Bab 30
Dia kira Luki tidak tahu.
Ternyata Luki tahu jelas dirinya alergi terhadap makanan itu.
Namun, kenapa masih dimakan?
Sheila dengan bingung mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Luki.
Luki mengalihkan pandangan. Dia agak merasa bersalah, "Yansen, sumbangkan saja mulutmu. Jangan disia-siakan."
Yansen terdiam.
Tidak berguna.
Dia berjalan ke depan Sheila, "Sheila, ayo. Abaikan saja Kak Luki. Memang pantas dia alergi."
Sambil berkata, dia menarik Sheila pergi.
Sheila duduk diam dan tidak bergerak.
Yansen tidak mengerti, "Nggak mau ikut?"
"Nggak ada yang jaga dia."
"Nggak ada yang peduli dia hidup atau mati. Itu urusannya sendiri. Dia pantas alergi. Ayo, aku bawa ke Restoran Arum untuk makan enak."
Sheila menggeleng.
Bagaimanapun, Luki terbaring di sini karena dia. Jika dia pergi begitu saja, agak tidak masuk akal.
Dia agak malu berkata, "Daging sapi itu aku yang suruh dia makan."
Yansen terdiam.
Sial.
Seumur hidup, dia paling benci bucin. Kebetulan temannya begitu.
Dia memandang Luki deng

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda