia memang lulus lebih awal dan melanjutkan studi ke luar negeri, tetapi dia bukanlah Elim. Alasan dia berani datang kali ini adalah karena instruksi dari tantenya Leonard, putri kedua keluarga Osbert, Naomi Osbert. Namun, panah sudah dilepaskan, jadi sudah tidak ada jalan untuk kembali. Meski Elim yang asli menyuruh Frans datang ke sini, Medeline tetap harus menggigit mati kenyataan kalau dirinya adalah Elim. "Pak Leonard, tolong percayalah pada saya, saya benar-benar Elim." Medeline tetap bersikap teguh tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun. Dia bahkan mengangkat alisnya dan menatap Felicia dengan penuh tantangan. "Kalau dia berani datang berpura-pura, dia pasti sudah menyelidikiku sebelumnya." " "Mengetahui identitasku bukanlah hal yang aneh." Felicia mendorong bingkai kacamata tuanya dan merasa malas untuk berdebat dengan Medeline. Dia berbalik menatap Connie. "Apa Harry sudah kembali?" Connie mengangguk. "Saya sudah meneleponnya, dia sekarang sedang dalam perjalanan kembali." "Beri tahu Harry, mulai sekarang, dia bukan lagi Dokter Kepala Rumah Sakit Swafael. Saat dia tiba, suruh dia segera pindah dari rumah sakit saat itu juga." "Lalu angkat seorang dokter muda berbakat untuk menjadi dokter kepala." "Baik, Guru Elim." Connie menjawab dengan hormat, lalu mengikuti langkah Felicia. "Guru Elim, apa sekarang kita akan kembali?" "Ya, kembali. Tolak permohonan pengobatan dari keluarga Osbert di Kota Eldorado kali ini." "Karena mereka sudah menemukan orangnya, kita nggak perlu membuang waktu kita sendiri." Nada suara Felicia dingin. Tatapan di balik kacamatanya yang tertuju pada Leonard tidak hangat lagi. Sebelum menerima permintaan pengobatan dari keluarga Osbert di Kota Eldorado, dia tidak mengetahui identitas mereka yang sebenarnya. Alasannya menerima permintaan itu hanyalah karena Oliver adalah kakak angkat Esther dan karena Oliver benar-benar menyayanginya. Dia menyetujuinya hanya karena hubungan sesama marga. Namun, karena Leonard tidak memercayainya, dia tidak akan memaksakan diri untuk mengobati mereka. Meski begitu, Oliver adalah Oliver, sedangkan Leonard adalah Leonard. Felicia tidak akan melampiaskan kekesalannya pada orang tua itu. Dia memutuskan untuk diam-diam mengobati Oliver secara pribadi. Anggap saja itu sebagai balasan atas kemurahan hati Oliver yang mengizinkannya tinggal di rumah keluarga Osbert demi menenangkan Esther. "Connie, ayo kita pergi." Felicia berbalik pergi dan Connie buru-buru mengikutinya. Di tempat tidur, Oliver meletakkan ponselnya, lalu memanggil Ricky. "Ricky, kemarilah. Kemasi barang-barangku. Aku nggak mau berobat lagi, aku mau pulang ke Kota Aldeas." "Pak Oliver, penyakit Anda nggak bisa ditunda lagi." Medeline segera berdiri dan maju untuk mencoba menarik perhatian Oliver. Naomi sebelumnya telah memberitahunya, kalau dia ingin mendapatkan perhatian khusus dari Leonard, dia harus memenangkan hati Oliver terlebih dulu. Oliver perlahan mengangkat pandangannya dan meliriknya sekilas. "Gadis muda, apa semua dokter wanita di rumah sakit kalian memakai sepatu hak tinggi sepuluh sentimeter? Kaki para dokter wanita di rumah sakit kalian memang bagus." "Tapi orang tua sepertiku ini nggak suka wanita yang lebih tinggi dariku, juga nggak suka yang lebih muda dan lebih kurus dariku. Jadi aku menolak perawatan darimu." Medeline terdiam. Kata-kata Oliver ini hampir secara terang-terangan menunjukkan kalau dia lebih suka wanita setengah baya berambut putih yang sebelumnya. Medeline merasa agak kesal dan berkata, "Pak Oliver, Anda nggak boleh menilai orang hanya dari penampilannya saja." "Meski saya masih muda, saya benar-benar seorang dokter yang baik." "Aku tahu, tapi ... " Oliver meliriknya lagi dengan santai. "Aku adalah pasien dan aku punya hak untuk memilih dokter yang akan menangani penyakitku. Kalau aku nggak suka melihatmu, apa yang bisa kamu lakukan?" Medeline terdiam lagi. "Ricky, ayo kita cari nenek yang sebelumnya." Oliver meminta Ricky membantunya berdiri, lalu dia melirik ke arah Leonard yang duduk di sofa. "Ada beberapa cucu yang kerjanya nggak becus dan malah merusak segalanya!" "Aku akan menyelamatkan nyawaku sendiri." "Pak Oliver, ada kabar buruk." Sambil membantu menopang Oliver, Ricky mengambil ponselnya untuk memeriksa berita terbaru. "Asisten Elim baru saja mengirimkan email, Elim telah membatalkan permintaan ini." "Uang muka dan kompensasi pembatalan juga sudah dikembalikan." Setelah Ricky mengatakan itu, ekspresi wajah Leonard akhirnya berubah. Dia langsung berdiri dengan cepat. "Ricky, ulangi lagi apa yang baru saja kamu katakan." "Pak Leonard, Elim telah membatalkan permintaan ini dan mengembalikan uang muka serta kompensasi pembatalannya" Ricky terlihat serius. Dia menunjukkan ponselnya kepada Leonard. "Pak Leonard, saya terus berkomunikasi dengan asisten Elim, saya yakin orang yang saya cari nggak salah." Tatapan Leonard tertuju pada wajah Medeline. "Jadi, kamulah penipunya." Medeline terkejut dan wajahnya seketika menjadi pucat. "Pak Leonard, saya bukan penipu." "Kalau gitu, coba jelaskan, kamu berada di sini tanpa menghubungi siapa pun, lalu kenapa asisten Elim tiba-tiba mengirimkan email pembatalan ini sekarang?" Pandangan mata Leonard menjadi gelap. Tatapannya kepada Medeline tampak seperti dipenuhi racun. "Ricky, jaga kakekku. Aku akan pergi mencari Elim." Leonard berbalik dan meninggalkan kamar VIP dengan langkah besar. Tadi, Elim pergi bersama Connie. Tidak lama setelah itu, Ricky menerima email pembatalan tersebut. Oleh karena itu, dia tahu pasti, saat dia meminta Elim untuk membuktikan dirinya di kamar VIP tadi, Elim benar-benar marah besar.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.