Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 14 Melihat Tatapannya yang Penuh Rasa Ingin Tahu

Felicia menjelaskan dengan serius selama beberapa waktu, lalu menatap Leonard. "Pak Leonard, apa Anda sudah mengerti?" Leonard segera menarik kembali tatapannya dari tangan Felicia, lalu mengangguk pelan. "Sudah." "Tapi saya tetap ingin bertanya pada Guru Elim. Kalau Anda berada di posisi saya, metode perawatan seperti apa yang akan Anda pilih untuk kakek saya?" Felicia bingung. Sebenarnya, dia sudah sering mendengar pertanyaan seperti ini sebelumnya, tetapi dia merasa kalau orang seperti Leonard tidak seharusnya menanyakan hal seperti ini. "Guru Elim, saya bertanya dengan sungguh-sungguh," kata Leonard dengan sikap tulus dan nada suaranya penuh keseriusan. "Sebagai keluarga, kami ingin mendengar lebih banyak pendapat dari dokter." "Sejujurnya, kakek saya sebelumnya sudah diperiksa di banyak rumah sakit. Tapi nggak ada yang berani melakukan operasi pada kakek saya." Felicia mengangguk, dia sudah mengetahui hal ini. Namun, hal yang mengejutkannya adalah keluarga Osbert di Kota Eldorado tidak pernah mengungkapkan identitas atau nama mereka saat mencari pengobatan dan para perantara juga tidak membocorkannya. Oleh karena itu, sejak awal, dia tidak pernah menghubungkan keluarga Osbert di Kota Eldorado dengan Oliver. Kalau dia tahu sejak awal pasien yang mencari pengobatan adalah Oliver, saat masih berada di Kota Aldeas, dia hanya perlu menggunakan identitas lainnya dan langsung memberikan obat tradisional serta akupunktur. Dia tidak perlu repot-repot pergi ke Kota Bromwal seperti sekarang. "Saya lebih merekomendasikan perawatan konservatif." "Saya yakin kalau saya bisa menyembuhkan tumor Pak Oliver." Felicia berbicara dengan tenang sambil menatap Leonard. Tatapan pria itu padanya tampak hormat, tetapi sebenarnya mengandung rasa ingin tahu. Dengan masker menutupi wajahnya, kacamata presbiopi, rambutnya yang beruban, dan posturnya yang menyerupai seorang wanita tua, Felicia terlihat seperti sosok nenek-nenek pada umumnya. Namun, sejak pertama kali Leonard masuk ruangan, tatapan yang diarahkan pada dirinya terasa sangat aneh. Saat pria itu bertanya kepadanya, meski kelihatannya serius mendengarkan, matanya terus diam-diam mengamati dirinya. Mata Felicia yang tersembunyi di balik kacamata presbiopi agak menyipit dan alisnya yang halus berkerut samar. Leonard berpikir sejenak, lalu bertanya dengan sopan, "Bukannya waktu tiga bulan itu terlalu lama?" "Apa Pak Leonard khawatir tentang masalah biaya?" "Bukan itu." Leonard tersenyum sopan. Uang bukanlah masalah baginya, yang dia khawatirkan adalah fakta kalau Elim tidak pernah menangani pasien lebih dari satu minggu. Dari semua informasi yang dia peroleh, Elim biasanya hanya memerlukan dua hari untuk memeriksa pasien, menentukan rencana pengobatan, dan kemudian menyerahkan perawatan lanjutan kepada rumah sakit yang bersangkutan. Semua pasien yang diterima Elim dirawat di Rumah Sakit Swafael dan semua tindak lanjut pengobatan dikelola oleh pihak rumah sakit itu. Elim hanya bertanggung jawab untuk pemeriksaan awal dan operasi, sementara urusan selanjutnya sepenuhnya diserahkan kepada orang lain. Namun, kali ini Elim menyatakan kalau dia bisa merawat Oliver selama tiga bulan penuh. Hal ini membuat Leonard tidak khawatir soal biaya, tetapi justru bertanya-tanya kenapa Elim memperlakukan Oliver dengan istimewa. Sebagai pewaris tunggal keluarga Osbert dari Kota Eldorado, posisi Leonard selalu menjadi sorotan banyak pihak yang berharap dia melakukan kesalahan. Kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Oliver di bawah pengawasannya, dia akan menanggung kesalahan besar. Situasi seperti itu akan memberikan alasan bagi para rivalnya untuk menjatuhkan dirinya dari posisi pewaris keluarga. Dulu, Elim tidak pernah mau merawat Oliver, tetapi sekarang dia setuju untuk menerimanya dan perlakuan khusus ini justru membuat Leonard merasa curiga. Apalagi, sosok Dokter Elim ini jelas tidak menunjukkan wajah aslinya. Hal ini membuat Leonard makin meragukan apa wanita di hadapannya ini benar-benar Elim yang asli. "Pak Leonard nggak perlu berbasa-basi. Kalau Anda mencurigai sesuatu, katakan saja langsung." Felicia menyimpan laporan medis Oliver dan menatap Leonard melalui kacamata presbiopi dengan tatapan tajam yang seolah mampu menembus segalanya. Kacamata itu dibuat khusus sehingga tidak mengganggu penglihatannya. Hanya saja, dia memakainya sebagai bagian dari penyamarannya. Leonard meragukannya. Dengan masker menutupi wajahnya dan kacamata yang mengaburkan sorot matanya yang tajam dan dingin, ekspresi Felicia sulit