Pertemuan dengan Dean dan Edward
"Apa, Om Edward pengusaha besar?" Chloe tidak pernah tahu itu yang dia tahu dulu Edward bekerja bersama Abraham-ayahnya, posisi Edward tidak lebih dari karyawan biasa.
Sekarang Erland berhasil menjauhkan Chloe dari Edward.
"Jelaskan padaku, apa yang kau tahu tentang Om Edward?" tanya Chloe seiring berjalan ke tempat lain masih di area mall.
"Tidak banyak, hanya itu yang saya tahu," jawab santai Erland seiring terus melangkah dan Chloe masih membuntuti.
"Big Internasional, apa gedung itu milik Om Edward?" Selidik Chloe.
"Hei, mengapa bertanya padaku? Dia pamanmu, seharusnya kau lebih tahu. Aneh." Erland mengabaikan pertanyaan Chloe, semakin gadis itu penasaran maka, semakin puas dirinya bermain.
"Sudah lama kami tidak bertemu," aku Chloe, "pertemukan saya dengan Om Edward!" pintanya seiring memotong jalan Erland, gadis ini menghadangnya.
"Nanti jika bulan madu kita sudah selesai." Erland tidak peduli pada teka-teki hubungan Chloe dan Edward, baik atau buruk bukan masalah baginya.
"Sebentar saja!" paksa Chloe.
"Saya beri saran, lebih baik buat janji terlebih dahulu."
"Kalau begitu, saya akan membuatnya!" Saat ini Chloe terpaksa mendengarkan Erland agar bisa menemui Edward.
"Nanti malam, kamu bisa menghubunginya karena pengusaha hebat hanya memiliki sedikit waktu untuk bersantai yaitu di malam hari, saat bersantai sejenak."
Erland semakin menggiring Chloe menjauh dari Edward saat gadis itu memiliki sejuta tanya. Sekarang mereka duduk di sebuah cafe. "Pesan apapun maumu, saya sedang berbaik hati."
"Tidak perlu!" tolak Chloe karena pikirannya hanya menginginkan penjelasan dari Edward.
"Saya rasa kau membutuhkan minuman dingin." Erland menyatukan kedua telapak tangannya hingga menjadi tepukan ringan, pelayan segera datang. "Saya ingin dua minuman segar yang terenak."
Chloe melirik heran ke arah Erland, bahkan sekarang pria itu berani mengatur menu pesanannya. Gadis ini berdecak pelan.
"Erland, saya memegang janjimu. Malam ini saya akan menghubungi Om Edward jadi kembalikan handphone saya!" tagih Chloe.
"Saya akan mengembalikannya nanti malam." Santai Erland. Beberapa chat dan panggilan dari Dean sudah musnah agar Chloe tidak mengetahui jika seorang pria mencarinya.
Tidak lama dua minuman dingin hadir di tengah-tengah mereka. Chloe tidak menolak walau sempat kesal karena minumannya tampak segar. Diseruputnya minuman rasa buah itu, tapi sekilas Dean hadir di sisi tidak jauh darinya hingga mencuri perhatian Chloe.
Apa benar itu Dean? Batin Chloe, tapi beberapa detik kemudian punggung itu menghilang.
Erlan mengikuti arah mata Chloe. "Apa yang kau lihat?"
"Tidak ada, hanya melihat pajangan di toko sebelah sana," dusta Chloe karena dia tidak boleh tampak mencurigakan di mata Erland atau pria ini akan mencaritahu penyebabnya.
"Itu hanyalah gaun biasa, jelek sekali seleramu!" ejek Erland.
"Terserah apa katamu." Chloe kembali menyeruput jusnya, sedangkan Erland kembali melirik pada sudut pandang Chloe barusan. Pria ini tidak semudah itu ditipu. Dia mencari tahu mungkin Dean berada di sisi itu.
"Bagaimana minumannya?"
"Segar." Chloe menggendikan bahunya, kemudian menatap Erland dengan santai.
"Cih, sekarang lagamu layaknya nyonya besar." Erland menyunggingkan bibir misterius.
"Saya memang nyonya besar, saya sudah menikah denganmu, dengan Erland seorang pengusaha ternama." Bukan memuji suami bejatnya hanya mengingatkan kedudukan Chloe sekarang.
"Wah, hebat sekali lagamu itu." Erland bertepuk tangan tanpa tahu malu, tapi prilakunya itu bukanlah masalah bagi semua orang seakan Erland selalu benar.
"Sudahlah jangan berkata apapun lagi!" kesal Chloe, dia membuat kedua alisnya menukik tajam, "sekarang saya ingin pulang, saya sudah bosan di sini, ajak saya ke tempat indah!"