ditebak. Namun, Leonard tetap bisa menangkap kalau Elim mulai merasa tidak senang. Leonard membuka mulutnya perlahan, lalu suaranya yang tulus dan jujur terdengar. "Saya hanya khawatir. Jadwal Dokter Elim sangat padat. Kalau selama perawatan ada pasien lain yang datang, apa Guru Elim akan meninggalkan kakek saya untuk merawat pasien lain?" "Pak Leonard, karena Anda telah menemukan saya, seharusnya Anda tahu aturan saya. Sebelum pasien terakhir selesai diobati, saya nggak akan menerima pasien berikutnya." Suara Felicia menjadi agak dingin. "Pak Leonard, kalau Anda sudah membuat keputusan, kenapa perlu bertanya kepada saya?" "Dengan pengaturan jantung yang tepat, Pak Oliver bisa hidup sepuluh tahun lagi tanpa masalah. Selama tumor kecil itu nggak menyebar, itu nggak akan menimbulkan bahaya." "Tapi, siapa yang bisa menjamin kalau tumor itu nggak akan menyebar, 'kan?" Leonard telah membawa Oliver ke banyak rumah sakit, tetapi tidak ada satu dokter pun yang berani memastikan kalau tumor itu tidak akan menyebar. Terlebih lagi, tidak ada satu dokter pun yang berani melakukan operasi pada Oliver. Tumor itu sangat mungkin memicu kondisi darurat. Mungkin saja, detik ini Oliver masih baik-baik saja, tetapi detik berikutnya Oliver bisa saja jatuh dan tidak pernah bangun lagi. Leonard berpikir lama. Daripada terus hidup dalam ketakutan seperti ini, lebih baik dia langsung mencari solusi yang bisa benar-benar menyembuhkan Oliver. Setelah melalui banyak waktu, tenaga, dan berbagai saluran informasi, akhirnya dia mendapatkan respons dari Elim. Oleh karena itu, Leonard sangat menghargai kesempatan ini. "Kakek sangat penting bagi saya." Ekspresi Leonard menjadi lebih serius dan tegas. "Karena itu, saya mohon pada Guru Elim, tolong sembuhkan kakek saya." Felicia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya melambaikan tangan kepada Connie sebagai isyarat untuk mengantar tamu pergi. "Pak Leonard, silakan lewat sini." Connie membuka pintu. "Guru Elim perlu berdiskusi dengan dokter kepala tentang rencana operasi." Nada bicaranya jelas menunjukkan kalau Leonard tetap tinggal, dia hanya akan mengganggu mereka. Leonard menganggukkan pelan. "Baiklah, kalau begitu saya serahkan semuanya pada Guru Elim." Felicia tidak menanggapi. Pandangannya kembali tertuju pada laporan mengenai tumor di bawah jantung Oliver. Tumor ini terletak di posisi yang sangat rumit. Kalau penanganannya tidak sempurna, bisa menyebabkan perdarahan hebat atau bahkan henti jantung. Oleh karena itu, dia harus mempelajari setiap detail dengan sangat hati-hati sebelum melakukan operasi. Setelah Leonard diantar keluar oleh Connie, Ricky yang berjaga di luar pintu tidak bisa menahan diri untuk melihat ke dalam ruangan. "Pak Leonard, sebelumnya saya yakin melihat Nona Felicia bersama nona yang tadi." "Terus?" "Rasanya aneh." Ricky mengusap hidungnya. "Saya juga nggak melihat Nona Felicia meninggalkan rumah sakit ini!" "Tapi barusan saya sudah mencari ke mana-mana dan tetap nggak menemukannya." "Mungkin dia tersinggung dengan peringatanku tadi, merasa harga dirinya terluka, lalu pergi diam-diam." Leonard tampak tidak peduli. "Jangan beri tahu kakek kalau wanita itu sempat datang ke sini." "Baik, Pak Leonard." Di dalam kantor dokter kepala, Felicia telah menentukan dua rencana perawatan. Sekarang hanya tinggal menunggu keputusan dari Leonard dan Oliver mengenai metode yang akan dipilih. Namun, tatapan Leonard tadi membuat Felicia merasa sangat tidak nyaman. Tatapan itu terlalu mengintimidasi, seperti milik seorang pria yang agak aneh. Kalau bukan karena Oliver benar-benar tulus dan baik padanya, hanya karena tatapan Leonard itu saja, Felicia mungkin sudah menolak untuk melakukan operasi ini. "Connie, nanti tolong belikan hadiah dan kirimkan kepada Pak Oliver atas nama Felicia." "Ricky tadi melihatku." Selain itu, Ricky juga sempat memanggilnya untuk menemui Leonard. Namun, pria itu tiba-tiba pergi begitu saja sehingga mereka tidak sempat benar-benar bertemu secara resmi. Untuk menghindari agar Oliver tidak salah paham di kemudian hari dan merasa dirinya adalah orang yang tidak tahu berterima kasih setelah mengetahui hal ini, Felicia harus memastikan Oliver mengetahui kalau dia sebenarnya datang ke rumah sakit ini dan tahu kalau Oliver dirawat di sini. Dia hanya tidak bisa langsung mengunjungi Oliver karena alasan yang tidak terhindarkan. Felicia adalah tipe orang yang tidak melupakan kebaikan orang lain. Kalau seseorang baik padanya satu kali, dia akan membalasnya sepuluh kali lipat. Oliver memperlakukannya dengan sangat baik dan dia selalu mengingat hal itu dalam hati.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.