"Tidak mau, saya belum memesan kopi favorit saya." Erland semakin senang menjadikan Chloe sebagai mainan saat gadis ini meminta, apalagi jika memohon dengan wajah iba. Namun, ekspresi itu belum pernah dilihatnya.
"Saya ingin ke toilet sebentar." Chloe langsung berdiri tanpa perlu izin dari Erland.
"Jangan terlalu lama."
Setelah berhasil menjauh dari Erland, diam-diam Chloe mencari tahu tentang pria yang diduga Dean. "Semoga saja itu memang Dean, tapi ... bagaimana cara saya menjelaskannya?" Bingung merasuki jiwa gadis ini bersama sendu. Langkah diambilnya menuju ke toilet, tempat yang semula hanya alasan.
"Chloe." Salah satu lengan Chloe digenggam Dean dari arah belakang.
"Dean!" Hati Chloe melonjak, dadanya terasa akan meledak. Tubuhnya seketika melompat ke dalam pelukan tunangannya, "saya merindukanmu." Tangisannya sangat haru.
"Saya juga." Pun Dean mendekap Chloe sangat erat, "kamu kemana saja?"
Untuk yang ini tangisan Chloe sangat membatin sehingga Dean menatap penuh selidik. "Ada apa? Jelaskan pada saya?"
Chloe hanya sanggup menatap pria di hadapannya tanpa mampu berkata-kata, bibirnya bergetar tidak sanggup mengatakan kejadian perih yang telah membawanya pada hari ini. Sekarang gadis ini terisak.
Dean tahu sesuatu yang buruk telah terjadi karena dia tahu Chloe masih sangat mencintainya, semuanya tergambar dalam iris mata si gadis. Pasti pernikahan Chloe dengan Erland bukan inginnya. Batin Dean.
"Saya sudah menikah, maafkan saya," lirih Chloe.
"Saya tahu." Dean akui hatinya tersiksa dan kecewa, semua rasa itu tidak mampu disembunyikan, tapi pria ini berusaha tenang, "apa yang terjadi, pernikahan ini bukan keinginan kamu kan?" Secepatnya Dean mengutarakan kecurigaannya.
Chloe masih memandang iba dan membatin. "Kamu tahu dari mana dan kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"
"Saya tahu bagaimana kamu." Tatapan sayang milik Dean masih sama seperti dulu, "katakan apa yang terjadi, saya berjanji akan mengeluarkanmu dari situasi ini." Dean tampak sangat antusias menawarkan bantuannya karena sayang dan cintanya pada Chloe tidak pernah berubah, seperti apapun keadaannya sekarang.
"Ini terlalu rumit." Chloe memilih pergi, tapi Dean menahan.
"Katakan saja serumit apapun itu," paksa Dean, "saya mohon Chloe, kamu masih percaya pada saya?" Lewat sisi mana pun, cinta masih sangat sempurna di mata Dean.
Namun, keadaan Chloe yang sudah tidak suci dan kotor tidak pantas bersanding dengan tuanngannya lagi. "Lupakan saya!" Chloe berlari menuju cafe tempat Erland berada, tentu saja Dean tidak bisa mengejar. Dirinya tidak boleh terlihat oleh Erland, Dean harus menyembunyikan jati diri serapih mungkin.
Chloe berjalan biasa saja walau masih terdapat jejak basah di pipi. Gadis ini kembali ke kursinya, dua latte art sudah hadir di atas meja.
"Ada apa dengan wajahmu, jangan membuat saya malu!" tegur Erland dengan suara pelan.
"Tidak apa-apa. Saya hanya merasa gerah dan sedikit mencipratkan air," dusta Chloe seiring berusaha bersikap tenang.
"Konyol sekali." Erland menyodorkan tissue. Istri Erland tidak boleh terlihat berantakan apalagi menangis di depan umum, kedua hal itu bisa menjatuhkan harga diri dan reputasinya. "Saya hanya akan mengizinkanmu menghubungi Edward saat kau tidak membuat masalah," cetusnya.
Chloe mengeryitkan dahi. "Jangan ingkar janji, kau sudah mengatakannya tadi. Lagipula apa masalahnya, hanya pipiku sedikit basah, itu bukan masalah besar!"
Erland hanya membuat bibirnya miring tipis. Tiga puluh menit kemudian, pasangan pengantin baru ini keluar dari cafe. Dean berdiri tidak jauh.
Namun, Chloe hanya melirik sesaat ketika sedang berjalan mesra dengan Erland.
Maaf, kamu harus pergi. Tubuhku kotor, tidak pantas berada di sisimu lagi. Batin Chloe.
Bersambung ....